BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Kisah ’Terkun’ dan Wakil Presiden

Kisah ’Terkun’ dan Wakil Presiden

Written By gusdurian on Senin, 10 Agustus 2009 | 09.16

Kisah ’Terkun’ dan Wakil Presiden
Izinnya sebagai dokter dicabut setelah kematian pasiennya, Adam Malik.
Tapi pasien yang setia tetap mengunjunginya.

Pukul empat sore, 31 Mei 1984 itu, mantan wakil presiden Adam Malik
datang berobat ke Jalan Bima 76, Bandung, tempat praktek Dokter
Gunawan Simon. ”Kondisinya agak parah karena kanker lever,” kata
Gunawan, dokter yang waktu itu menyandang predikat ”terkun”, dokter
dukun.

Tiga ajudan dan menantu Adam mengiringinya ke ruang periksa seluas 2,5
x 3 meter persegi itu. Baru saja berobat di London lima hari
sebelumnya, kini Adam berbincang sampai larut malam di ruang praktek
dokter umum lulusan Universitas Padjadjaran tahun 1972 itu. ”Dia tahu
banyak soal medis dan penyakitnya, hanya minta penyelesaiannya,”
ujarnya. Dan ketika sang dokter menawarkan metode terapi alternatif,
Adam Malik pun menyambut setuju.

Malam itu, ada antrean panjang pasien di ruang tunggu dr Simon. Tapi
tak ada yang tahu bahwa tokoh nasional yang sering dipanggil si Bung
ini berada di bilik periksa sang dokter; tidak juga pers. Dua kali
mengunjungi tempat itu, kondisi Adam membaik.

Keadaan ini bertahan sampai dua setengah bulan. Bahkan, pada Agustus
1984, mantan Menteri Luar Negeri ini sempat mengunjungi Hong Kong dan
Tokyo. ”Bisa jalan-jalan. Sebelumnya (kondisinya) parah, enggak bisa
turun dari tempat tidur,” tutur Gunawan. Bersama dokter pribadinya,
Gunawan ikut mendampingi Adam Malik. Sang pasien terlihat sehat dan
mau makan. Di Tokyo, di depan pers, Adam Malik sempat memuji racikan
Gunawan.

Pada 5 September 1984 pagi, sesuatu yang tak terduga menimpa Adam
Malik. Menurut keluarganya, begitu bangun tidur Adam langsung
mengalami sesak napas, lalu tak sadar lagi. Hari itu, pukul delapan
pagi Adam Malik, 67 tahun, meninggal. ”Kena serangan jantung,” ujar
Gunawan. Kejadian itu, menurut Gunawan, bisa menimpa siapa saja,
termasuk yang tak punya riwayat sakit jantung seperti Adam Malik.

Dalam tempo singkat, Gunawan yang namanya sempat dipuji tinggi-tinggi
itu menjadi sasaran kecaman. Kalangan dokter dan pemerintah
mempertanyakan racikan yang diberikan kepada Adam. Statusnya sebagai
dokter umum (baca: bukan ahli kanker, bukan spesialis) juga tak luput
dari kritik tajam.

Pada Februari 1985, Ikatan Dokter Indonesia Cabang Bandung di Rumah
Sakit Hasan Sadikin menyidangkannya. Gunawan dinilai bersalah karena
memberikan langsung obat kepada pasien, dan ia tak bisa menjelaskan
secara ilmiah obat yang telah ia berikan kepada Adam Malik.

Puncaknya, Menteri Kesehatan saat itu, Soewardjono Soerjaningrat, atas
rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia, mencabut izin praktek Gunawan.
Dari hasil penyelidikannya, Laboratorium Farmasi Institut Teknologi
Bandung tak menemukan formula baru atau bahan obat tradisional dalam
obat-obatan yang dipakai Gunawan. Sebaliknya, lembaga itu menjumpai
kandungan opium, sitostatika (pencegah pembelahan sel kanker),
preparat kortikosteroid (obat yang memiliki sejumlah khasiat untuk
beberapa penyakit), antibiotik, dan beberapa obat lain yang cukup
dikenal.

Ia hanya memakai kembali obat-obatan yang bisa dibeli di apotek, dan
meraciknya sendiri dengan komposisi yang tidak konvensional. Dan,
”Kalau (opium) ada di sini, pasti saya sudah digerebek polisi,”
katanya.

Sejak izin prakteknya dicabut pada 1985, Gunawan menurunkan plang
dokter di depan rumah. Walaupun begitu, pasien lamanya tetap mengalir
datang—kendati ia memperingatkan pasiennya bahwa izinnya telah
dicabut. ”Saya tak bisa menolak. Orang saja datang ke dukun enggak apa-
apa. Kan, (menerima pasien) itu hak asasi saya.”

Senin pekan lalu, saat Tempo berkunjung ke kediamannya yang juga
merupakan tempat praktek anaknya di Bandung, sepasang suami-istri
keluar dari ruang praktek. ”Itu tamu jemaat saya di gereja,” kata
dokter yang kini aktivis Gereja Methodist Indonesia Bandung itu. Ya,
Gunawan yang tak muda lagi itu—usianya kini 66 tahun—masih buka
praktek, meski tak seaktif dulu. Apalagi sejak ia terpeleset jatuh di
kamar mandi dan lehernya dioperasi empat tahun lalu.

Kini uban sudah mendominasi rambut di kepalanya, juga berewok putih
pada kedua pipinya. Gunawan Simon jauh berbeda dengan penampilannya
pada foto setengah badan dalam bingkai oval di atas meja di ruang
kerjanya. Seorang lelaki berambut hitam dengan berewok lebat tersenyum
menghadap kamera. Di sebelahnya berdiri tokoh yang sangat terkenal,
tampak menahan sakit. Ia wakil presiden 1978-1983, Adam Malik.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/08/10/LK/mbm.20090810.LK131063.id.html
Share this article :

0 komentar: