BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Akhir Tragis Sang Biduan

Akhir Tragis Sang Biduan

Written By gusdurian on Selasa, 05 Mei 2009 | 11.40

Akhir Tragis Sang Biduan
Peshawar -- Hidup penyanyi yang kariernya sedang menanjak itu sungguh berakhir tragis. Ayman Udas tewas ditembak saudara laki-lakinya sendiri pekan lalu di Peshawar, Pakistan.
Satu-satunya kesalahan perempuan 30 tahun itu yang membuatnya menemui ajal adalah karena ia tampil di televisi. Dia meninggalkan dua anak dan suami kedua yang baru dinikahi 10 hari sebelum kematiannya.
Udas adalah penyanyi dan penulis lagu berbahasa Pastho, bahasa yang digunakan suku di wilayah Provinsi North-West Frontier. Dia sudah sering tampil di PTV, stasiun televisi milik pemerintah Pakistan.
Dipuja penggemar lantaran lagu-lagunya, Udas justru menghadapi tentangan keras dari keluarganya yang percaya wanita tak boleh tampil di televisi. Bahkan perempuan seperti itu dianggap pendosa.
Malu lantaran kepopuleran Udas yang kian meroket, dua saudara laki-lakinya memasuki flat si penyanyi ketika suaminya sedang ke luar pekan lalu. Mereka melepaskan tembakan dan tiga peluru bersarang di dada Udas. Kedua pria itu belum tertangkap.
Lagu terakhir yang dinyanyikan Udas di televisi sebelum penembakan itu seakan sudah meramalkan kematiannya. Tembang itu berjudul Saya Meninggal tapi Tetap Hidup, Karena Saya Tetap Hidup dalam Mimpi Para Pencinta Saya.
Kematian Udas mengejutkan komunitas seniman Peshawar lantaran melambangkan kemunduran terhadap kebebasan seni dan perempuan di wilayah yang makin didominasi kelompok Islam fundamentalis itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, para penghibur lain beberapa kali menerima ancaman mati dari kelompok Islam garis keras. Sejumlah artis beken Peshawar telah dipaksa untuk berhenti tampil sebagai penyanyi dan penghibur. Ancaman itu membuat sejumlah penghibur pindah ke luar negeri atau kota lain.
Namun, Udas bukan dibunuh oleh kelompok Islam. Usman Khan, suaminya, melapor kepada polisi bahwa istrinya dibunuh oleh dua saudara laki-lakinya sendiri karena mereka tak setuju dengan karier musiknya.
"Dia dibunuh karena melanggar tradisi keluarga," ujar Khan. Di Pakistan, ada tradisi yang dalam bahasa Sind disebut karo-kari, membunuh anggota keluarga sendiri yang dianggap telah mempermalukan keluarga.
Beberapa alasan penyebab honor killing ini, menurut Amnesty International, adalah mengenakan pakaian yang dianggap tak sopan, terlibat dalam hubungan seksual yang dianggap melanggar norma agama, dan menikah dengan orang dari suku atau agama lain.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Dana Kependudukan mencatat tiap tahun ada ratusan orang, kebanyakan perempuan, Pakistan meninggal di tangan keluarganya sendiri demi karo-kari. Dan Udas tampaknya bukan korban terakhir. The Sunday Times | Amnesty International | UNFPA | Nugroho Dewanto

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/05/Internasional/krn.20090505.164368.id.html
Share this article :

0 komentar: