Pesan Sponsor ’Soekarno Kecil’
Prabowo Subianto ngotot menjadi calon presiden. Dipesan kawan dekat dan penyandang dana.
PERMADI, SH, 69 tahun, punya mimpi menyatukan dua Soekarno. Yang pertama adalah Prabowo Subianto, calon presiden Partai Gerindra, yang disebutnya Soekarno kecil. Yang lain: Puan Maharani, cucu proklamator itu. Permadi, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, ingin keduanya menjadi calon presiden dan wakil presiden. ”Ini pasangan hebat,” kata Permadi, Jumat pekan lalu.
Dengan modal suara 4,5 persen, berdasarkan perhitungan cepat, Prabowo percaya diri dan lincah mencari kawan koalisi. Ia datangi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati, Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla, dan seteru lamanya, Wiranto, yang juga bos Partai Hati Nurani Rakyat. Ia juga sowan ke kediaman pemimpin Partai Amanat Nasional, Soetrisno Bachir, dan orang nomor satu di Partai Persatuan Pembangunan, Suryadharma Ali, serta sejumlah partai kecil. Kepada mereka, Prabowo menjajakan diri sebagai calon presiden.
Semula putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini tidak pasang harga tinggi. Ketika berkunjung ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, sebelum pemilu legislatif, ia menyatakan bersedia dijadikan calon wakil presiden. Sehari setelah pemilu, saat Prabowo bertandang lagi ke kediaman Megawati, kembali ia tegaskan sikapnya itu.
Menurut sumber Tempo, dua orang yang mendorong Prabowo menjadi calon presiden adalah Permadi dan Direktur Gerindra Media Center Haryanto Taslam. Kepada Prabowo, kedua orang ini menyatakan Megawati sudah tidak bisa lagi ”dijual” dalam pemilu. Argumentasinya, saat menjabat sebagai presiden incumbent pada Pemilu 2004, ia kalah melawan Yudhoyono. Padahal, sebagai presiden, Mega tak kekurangan sponsor. ”Sekarang apa modal Megawati? Rapat Kerja Nasional PDIP saja tidak dilaksanakan di hotel, kok,” kata sumber Tempo. Permadi menampik tudingan menjadi ”kompor” Prabowo. Tapi ia menyatakan ”memiliki banyak kesamaan pemahaman dengan Prabowo”.
Menurut Permadi, jabatan wakil presiden dalam konstitusi hanyalah pelengkap penderita. Padahal Prabowo punya agenda melakukan perubahan dan itu, kata Permadi, hanya bisa dilakukan jika ia menjadi presiden. ”Pak Prabowo itu pintar dan petarung,” ujarnya.
Sumber lain mengatakan Prabowo ngotot menjadi calon presiden juga karena pesanan penyandang dana: pengusaha Hashim Djojohadikusumo, yang tak lain dari adiknya sendiri. Sumber Tempo menyebutkan Hashim mengatakan ini dalam beberapa kali rapat terbatas dengan Prabowo dan timnya. Prabowo juga menegaskan kembali ihwal ini saat berkunjung ke rumah Jusuf Kalla. Malkan Amin, orang dekat Jusuf Kalla, membenarkan soal permintaan Prabowo itu. Adapun Haryanto Taslam menyangkal soal faktor Hashim tersebut. ”Pendukung Prabowo ingin dia menjadi presiden. Sebagai adik, Pak Hashim tentu mendukung,” kata Haryanto.
Apa pun, Jusuf Kalla emoh dengan Prabowo dan memilih Wiranto sebagai pendamping. Jumat pekan lalu, keduanya menyatakan secara terbuka sebagai pasangan yang siap berlaga.
Prabowo juga tidak mungkin menempel ke Partai Amanat Nasional. Dalam Rapat Kerja Nasional di Yogyakarta, Sabtu malam, pekan lalu, partai matahari biru itu telah mengibarkan bendera: berkoalisi dengan Partai Demokrat dan mencalonkan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden, mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Mimpi Permadi menyatukan dua Sukarno masih belum menembus pagi.
