BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Latest Post

STASIUN BALAPAN SOLO

Written By gusdurian on Jumat, 15 Mei 2009 | 14.14

STASIUN BALAPAN SOLO
Dulu Tempat Balapan Kuda, Kini Pacuan Kereta

Stasiun ini dibangun pada masa penjajahan Belanda. Tak banyak renovasi.
Tapi tak banyak lagi cap sejarah di sekitarnya.

"/Ning stasiun Balapan. Kuta Solo sing dadi kenangan. Kowe karo aku.
Naliko ngeter'ke lungamu./
/Ning stasiun Balapan. Rasane koyo wong kelangan. Kuwe ninggal aku.
Ra kroso nitis eluh ning pipiku./
/Daah?/ dadah sayang?, /Daah/? Selamat jalan!"

Lagu karangan Didi Kempot itu langsung bergaung di kepala begitu kaki
menginjakkan stasiun yang telah berumur ratusan tahun ini. Sudah pasti,
stasiun utama di Solo ini tak hanya menjadi kenangan bagi Didi Kempot
atau siapa pun yang dimaksud dalam lagu itu. Pasti sangat banyak orang
yang memiliki kenangan tentang stasiun ini. Tak hanya di masa sekarang.
Bahkan mungkin sejak ratusan tahun lalu, sejak Belanda masih berkuasa di
kawasan ini. Stasiun ini mulai digunakan pada 1873.

"Hingga sekarang, bangunan stasiun tidak pernah diubah, tetap seperti
aslinya" tutur Wakil Kepala Stasiun Balapan Surakarta Suyatno. Meski
demikian, pihak stasiun pernah melakukan beberapa renovasi, misalnya
mengganti ubin lantai dengan keramik, membuat taman yang cukup asri di
bagian depan stasiun, dan menghias dinding bagian depan dengan batu alam.

Pihak stasiun juga menambah atap di peron bagian tengah, tapi desainnya
dibuat mirip dengan bangunan yang lain. Bantalan rel yang dulunya
terbuat dari kayu juga sudah diganti dengan beton. "Tapi saya tidak tahu
pasti kapan renovasi itu dilakukan," ujar Suyatno. Maklum, ia belum
begitu lama ditugaskan di stasiun terbesar di Surakarta itu.

Suasana bangunan tua memang sangat terasa begitu memasuki kawasan
stasiun ini. Kesejukan pun langsung terasa saat kaki menginjak ruang
depan stasiun. Padahal, ruangan itu tidak dilengkapi dengan kipas angin,
apalagi pendingin udara. Pembeli tiket yang antre di loket pun tidak
merasa kegerahan. Maklum, atap gedung yang tinggi membuat suasana terasa
lapang. Atapnya yang terbuat dari asbes mampu menyerap terik sinar
matahari dari atas. Embusan angin pun masuk dari kisi-kisi yang ada pada
atap yang dibuat bertingkat itu.

Kerangka atap yang terbuat dari baja membuat bangunan stasiun ini
terlihat kokoh. Ditambah lagi, ketebalan tembok bangunan peninggalan
Belanda ini mencapai dua kali lipat dibanding tembok biasa.

Di bagian belakang stasiun, terdapat bangunan besar yang digunakan
sebagai gudang. Beberapa pabrik, seperti pabrik semen, menyewa gudang
tersebut untuk menyimpan barang produksinya. Beberapa pekerja tengah
menurunkan muatan dari gerbong kereta barang ke dalam gudang. Di
sekitarnya, banyak bocah kecil tengah asyik bermain laying-layang tanpa
khawatir jika ada kereta api yang melintas.

Di dalam peron, tampak kesibukan yang selalu rutin dari hari ke hari.
Belasan kuli panggul menawarkan jasa membawakan barang-barang penumpang
yang turun dari kereta api. Tidak ada pedagang asongan yang berkeliaran.
Para pedagang memilih memajang dagangannya dalam sebuah etalase kaca.
Puluhan reklame produk rokok berjajar di setiap tiang penyangga atap.

Penumpang yang keluar dari peron segera disambut oleh kelompok pengemudi
becak, taksi, andong, dan kereta kuda. Beberapa alat transportasi itu
masih eksis, tidak tersingkir oleh perkembangan teknologi. Maklum,
sebelum digunakan untuk persinggahan kereta api, pada masa pemerintahan
Hindia Belanda, daerah di Stasiun Balapan adalah tempat pacuan kuda.

Sayang, tidak ada lagi saksi hidup yang pernah melihat kawasan tersebut
sebagai tempat berkuda para /sinyo/ Belanda. Bukti sejarah itu hanya
terdapat dalam catatan Raden Sajid dalam bukunya, /Babad Sala/, yang
banyak menceritakan asal-usul perkampungan di Surakarta pada masa lampau.

Dalam buku tersebut, Raden Rajid bercerita bahwa kawasan Banjarsari,
tempat Stasiun Balapan berada, merupakan hunian elite bagi warga Belanda
yang tinggal di Surakarta. Kawasan di sekitar Monumen Banjarsari dulunya
merupakan daerah perumahan yang disebut Villa Park. Hingga saat ini,
bangunan-bangunan tua berarsitektur Belanda di kawasan tersebut masih
bisa dijumpai.

Sedangkan di sebelah utara Monumen Banjarsari, terdapat sebuah
perkampungan yang bernama Kestalan. Nama tersebut berasal dari kata
"istal". Sebab, di tempat itulah para pemilik kuda balap menyimpan
kudanya. Sedangkan sedikit ke arah timur, kita akan melihat Kampung
Setabelan. Diberi nama demikian karena kampung itu dulunya merupakan
tempat latihan pasukan berkuda atau /stable/.

Tapi, dulu, penguasa Mangkunegaran memindahkan lokasi pacuan kuda ke
daerah Manahan, yang saat ini menjadi stadion termegah di Surakarta.
Kawasan Balapan digunakan sebagai sebuah stasiun pada 1873, yang
dikelola oleh perusahaan perkeretaapian zaman Belanda, Nederlandsch
Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Urusan arsitektur dipercayakan
kepada Herman Thomas Karsten, seorang arsitek dari Belanda yang juga
menjadi perancang Pasar Gede Hardjonagoro di Surakarta serta Pasar Johar
di Semarang.

Menurut Sularjo, salah seorang pengayuh becak yang selalu mangkal di
tempat tersebut, renovasi baru dilakukan pada 10 tahun terakhir.
"Sebelumnya, bangunannya sudah terlihat usang meskipun masih kokoh,"
tutur pria 60 tahun itu. Padahal, setiap hari, bangunan tersebut dilanda
getaran hebat saat kereta api melintas.

Sularjo menambahkan, meski stasiun ini kian uzur, jumlah penumpang
kereta yang keluar-masuk Stasiun Balapan mengalami peningkatan, terutama
dalam dua tahun terakhir. "Rezeki tambah lancar," katanya sembari
tersenyum lebar. "Barangkali karena tiket pesawat tambah mahal dan
sering jatuh," katanya dengan polos. *AHMAD RAFIQ
*

*http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/15/Berita_Utama-Jateng/krn.20090515.165296.id.html
*

Facebook Diserang Peretas

Facebook Diserang Peretas



Boston (ANTARA News/Reuters) - Para peretas (/hacker/) melancarkan
serangan terhadap 200 juta pengguna Facebook, Kamis, dan berhasil
mengumpulkan kata sandi (/password/) dari beberapa diantara jutaan
pengguna Facebook selama kampanye terakhir mereka menjarah para anggota
situs jejaring sosial populer itu.

Juru Bicara Facebook Barry Schnitt, Kamis, mengatakan bahwa laman
jejaring sosial itu tengah dalam proses pembersihan karena rusak dibobol
serangan peretas.

Dia menyatakan bahwa Facebook telah memblok akun-akun yang terkena
serangan, namun menolak mengungkapkan berapa banyak akun yang terkena
serangan itu.

Para peretas mendapatkan banyak kata sandi melalui apa yang disebut
sebagai serangan /phising/ (pancingan) yang membobol akun sejumlah
anggota Facebook dan kemudian mengirimkan pesan email ke teman-teman
sang pemilik akun dengan meminta mereka mengklik situs-situs palsu.

Situs-situs palsu ini dirancang seperti laman Facebook, sementara para
korban diatur sedemikian rupa untuk masuk kembali (/log/) ke situs yang
dianggapnya Facebook, padahal sebenarnya mereka sedang memasuki salah
satu situs yang dikendalikan para peretas dan tanpa sadar pengguna
Facebook telah memberikan kata sandi mereka kepada peretas.

Tujuan serangan peretasan seperti ini umumnya dikelaskan sebagai
pencurian dan menyebarkan pesan-pesan sampah (/spam/).

Domain-domain palsu milik peretas itu diantaranya adalah www.151.im,
www.121.im dan www.123.im. Facebook sendiri telah menghapus semua
referensi yang berhubungan dengan domain-domain palsu tersebut.

Schnitt mengatakan bahwa tim keamanan jaringan Facebook percaya bahwa
para peretas hendak mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi penting
(menyangkut pengguna Facebook) dan kemudian menggunakan akun-akun
terbobol itu untuk mengirimkan pesan-pesan palsu berisi tawaran produk
farmasi dan produk-produk lain yang kesemuanya palsu kepada para anggota
Facebook lainnya.

Facebook telah memerangi serangan serupa dua minggu lalu, kata Schnitt.

Facebook yang dimiliki perseorangan dan jejaring sosial pesaingnya
MySpace yang dimiliki News Corp, mewajibkan para pengirim pesan dalam
jejaring sosial untuk menjadi anggotanya dan merahasiakan data pengguna
dari orang yang tidak memiliki akun. Oleh karena itu, para pengguna
Facebook cenderung tidak mencurigai pesan-pesan yang mereka terima.

Para peretas melancarkan serangan /phising/ tahun lalu untuk menyebarkan
virus jahat yang dikenal dengan nama Koobface (merujuk pada Facebook).
Virus ini terunduh melalui komputer pribadi milik anggota Facebook
ketika pengguna mengklik situs yang dikirimkan kepadanya melalui email
yang kelihatannya dikirimkan teman mereka sesama anggota Facebook. (*)

http://antara.co.id/arc/2009/5/15/facebook-diserang-peretas/

Gelar Kongres Golput,Sri Bintang Pamungkas Ditangkap

Written By gusdurian on Minggu, 10 Mei 2009 | 14.37

Gelar Kongres Golput,Sri Bintang Pamungkas Ditangkap

YOGYAKARTA(SI) – Acara Kongres Nasional Persaudaraan Golongan Putih (Golput) se-Indonesia yang digelar di Hotel Satya Graha Umbulharjo,Yogyakarta,kemarin, dibubarkan secara paksa oleh polisi.


Kongres dengan agenda penolakan terhadap pemilu presiden (pilpres) dan ajakan golput ini dianggap tidak mengantongi izin kepolisian, baik Poltabes Yogyakarta maupun Mabes Polri.Penyelenggara kegiatan, Sri Bintang Pamungkas, dan sejumlah peserta kongres ditangkap. Kapoltabes Yogyakarta Kombes Pol Agus Sukamso mengatakan, pihaknya tidak bisa menerima bentuk pengumpulan massa secara ilegal dilakukan.”Kita bubarkan kegiatan itu,” tandas dia kemarin.

Pembubaran kongres sekitar pukul 15.45 WIB ini sempat menimbulkan adu mulut antara Kasat Samapta Poltabes Yogyakarta Kompol Suwandi dan Sri Bintang Pamungkas. Di hadapan forum yang baru saja dibuka, Suwandi meminta agar kegiatan tersebut segera dibubarkan karena tidak berizin. Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sri Bintang.Pendiri Ketua Umum Partai Uni Demokrasi Indonesia itu ngotot sudah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kapolri maupun Kapoltabes Yogyakarta. ”Ini kami mempunyai bukti.

Untuk itu,saya mohon dengan hormat kepada aparat polisi untuk meninggalkan tempat,”tandasnya. Karena mengalami kesulitan, akhirnya Kapoltabes Yogyakarta turun langsung untuk membubarkan paksa kongres yang rencananya berlangsung sampai 10 Mei itu. ”Mana surat pemberitahuannya, bukti terimanya mana. Ayo bawa-bawa,”kata Kapoltabes yang langsung memerintahkan anak buahnya menggelandang Sri Bintang.

Polisi langsung membawa Sri Bintang bersama para panitia dan juga peserta kongres ke dalam mobil truk dalmas yang telah disiapkan di luar hotel. Sri Bintang Pamungkas mengatakan, pihaknya memang tidak mengajukan perizinan untuk menggelar kongres tersebut. Namun, dia mengaku sudah memberitahukan kegiatan itu ke polisi. ”Saya tahu persis aturannya.Yang dibutuhkan adalah pemberitahuan dan bukan perizinan. Dan saya sudah melakukan pemberitahuan termasuk ke Kapolri,”katanya. Sri Bintang menuturkan, kongres digelar untuk menolak pilpres.

Dia menambahkan,rendahnya animo masyarakat terhadap pemilu, yang ditunjukkan dengan tingginya golput,menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat pada pemilu. Hal itu sama halnya dengan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah sebagai penyelenggara pemilu. Di Poltabes Yogyakarta,Sri Bintang menolak diperiksa atau memberi keterangan. Kuasa hukum Sri Bintang Pamungkas, Muhammad Irsyad Thamrin dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta mengatakan, kliennya menolak diperiksa atau memberi keterangan karena merasa tidak melakukan pelanggaran.

”Polisi juga tidak menyebutkan apa pelanggaran yang dilakukan klien kami. Dan kami minta jika memang tidak ada bukti pelanggaran, klien kami harus segera dilepas,” ujarnya. Muhammad Irsyad Thamrin mengatakan,apabila dalam waktu 24 jam sejak ditangkap kliennya tidak dibebaskan, ini merupakan pelanggaran hukum. (suharjono/maha deva/ant)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236943/38/

Angka Golput Lebih dari 45 Juta

Angka Golput Lebih dari 45 Juta


JAKARTA (SI) - Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih (golput) pada Pemilu Legislatif 9 April 2009 lalu mencapai lebih dari 45 juta jiwa.


Angka itu masih berpotensi bertambah seiring perkembangan rekapitulasi suara pemilu legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU hingga kemarin telah mengesahkan rekapitulasi suara dari 31 provinsi, atau tinggal menyisakan Provinsi Maluku Utara dan Sumatera Utara. Dari 31 provinsi itu, total suara yang masuk, baik sah maupun tidak sah, mencapai 115.961.960 suara.

Dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di 31 provinsi itu sebanyak 161.392.606 jiwa, angka golput mencapai 45.430.646. Angka tersebut adalah jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya di 31 provinsi. Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengatakan, jumlah golput yang mencapai 45 juta sangatlah besar.Apalagi data tersebut akan bertambah seiring perkembangan rekapitulasi suara Provinsi Maluku Utara dan Sumatera Utara.

Jeirry mengatakan, ada tiga faktor yang memengaruhi besarnya golput.Pertama adalah ghost voter, yang jumlahnya sekitar 20%. ”Jadi mereka ini terdaftar, tapi tidak akan memilih,” ujarnya kepada Seputar Indonesiadi Gedung KPU,Jakarta, kemarin. Kedua, faktor waktu pelaksanaan pemungutan suara.”Waktu itu pemungutan suara kan diadakan pada Kamis,sementara setelah itu, Jumat hingga Minggu adalah libur panjang. Banyak pemilih, khususnya diperkotaan yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan berlibur,”paparnya.

Dia menambahkan, banyaknya pemilih yang libur tersebut diperparah dengan sistem yang menyulitkan. ”Dari beberapa info yang saya dapatkan, sebenarnya orang yang berlibur tersebut akan memilih di tempat dia libur.Karena mengurusnya sulit, mereka akhirnya lebih memilih untuk tidak menggunakan hak pilih,”ujarnya. Faktor ketiga adalah ketidakberesan penyelenggaraan pemilu yang memunculkan apatisme masyarakat seperti DPT yang tidak beres menimbulkan kekecewaan yang ujungnya dilampiaskan dengan tidak menggunakan hak pilih.

Dari total suara yang masuk sebanyak 115.961.960, tercatat 98.269.205 suara dinyatakan sah, sedangkan 17.692.755 suara tidak sah. Menurut Jeirry, banyaknya suara yang tidak sah akibat faktor sosialisasi KPU. Anggota KPU Endang Sulastri mengatakan, KPU telah menghitung partisipasi masyarakat. ”Tingkat partisipasi 72%, di dalamnya pemilih yang menggunakan suara dengan sah dan tidak sah,”ujarnya. Menanggapi tingginya golput, Endang mengatakan, hal itu harus dilihat secara menyeluruh dengan kondisi saat ini.

Dia mengatakan, saat ini masyarakat kemungkinan didera kejenuhan. ”Dengan banyaknya pilkada yang juga berpengaruh pada kejenuhan masyarakat, saya pikir dengan tingkat partisipasi tersebut cukup bagus walaupun mungkin tidak memuaskan,” ujarnya kepada Seputar Indonesiadi Gedung KPU tadi malam. Dia mengungkapkan,faktor hari H pemungutan suara bisa juga menjadi salah satu penyebab partisipasi masyarakat. ”Mungkin iya, mungkin juga tidak,” jelasnya.

Seperti diketahui, pelaksanaan pemungutan suara terjadi pada masa libur panjang akhir pekan. Terkait suara tak sah, Endang Sulastri mengatakan, penyebab paling besar suara tidak sah adalah banyaknya pemilih yang memilih parpol yang tidak mempunyai caleg. ”Itu banyak yang menandai partai yang tidak punya caleg, padahal kalau begitu kan dinyatakan tidak sah,”katanya.

Seperti diketahui, ada beberapa parpol di beberapa dapil yang tidak mempunyai caleg. KPU memutuskan, jika parpol yang tidak mempunyai caleg dipilih, suara pemilih dinyatakan tidak sah.

Segera Diselesaikan

Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary menuturkan,rekapitulasi Maluku Utara memang baru diselesaikan pada Kamis (7/5) di tingkat KPU provinsi. KPU pusat berupaya menyelesaikan rekapitulasi provinsi tersebut sepanjang Jumat– Sabtu (8-9/5). ”Mudah-mudahan lancar,”kata Hafiz saat ditemui seusai salat Jumat kemarin.

Sedangkan rekapitulasi enam kecamatan di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara kemungkinan berlangsung hari ini. Hafiz menyatakan,enam kecamatan di Nias itu masih melakukan proses rekapitulasi ulang. Rekapitulasi itu membutuhkan waktu lantaran KPU harus membuka seluruh kotak suara yang berasal dari seluruh tempat pemungutan suara (TPS) di enam kecamatan itu.

”Laporan yang saya dapat, prosesnya masih berlangsung,” ungkapnya. Rekapitulasi ulang itu dilakukan di Kota Medan dengan pengamanan penuh pihak kepolisian. (kholil)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236945/38/

Martabat Buruh Migran

Martabat Buruh Migran
BARU sepekan lalu kita memperingati Hari Buruh. Di tengah hiruk pikuk berita politik di tanah air terkait pemilu dan kasus Antasari Azhar, ada kabar positif yang tidak terlalu mendapat perhatian. Yakni, devisa yang dikirimkan para tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tahun lalu naik signifikan. Rupanya, di tengah kondisi krisis ekonomi global saat ini, semangat mereka tidak kendur. Jumlah uang yang mereka kirimkan ke tanah air mencapai USD 8,24 miliar atau sekitar Rp 86,7 triliun.

Seperti yang dirilis Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), kiriman uang (remitansi) para TKI naik sekitar 37 persen. Sebelumnya, para buruh migran Indonesia itu rata-rata mengirimkan USD 6,1 miliar atau sekitar Rp 64,2 triliun.

Masuknya aliran uang ke kampung halaman para TKI, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Barat, dan Jawa Timur, itu memang sangat besar artinya bagi daerah. Bukan hanya bagi para anggota keluarga mereka, tapi juga sebagai stimulus ekonomi daerah.

Yang perlu diketahui, sekitar Rp 86,7 triliun hasil kucuran keringat para pahlawan devisa tersebut hanyalah yang bisa dihitung lewat kiriman uang melalui jasa perbankan. Karena itu, nilai riil uang kiriman pembantu rumah tangga (PRT) dan pekerja konstruksi di Malaysia, sopir dan PRT di Timur Tengah, serta pekerja sektor manufaktur di Korea Selatan dan Jepang, yang total mencapai 748.825 orang tersebut, bisa lebih besar daripada itu. Sebab, banyak juga uang yang dibawa masuk secara langsung saat mereka pulang atau sambang ke sanak familinya di tanah air.

Sayang, besarnya kontribusi para TKI tersebut masih belum diimbangi pemerintah dengan memberikan pelayanan dan perlindungan yang memadai. Padahal, hal itulah yang menjadi harapan semua orang atas berdirinya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) dulu. Hingga saat ini, masih banyak TKI yang tak berdaya menjadi korban kesewenang-wenangan perusahaan dan majikan tempat mereka bekerja di luar negeri. Termasuk tindak kejahatan -yang kadang juga dilakukan aparat- saat mereka pulang, bahkan sejak menginjakkan kaki di bandara di tanah air.

Bukan sekadar menyebut mereka dengan "pahlawan devisa", pemerintah dan segenap instansi yang terkait dengan pengiriman TKI ke luar negeri harus memberikan perlindungan maksimal.

Para anak bangsa ini rata-rata memang berangkat dari desa yang miskin. Belum seperti Filipina atau India yang sudah mengirim tenaga kerja yang sudah punya skill, sebagian besar TKI kita memang tenaga kasar. Namun, mereka tetap punya martabat. Dan, sebagai bangsa yang bermartabat, kita wajib menjaga martabat mereka.

Masih banyak keluarga TKI yang tak berdaya ketika "pahlawan" mereka tertimpa masalah. Kisah Kamiah, migran asal Dukuh Tengah, Kecamatan Karangampel, Indramayu, salah satu kantong TKI di Jabar, merupakan salah satu contoh. Sudah tiga bulan keluarganya kehilangan kontak dengan gadis cantik yang bekerja sebagai PRT di kota Firdaus, Kuwait, itu. Kontak terakhir gadis 24 tahun dengan keluarganya terjadi tiga bulan lalu. Saat itu dia mengadu diperkosa oleh sang majikan sehingga memutuskan akan pulang saat kontraknya habis bulan lalu.

Keluarga sudah berusaha mencari Kamiah dengan menghubungi instansi terkait, termasuk sponsor yang memberangkatkan dia dulu. Namun, hingga kini keberadaannya masih gelap. Seperti biasa, tidak ada yang peduli.

Kisah seperti yang dialami Kamiah itu hanya salah satu contoh kecil tentang minimnya perlindungan buruh migran kita di luar negeri. Ini seperti cerita yang terus diulang-ulang. Namun, kita mesti tidak boleh bosan memperjuangkannya. Sebab, sebagai anak bangsa, orang seperti Kamiah juga layak diperlakukan dengan bermartabat. (*)

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=67902

HIDAYAT NUR WAHID

HIDAYAT NUR WAHID

DI antara para calon presiden (capres) pada masa Pemilu 2004, tampil seorang pendatang baru yang langsung menghebohkan. Ibarat air, yang di permukaan sungai tampak tenang, namun ternyata menghanyutkan.



Debutan ini langsung menarik perhatian karena terbukti potensial menarik suara kawula muda dan cendekiawan Ibu Kota. Hanya saja, pendatang baru yang menghebohkan ini kandas di babak penyisihan tanpa bisa masuk babak final pemilihan presiden.Akibat di daerah luar Jakarta masih relatif kurang dikenal, dia pun kurang memperoleh suara rakyat untuk memenuhi syarat masuk babak final pilpres.

Di masa baru berusia 44 tahun itu,Dr Hidayat Nur Wahid (HNW) secara nasional memang masih belum banyak dikenal. Doktor lulusan Universitas Islam Madinah,Arab Saudi ini senantiasa tampil tenang dan selalu bertutur kata halus, baik pada pengucapan maupun makna. Dalam pengalaman berbincang, baik secara formal maupun personal-santai, saya belum sempat mendengar nada tinggi atau makna keras dalam tutur kata cendekiawan ini.

Tampaknya kata ”tidak” tidak eksisdidalamkamusperbendaharaan kata-kata Hidayat Nur Wahid karena saya belum pernah dengar kata ”tidak”terucap olehnya.Bukan berarti HNW tidak punya prinsip, tidak berani menolak apa yang sebenarnya tidak sesuai selera, paham, atau keyakinan dirinya. HNW bisa menolak, tapi bukan dengan kata keras ”tidak”, melainkan lebih dengan kata lembut seperti ”terima kasih” sambil menggelengkankepalaataudengansikap diam.Yang menarik adalah tanpa kata ”tidak” punsaya tetap langsung bisa tahu apabila HNW menolak sesuatu yang tidak sesuai selera, paham,atau keyakinan dirinya.

Menurut analisis,mereka yang menganggap dan dianggap para ilmuwan politik,Hidayat Nur Wahid kandas di babak penyisihan Pilpres 2004 di samping akibat secara nasional masih kalah populer dibanding para pemain lawas di panggung politik Indonesia, juga akibat citra Islam fundamentalis sangat lekat atau sengaja dilekatkan oleh para lawan politik pada dirinya. Prasangka Islam fundamentalis makin diperkuat fobia islamisasi, maka ampuh memicu curiga bahwa apabila HNW presiden, negara kesatuan dan persatuan Indonesia lambat tapi pasti dipaksa menjadi negara Islam.

Pracemas terhadap islamisasi optimal dimanfaatkan para lawan politik HNW untuk mengganjal laju derap langkah karier politik tokoh pendiri PKS yang masuk nominasi Muri sebagai Ketua Umum MPR RI termuda ini! Terlepas dari relevan tidaknya kecurigaan atas islamisasi, pada saat menjawab pertanyaan saya di acara talkshow Jaya Suprana Show, HNW yang baru saja melepaskan jabatan sebagai Ketua Umum PKS secara santun menegaskan bahwa sama sekali tidak ada hasrat mengislamisasikan Republik Indonesia secara inkonstitusional.

Andaikata secara konstitusional ternyata mayoritas rakyat Indonesia menghendaki Republik Indonesia menjadi negara Islam, sebenarnya juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena hukum Islam tentu hanya berlaku bagi warga yang beragama Islam. Seluruh warga non-Muslim di Indonesia juga tidak perlu cemas dipaksa masuk Islam seperti dahulu Ratu Isabella dan Raja Ferdinand setelah berhasil mengusir Raja Granada,Boabdil,dari Istana Al Hambra langsung mengkristenkan warga Muslim dan Yahudi di Spanyol.

Hidayat Nur Wahid dengan tersenyum arif-campur-geli menegaskan bahwa praktik abad pertengahan seperti itu sudah anakronis alias tidak layak lagi di abad teknologi informatika ini. Namun, pernyataan tersebut tampaknya tidak banyak yang memedulikan, apalagi memafhumi sebab sampai kini citra islamisasi masih sangat melekat bahkan sengaja dilekatkan secara politis pada diri HNW maupun PKS.

Bahkan masih banyak yang keliru menafsirkan HNW sepaham dengan kaum fundamentalis garis keras meski berulang kali HNW telah tanpa kompromi menegaskan sama sekali tidak setuju dengan tindak kekerasan yang dilakukan mereka yang dianggap kaum fundamentalis gariskeras itu.

Citra negatif, meski tidak sesuai kenyataan,memang sulit dikoreksi akibat secara psikososial khalayak ramai memang lebih menyenangi gosip bersuasana negatif ketimbang positif. Maka, tidak mengherankan bahwa di dunia jurnalistik hadir keyakinan paradoksal, tapi persisten bahwa bad news is good news! (*)

JAYA SUPRANA


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236944/38/

Menanti Golden Period KPK

Menanti Golden Period KPK


Setelah beberapa hari mengundang pertanyaan berbagai pihak,akhirnya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui ditahan.Awalnya, Kejaksaan Agung mengumumkan surat pencekalan untuk Antasari karena menurut Bareskrim Mabes Polri,Antasari sudah berstatus tersangka.


Apakah dengan demikian, pemberantasan korupsi dan KPK berarti kiamat? Tunggu dulu. Antasari adalah satu hal, sedangkan KPK merupakan aspek lain yang jauh lebih besar dan jauh lebih penting dibanding perorangan mana pun. Di titik inilah publik harus disadarkan bahwa kasus yang menimpa Ketua KPK nonaktif tersebut hanyalah persoalan personal.Apalagi, kita sangat mengerti, ada empat pimpinan lain di institusi tersebut dan ratusan pegawai yang dapat membuat KPK tetap berdiri di garis depan dalam pemberantasan korupsi.

Penumpang Gelap

Dalam pembicaraan ICW dan Koalisi ketika menyambangi Pimpinan KPK, Senin (4/5), kerisauan dan kekhawatiran proses hukum AA akan ditelikung oleh berbagai pihak menjadi persoalan krusial. Sejumlah pihak yang sangat berkepentingan dengan “kematian KPK”, tentu sangat mungkin melakukan upaya delegitimasi dan pelemahan. Ada dua skenario sederhana yang patut dicermati. Pertama, dengan merusak kepercayaan publik.

Wacana diarahkan pada perusakan citra KPK. “Ternyata, institusi seperti KPK pun bahkan diisi oleh orang yang mentalitas dan moralnya dipertanyakan,” kurang lebih demikian. Hal ini akan menjadi satu titik awal proses pembusukan KPK. Trust atau kepercayaan publik menjadi sasaran terbesar bagi kelompok yang menginginkan KPK tiada. Karena itulah, ICW memintas potensi “penumpang gelap” tersebut. Kunjungan dan sharing dengan pimpinan KPK pada Senin lalu merupakan satu bentuk penegasan bahwa KPK tidak sendiri.

Dan publik masih terus membutuhkan institusi seperti ini untuk tetap tegar dan konsisten memberantas korupsi. Bahkan, bukan tidak mungkin KPK lebih baik tanpa Antasari Azhar. Kedua, ”penumpang gelap” diduga justru berada di kubu Antasari Azhar. Hal ini sempat mengemuka ketika pihak pengacara menyatakan terdapat skenario besar dibalik proses hukum terhadap Ketua KPK tersebut.Argumentasi yang ingin dibangun, penangkapan Antasari justru ditujukan untuk menghancurkan KPK. Hal itu dilakukan oleh gerakan yang disebut ”Corruptor Fight Back”.

Ketika KPK sedang giat memberantas korupsi,menyeret sejumlah anggota DPR, maka ada pihak yang tidak senang dengan KPK dan kemudian menyerang ketua institusi ini.Mereka ingin mengatakan, Antasari Azhar adalah pahlawan dibalik kasus-kasus korupsi yang dibongkar KPK Jilid II sejak Januari 2008. Sepintas dua skenario di atas masuk akal.Namun,ICW mencoba tidak mempercayai bahkan melawan kedua deskripsi di atas.Karena pada dasarnya, dua pihak tersebut ingin KPK hancur.

Atau khusus yang kedua,mereka ingin Antasari Azhar diselamatkan karena ia pernah menjadi Ketua KPK. Ketenaran KPK dan harapan publik terhadap institusi ini dimanfaatkan untuk menguntungkan klien mereka. Padahal, kalaupun pemberantasan korupsi sempat cukup baik di KPK,tidak adil rasanya jika penghargaan tersebut diberikan pada satu orang. Karena berdasarkan UU 30/2002 tentang KPK, sangat jelas disebutkan bahwa kepemimpinan KPK bersifat kolektif.Posisi Ketua KPK lebih pada fungsi administratif dan formil, bukan membawahi dan bukan pengambil keputusan mutlak.

Atas dasar itulah, kepolisian tidak boleh ragu dan takut memproses otak dibalik pembunuhan Nasruddin. KPK pasti akan tetap mampu berjalan di garda depan, dan masyarakat sipil menyatakan telah mendukung KPK untuk lebih keras dalam pemberantasan korupsi. Semua hal di atas dilakukan oleh Koalisi untuk mencegah upaya penghancuran KPK. Belajar dari sejarah dan preseden legitimasi lembaga antikorupsi, bukan tidak mungkin hal yang sama diterapkan pada KPK.

Bentuk delegitimasi bisa berujud dua hal,yaitu membatalkan undang-undang sebagai dasar hukum institusi dan menggerogoti kepercayaan publik terhadap KPK. Untuk poin pertama, ancaman tersebut sudah nyata.UU KPK dan Tindak Pidana Korupsi tercatat sebagai aturan hukum yang paling sering di-judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Setidaknya, sudah delapan kali UU ini dimintakan batal.Meskipun tidak secara keseluruhan, salah satu putusan MK ternyata membatalkan eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Padahal, pengadilan ini adalah ujung tombak semua kasus yang ditangani KPK. Bahkan di tengah skeptisme dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pengadilan umum, institusi ini menjadi tumpuan harapan publik. Akan tetapi, justru dua lembaga inilah yang menjadi titik tembak para mafia koruptif. Lebih dari itu, sejarah legitimasi secara riil sangat dekat dengan institusi pemberantasan korupsi.

Dari tahun 1967 ketika Tim Pemberantasan Korupsi pertama kali dibentuk melalui Keppres No 228/1967, sampai saat ini sudah tujuh lembaga sejenis yang terbunuh ketika mulai meresahkan para koruptor. KPK tentu tidak boleh bernasib sama. Mempertahankan eksistensi lembaga ini dan Pengadilan Tipikor sebagai ujung tombak pemberantasan kejahatan korupsi adalah harga mati.

Tantangan ke Depan

Bagaimana masa depan KPK minus Antasari Azhar? Belajar dari rekam jejak AA yang pernah kami serahkan ke Panitia Seleksi dan Komisi III DPR, tentu seharusnya KPK lebih baik dengan empat komisioner seperti saat ini.Namun, memang hal itu harus tetap dikawal secara terus-menerus. Fenomena tebang pilih dan bermuatan politis di era Antasari sebaiknya dijawab oleh KPK era baru ini dengan menuntaskan perkara yang ditangani.

Kasus Agus Condro dan Aliran Dana BI merupakan tantangan terbesar. Strategi perang terhadap korupsi yang sepertinya menekankan pada aspek pencegahan sebaiknya ditinjau ulang. Karena di era lalu,kebijakan ini sangat potensial disimpangi.Konsep pencegahan dikhawatirkan justru berimplikasi melindungi pelaku tindak pidana.Untuk kasus seperti upah pungut pajak dan korupsi dana haji,prediksi itu hampir terbukti.

Kasus ini ternyata ditangani bagian pencegahan, padahal sejumlah bukti menunjukkan adanya dugaan tindak pidana korupsi. Jika empat pimpinan KPK mampu menjawab tantangan tersebut, bukan tidak mungkin era setelah KPK minus Antasari akan mencapai ”Golden Period” dalam pemberantasan korupsi.(*)

Febri Diansyah
Peneliti Hukum, Anggota Badan Pekerja ICW


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236939/

Green Constitution

Pada 2 Mei 2009 lalu saya diundang pada peluncuran buku terbaru Prof Dr Jimly Asshiddiqie SH yang berjudul seperti judul tulisan ini.