Sunudyantoro, Munawwaroh, Iqbal Muhtarom
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/05/04/LK/mbm.20090504.LK130241
Prabowo Subianto ngotot menjadi calon presiden. Dipesan kawan dekat dan penyandang dana.
PERMADI, SH, 69 tahun, punya mimpi menyatukan dua Soekarno. Yang pertama adalah Prabowo Subianto, calon presiden Partai Gerindra, yang disebutnya Soekarno kecil. Yang lain: Puan Maharani, cucu proklamator itu. Permadi, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, ingin keduanya menjadi calon presiden dan wakil presiden. ”Ini pasangan hebat,” kata Permadi, Jumat pekan lalu.
Dengan modal suara 4,5 persen, berdasarkan perhitungan cepat, Prabowo percaya diri dan lincah mencari kawan koalisi. Ia datangi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati, Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla, dan seteru lamanya, Wiranto, yang juga bos Partai Hati Nurani Rakyat. Ia juga sowan ke kediaman pemimpin Partai Amanat Nasional, Soetrisno Bachir, dan orang nomor satu di Partai Persatuan Pembangunan, Suryadharma Ali, serta sejumlah partai kecil. Kepada mereka, Prabowo menjajakan diri sebagai calon presiden.
Semula putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini tidak pasang harga tinggi. Ketika berkunjung ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, sebelum pemilu legislatif, ia menyatakan bersedia dijadikan calon wakil presiden. Sehari setelah pemilu, saat Prabowo bertandang lagi ke kediaman Megawati, kembali ia tegaskan sikapnya itu.
Menurut sumber Tempo, dua orang yang mendorong Prabowo menjadi calon presiden adalah Permadi dan Direktur Gerindra Media Center Haryanto Taslam. Kepada Prabowo, kedua orang ini menyatakan Megawati sudah tidak bisa lagi ”dijual” dalam pemilu. Argumentasinya, saat menjabat sebagai presiden incumbent pada Pemilu 2004, ia kalah melawan Yudhoyono. Padahal, sebagai presiden, Mega tak kekurangan sponsor. ”Sekarang apa modal Megawati? Rapat Kerja Nasional PDIP saja tidak dilaksanakan di hotel, kok,” kata sumber Tempo. Permadi menampik tudingan menjadi ”kompor” Prabowo. Tapi ia menyatakan ”memiliki banyak kesamaan pemahaman dengan Prabowo”.
Menurut Permadi, jabatan wakil presiden dalam konstitusi hanyalah pelengkap penderita. Padahal Prabowo punya agenda melakukan perubahan dan itu, kata Permadi, hanya bisa dilakukan jika ia menjadi presiden. ”Pak Prabowo itu pintar dan petarung,” ujarnya.
Sumber lain mengatakan Prabowo ngotot menjadi calon presiden juga karena pesanan penyandang dana: pengusaha Hashim Djojohadikusumo, yang tak lain dari adiknya sendiri. Sumber Tempo menyebutkan Hashim mengatakan ini dalam beberapa kali rapat terbatas dengan Prabowo dan timnya. Prabowo juga menegaskan kembali ihwal ini saat berkunjung ke rumah Jusuf Kalla. Malkan Amin, orang dekat Jusuf Kalla, membenarkan soal permintaan Prabowo itu. Adapun Haryanto Taslam menyangkal soal faktor Hashim tersebut. ”Pendukung Prabowo ingin dia menjadi presiden. Sebagai adik, Pak Hashim tentu mendukung,” kata Haryanto.
Apa pun, Jusuf Kalla emoh dengan Prabowo dan memilih Wiranto sebagai pendamping. Jumat pekan lalu, keduanya menyatakan secara terbuka sebagai pasangan yang siap berlaga.
Prabowo juga tidak mungkin menempel ke Partai Amanat Nasional. Dalam Rapat Kerja Nasional di Yogyakarta, Sabtu malam, pekan lalu, partai matahari biru itu telah mengibarkan bendera: berkoalisi dengan Partai Demokrat dan mencalonkan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden, mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Mimpi Permadi menyatukan dua Sukarno masih belum menembus pagi.
Sunudyantoro, Munawwaroh, Iqbal Muhtarom
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/05/04/LK/mbm.20090504.LK130241