Kreatif juga teman satu ini, pikir saya.Puluhan buku Prof Jimly telah diterbitkan, umumnya menyangkut konstitusi dan seputar negara dan penyelenggaraan negara. Kali ini juga masih menyangkut konstitusi, ya semacam undang-undang dasar yang bernuansa kelestarian alam. Itulah yang membuat saya juga tertarik untuk hadir. Sama sekali tak berkaitan dengan Al Gore, mantan Wakil Presiden AS yang kini bergiat di lingkungan hidup. Apalagi harus mengait-aitkan Prof Jimly dengan cawapres.

Semangat buku ini adalah agar negeri ini lebih memperhatikan lingkungan hidup, pelestarian alam, atau negeri yang hijau. Bahkan mengangkatnya di dalam dasar bernegara. Beberapa negara memang telah melakukan langkah semacam ini. Di buku ini juga diceritakan. Mulai dari Konstitusi Hijau Portugal pada 1976, Konstitusi Hijau Spanyol pada 1978, Konstitusi Hijau Polandia pada 1997,juga Prancis yang mengubah konstitusinya pada 2006, serta memasukkan hak-hak dasar manusia untuk dapat hidup di lingkungan yang lestari.

Yang lebih revolusioner lagi adalah Ekuador melalui undangundang dasar terbaru pada 2008. Itu bukan sekadar hak manusia untuk menikmati alam yang lestari, melainkan lingkungan hidup itu sendiri memiliki haknya sendiri. Istilahnya, hak alam sebagai subjek dalam kehidupan manusia. Semangat yang ingin disajikan buku ini pun menjadi bahan diskusi yang cukup menarik.

Lebih lebih, munculnya tiga panelis yang memiliki kualifikasi atas topik ini yakni Prof Emil Salim, Dr Sonny Keraf, aktivis partai yang gagal kembali ke Senayan, dan Mas Achmad Santosa,dari ICEL.Moderatornya Nazwa Shihab. Diskusi pun tidak hanya di seputar undang-undang dasar alias konstitusi, tapi juga di seputar pelaksanaan kita berbangsa dan bernegara. Dengan tekun saya menyimak. Muncul banyak gagasan. Terutama di dalam perilaku kita membangun bangsa, khususnya kurangnya perhatian terhadap lingkungan hidup.

Orientasi pemerintah pun masih selalu di bidang ekonomi,belum sampai pada urusan lingkungan hidup! ucap seorang pembicara. Buktinya banyak pemerintahan yang justru tidak memedulikan lembaga yang mengurusi lingkungan hidup.Mestinya tidak sekadar menteri negara, tapi harus sampai tingkat departemen. Para politisi pun tidak peduli dan undang-undangnya tidak mendukung, jawab yang lain. Dari penulis buku pun datang gagasan agar dibentuk komisi khusus untuk mengawasi pelaksanaan lingkungan hidup. Kalau bisa, seperti KPK yang siap menyelidiki, menyidik, dan menuntut pelaksanaan hukum di bidang lingkungan hidup.

Pokoknya banyak retorika yang dikembangkan,tapi yang terkesan bagi saya tetap yang disampaikan Pak Emil Salim walau dengan suara yang kian lemah. Bagaimanapun semua pihak harus ikut menyuarakan dan melaksanakan pelestarian lingkungan hidup ini! katanya. Ingin juga saya menanggapi, tapi tidak jadi. Sesungguhnya sebagaimana yang berkembang di dalam diskusi itu, melalui konstitusi yang kita memiliki pun sudah cukup kalau semua potensi yang dimiliki dapat digerakkan untuk selalu menyadari dan selanjutnya menjaga lingkungan hidup.

Pasal 28 h ditambah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sebenarnya sudah cukup menjadi dasar.Tinggal bagaimana mengembangkannya di dalam kehidupan agar faktor lingkungan hidup menjadi milik dan tanggung jawab semua pihak. Setingkat menteri negara pun sesungguhnya akan cukup memadai asal kementerian ini bisa memfungsikan semua komponen yang dimiliki sesuai fungsinya. Saya pernah bekerja di sebuah kantor menteri negara. Sebagaimana sifat birokrasi pemerintahan, mereka pun akhirnya terpusat pada hal-hal kecil.

Yang dipersoalkan hanya anggaran yang kecil.Mereka menuntut kewenangan yang lebih luas. Kini pun banyak kantor menteri negara yang masih berperilaku begitu, padahal merekalah yang semestinya menyosialisasikan pentingnya mempertimbangkan lingkungan dalam kehidupan bernegara. Mereka pula mengoordinasikan semua potensi negara untuk pembangunan yang memiliki aspek lingkungan.Yang saya maksud dengan semua adalah lembaga- lembaga negara (termasuk DPR,DPD,MA,MK,bahkan BPK), lembaga-lembaga pemerintah (termasuk pemerintah daerah), bahkan masyarakat secara keseluruhan.

Biarkan masing-masing melaksanakan fungsinya dengan senantiasa mempertimbangkan aspek lingkungan hidup. Apa bisa? Kenapa tidak? Mungkin banyak pihak yang merasa BPK tak memiliki kaitan dengan lingkungan hidup. Padahal sudah cukup banyak pemeriksaan keuangan negara yang kami lakukan yang terkait pembangunan atau rusaknya lingkungan hidup di negeri ini. Lihat misalnya pemeriksaan (audit) tentang kebakaran hutan, flu burung,lumpur Lapindo,banjir di Jember, dan rusaknya DAS Bengawan Solo.

Termasuk langkahlangkah kecil dengan menanami pohon-pohon di sekitar Kantor BPK,bahkan di pinggir jalan. Sayangnya langkah semacam ini memang masih harus dikembangkan. Bukan hanya kuantitasnya, melainkan juga kualitasnya. Juga peningkatan akan tindak lanjutnya. Dari beberapa pemeriksaan yang kami lakukan, tampak betapa pemerintah yang terkait di bidang ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Bahkan pemerintah melakukan langkah yang justru merusak lingkungan.Aturan yang disusun dalam bidang ini pun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jika masing-masing lembaga yang ada dikembangkan dan selanjutnya dikoordinasikan, mestinya akan menjadi terintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tinggal kita merumuskan apa yang harus dilakukan DPR, DPD,masing-masing departemen, Mahkamah Agung, pemerintah daerah, dan semua unsur di dalam negara,termasuk rakyat sendiri.

Agaknya kita tak perlu membuat komisi khusus yang hanya akan meningkatkan pengeluaran negara, apalagi hanya menuntut dan menuntut terus. Bukankah kita sudah memiliki menteri negara juga lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Saatnya untuk bekerja sesuai bidangnya masingmasing, termasuk mempertimbangkan aspek lingkungan hidup yang menjadi hajat hidup bersama. Itu saja.(*)

Baharuddin Aritonang
Anggota BPK


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236938/
TAJUK, Hatta Rajasa di Antara Dominasi SBY dan Mega


KUNJUNGANHatta Rajasa ke rumah Megawati,Rabu (6/5),bisa dimaknai sebagai kunjungan politis.Kendati tema besar yang diusung membicarakan status rumah Megawati,representasi Hatta sebagai orang kepercayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengisyaratkan adanya upaya “pendekatan”kepada Megawati.


Sudah menjadi rahasia publik,kedekatan Hatta dengan SBY tidak lagi semata urusan formal Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) dengan Presiden. Selama ini, Hatta juga menjalankan ”tugas politik” menghubungkan SBY dengan para tokoh partai politik. Setidaknya dalam dua bulan terakhir, Hatta berhasil menjadi mediator pertemuan SBY dengan MS Kaban (PBB), Muhaimin Iskandar (PKB), Hilmi Aminuddin (PKS), Amien Rais (PAN), dan Suryadharma Ali (PPP).

Goal dari pertemuan tersebut adalah menjalin koalisi bersama. Hatta piawai dalam melobi.Dia memiliki jejaring pertemanan sangat luas.Hampir semua tokoh kunci yang menjadi patron politik di Indonesia bisa didekati Hatta. Dengan Megawati, Hatta punya hubungan historikal. Sebagai Ketua Fraksi Reformasi di DPR tahun 2001, Hatta terlibat langsung dalam keputusan strategis terkait suksesi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kepada Megawati. Bukti besarnya jasa Hatta ”dibalas” Mega dengan menunjuknya sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek).

Tidak hanya dengan Megawati. Hatta juga memiliki hubungan pertemanan yang kental dengan suami Megawati,Taufik Kiemas.Sebagai sesama ”wong kito”, Hatta sering terlibat dialog dan komunikasi politik dengan Kiemas. Dulu menjelang suksesi Gus Dur kepada Megawati, Kiemas selalu mengajak Hatta bersama petinggi fraksi di DPR berkunjung ke daerah. Hubungan mereka semakin lekat saat Hatta menjadi bagian kabinet pemerintahan Megawati.Tentunya,sentuhan pertemanan di masa lalu,menjadi entry pointbagi Hatta untuk bisa diterima Megawati. Upaya mendekati Megawati saat ini merupakan momentum terbaik.

Perolehan suara PDI Perjuangan yang tidak signifikan dalam Pemilu Legislatif 2009 membuat partai moncong putih itu sulit mengusung Megawati bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Beberapa pekan sebelumnya, Megawati masih berpeluang maju sebagai capres kalau saja Jusuf Kalla dan Golkar tidak menggandeng Wiranto dengan Hanura berkoalisi dalam Pilpres 2009. Minimal, jika Hanura dan Gerindra masih bersama PDI Perjuangan, syarat pencalonan capres bisa dilampaui Megawati.

Saat ini memang masih ada Gerindra yang bisa diajak berkoalisi dengan PDI Perjuangan.Namun, arah ke sana semakin jauh dari kenyataan karena Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto tetap high calldan tak mau mengalah menjadi cawapres. Situasi gamang di PDI Perjuangan ternyata juga dialami SBY dan Partai Demokrat.Hanya, kegamangan SBY dan Partai Demokrat bukan pada masalah syarat pengajuan capres pada Pilpres 2009, tetapi pada pendukung koalisi yang didominasi parpol berasas Islam.

Sebagai figur nasionalis, tentunya SBY tidak happy dengan situasi koalisi saat ini. Dia pasti menginginkan kehadiran partai berbasis nasionalis agar koalisi yang dibangun bercorak pelangi.Faktanya, hanya ada satu partai nasionalis dengan basis massa terbesar saat ini yang belum masuk dalam koalisi pilpres yakni PDI Perjuangan.Mau tak mau,Megawati dan PDI Perjuangan menyimpan daya tarik tersendiri bagi SBY.

Di lain sisi, tak ada lagi alasan Megawati dan PDI Perjuangan menolak pinangan SBY.Justru inilah momentum terbaik PDI Perjuangan menyiapkan kader di eksekutif, setelah lima tahun memilih beroposisi di luar pemerintahan. Toh,kalaupun menang dalam pilpres mendatang SBY tidak lagi memiliki target politik yang mengancam masa depan kader PDI Perjuangan. Politik memang tak bisa dikalkulasi secara hitam putih. Namun, adagium yang pasti dan tetap berlaku dalam politik adalah bahwa tidak ada kawan dan lawan abadi,hanya ada kepentingan abadi.

Merujuk pada kenyataannya tersebut, bisa dipastikan koalisi Demokrat dengan PDI Perjuangan adalah sebuah keniscayaan.Ketika keniscayaan itu menjelma dalam realitas,figur Hatta Rajasa tak boleh dilupakan. Sekecil apa pun sumbangsih yang diberikan, Hatta telah memberi bukti mampu mencairkan kebuntuan politik antara SBY dengan Megawati.(*)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236937/

Apa yang Sebenarnya Diinginkan Wanita?

Apa yang Sebenarnya Diinginkan Wanita?

Apa yang sebenarnya menjadi perhatian para wanita? Homoseksualitas? Atau malah hal-hal yang dianggap sebagai permasalahan biasa yang sedang dihadapi banyak orang di masa resesi ini?


ANCAMAN kematian,pemecatan, dan pengunduran diri mendadak, penggantian kunci kantor,adu mulut panas, dan bahkan saling lempar umpatan di hadapan wartawan. Kalau saja ini dianggap belum cukup, perubahan dramatis kepemimpinan Aware bulan lalu juga melihat munculnya “mentor feminis” yang memproklamirkan diri.

Sebuah gereja dan bank besar di sini menjadi sorotan k e t i k a orang tua mengeluhkan tentang dugaan panduan pendidikan seksual prohomoseksual digunakan pendidik di beberapa sekolah menengah lanjutan. Ti d a k sulit melihat mengapa,meskipun resesi ekonomi dan wabah flu babi terjadi, Saga Aware dengan cepat menjadi bahan gosip panas warga Singapura. Ketertarikan terhadap kelompok penasihat wanita ini jelasnya meningkat, apalagi ada dua faksi yang siap berhadapan dalam konferensi luar biasa pada akhir pekan ini.

Keanggotaan meningkat tajam dari sekitar 300 orang sebelum Saga Aware ini menjadi lebih dari 1.000 orang dan angkanya terus meningkat. “Perselisihan itu menjadi bahan bacaan yang sangat bagus di tabloid, tapi pada akhirnya itu malah menghancurkan organisasi yang selama ini diperjuangkan dua kubu itu,”ujar seorang wanita yang berusia 30-an.

Nyatanya,bagi asosiasi berusia 24 tahun itu,yang menyebut diri sebagai suara bagi wanita Singapura, sebagian wanita di luar sana ironinya tidak benar-benar terpengaruh oleh isu yang menjadi pusat perselisihan pendirian Aware terhadap homoseksualitas. Bukan karena isu itu tidak penting, melainkan dari polling Weekend Xtra Today terhadap 50 wanita S i n g a p u ra berusia 24 – 75 tahun menemukan bahwa mereka jelas sekali punya isu roti-dan-mentega yang lebih penting untuk dicemaskan, terutama selama resesi. Mereka juga mengatakan butuh semua bantuan yang bisa mereka dapatkan.

Sebelum resesi saat ini Manajer Kantor Pauline Blasky, 46, bahkan mengakui kondisi saat itu sudah cukup sulit bagi wanita berusia 40 tahun untuk mencari pekerjaan. “Bos-bos potensial merasa bahwa kami sudah mapan dengan cara kami dan tidak terbuka untuk perubahan dan bahwa kami tidak akan senang jika supervisor kami lebih muda,”ujarnya. Beberapa wanita lain seperti Blasky mengatakan,mereka takut kondisi buruk ini akan terus berlangsung. Mengkhawatirkan terjadinya pemecatan, beberapa karyawan yang sedang hamil tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kehidupan mereka sementara.

Mereka yang tidak hamil mengaku akan mempertahankan pekerjaan mereka sekarang. Seorang responden,seorang calon ibu, mengatakan tidak hanya mencemaskan bagaimana nanti menjadi seorang ibu,tapi juga khawatir akan terjadi perampingan setelah kembali dari cuti hamil empat bulan. Meskipun kekhawatiran itu tidak terjadi, itu sudah memperlihatkan keburukannya dengan bentuk lain, demikian diungkapkan Daphne Ling, yang sedang hamil anak kedua.

“Misalnya, proyek besar diberikan kepada pria atau wanita yang tidak hamil. Bahkan, meskipun kami mengontribusikan jumlah pekerjaan yang sama, ketika berha-dapan dengan pengangkatan dan promosi, hamil adalah cara cepat untuk tidak dilihat,” tutur Ling. Anggota parlemen Halimah Yacob yang vokal terhadap kesetaraan gender di tempat kerja mengatakan, hanya ada sedikit bukti yang menyebutkan wanita akan lebih berisiko mengalami pengurangan beban kerja dibanding pria dalam resesi saat ini.(*)

Loh Chee Kong dan Alicia Wong
cheekong@mediacorp.com.sg


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236928/
JAKARTA - Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri membantah adanya dugaan konspirasi besar di balik penangkapan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif Antasari Azhar. "Tidak ada konspirasi, lihat saja nanti pembuktian di pengadilan," katanya di istana kemarin.

Pernyataan Kapolri itu sekaligus mengklarifikasi berita seputar adanya skenario ''membunuh" KPK sehingga menjadikan kasus tersebut sebagai konspirasi politik. Kapolri yakin, pengusutan kasus pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain sudah sesuai prosedur.

Sementara ini, polisi masih menduga bahwa penembakan Nasrudin di kawasan Modernland (14/3) tersebut adalah kasus pembunuhan murni. Itu sesuai dengan hasil penyelidikan terhadap para tersangka dan pihak yang terkait. Jika ada pihak yang meragukan kebenaran proses hukum Antasari, Kapolri mempersilakan untuk membuktikan di pengadilan. "Kita bicara fakta yuridis saja di pengadilan, itu kan umum. Semua masyarakat akan mendengar secara langsung," tegasnya.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menilai, penyidikan kasus Antasari memang sangat sensitif. "Saya kira polisi cukup hati-hati karena kebetulan menyangkut pejabat negara. Sebab, kalau meleset, akan mengarah kepada citranya," kata purnawirawan komisaris besar polisi itu.

Karena itulah, Mabes Polri memantau langsung penyidikan kasus tersebut. Kasus Antasari itu mungkin bisa diambil alih Mabes Polri untuk merapikan dan melindungi proses penyelidikan. Menurut pengajar PTIK tersebut, penembakan Nasrudin berbeda dengan kasus penembakan Dirut PT Asaba (Boedyharto Angsono). Ketika itu (2003), polisi sangat cepat dan sangat terbuka. "Kalau kasus Pak Nasrudin ini, (polisi) harus menembus ke lapisan-lapisan yang tertutup oleh hukum," terangnya.

Secara terpisah, Jaksa Agung Muda Pidana Umum (JAM Pidum) Abdul Hakim Ritonga mengatakan telah mendapat perintah dari Jaksa Agung Hendarman Supandji untuk mempersiapkan jaksa P-16 (peneliti) dalam kasus pembunuhan Nasrudin. "Saya diperintah menyiapkan tim jaksa peneliti yang baik," kata Ritonga di Kejagung kemarin (8/5).

Namun, hingga kini Ritonga belum menentukan jaksa-jaksa yang akan terlibat dalam jaksa P-16 itu. Alasannya, kejaksaan belum menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) dari kepolisian. "Sampai hari ini, Kejagung dan Kejati DKI Jakarta belum menerima. Tidak tahu kalau Kejati Banten," urai mantan kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulsel itu.

Selain itu, SPDP tersebut penting bagi jaksa dalam penanganan perkara yang melibatkan Antasari Azhar itu. "Nanti kalau sudah ada SPDP, itulah pintu masuk bagi jaksa untuk bicara perkara tersebut," kata Ritonga. Dia mengungkapkan, jaksa agung akan ikut memantau perkara pembunuhan yang telah menetapkan sembilan orang tersangka itu. Sebab, kasus tersebut masuk dalam kategori perkara penting. "Jadi, setiap tahap, dari SPDP sampai eksekusi, harus dilaporkan ke jaksa agung," jelasnya.

Sementara itu, polisi kemarin menemukan fakta-fakta baru hasil konfirmasi langsung istri Antasari, Ida Laksmiwati. Kemarin, ibu dua anak tersebut dipanggil ke Ruang Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya. "Ditanya soal kehidupan sehari-hari Pak Antasari," ujar Direskrimum Polda Metro Jaya Kombespol M. Iriawan. Ida datang pukul 10 dengan mengenakan baju motif batik warna hijau. Dia ditemani pengacara Juniver Girsang dan Ari Yusuf Amir.

Pukul 12.15, Ida keluar dari ruang penyidik, lalu menuju ruang tahanan suaminya di gedung Direktorat Narkoba, sekitar 200 meter sebelah timur kantor Ditreskrimum. Putri mantan Pangdam Sriwijaya Haroen Soewardi itu berada di rutan hingga pukul 14.15. ''Saya membawa dokumen,'' ujar Ida saat ditanya wartawan.

Wanita yang dinikahi Antasari pada 1983 tersebut membantah telah diperiksa. ''Tanya sama pengacara saja,'' katanya.

Sumber koran ini di Polda Metro Jaya menjelaskan, kesaksian Ida sangat penting untuk melengkapi berkas penyidikan. ''Kami ingin tahu kebiasaan AA (Antasari). Terutama saat sedang tidak bersama keluarga. Apakah memberi tahu atau tidak,'' ujarnya.

Rutinitas harian Antasari juga ditanyakan. Misalnya, apakah dia memberi tahu istri saat bermain golf dan bertemu tamu-tamu pribadi. ''Urusan itu terkesan sepele, tapi sangat besar artinya bagi kepentingan penyidikan,'' tegasnya.

Termasuk, acara cuti pribadi Antasari ke Australia pada 8-15 Maret 2009. Sebab, pada momen itulah Nasrudin dieksekusi. ''Kami cek apakah istrinya mendampingi, apakah ada bukti-bukti yang menguatkan,'' katanya.

Jika detail kegiatan Antasari tersebut dikantongi penyidik, sangkaan otak intelektual bisa segera terungkap. Dua tersangka lain (Sigid dan Wiliar Wizar) juga ditanya soal aktivitas mereka pada tanggal itu. ''Perencanaan pembunuhan berarti ada proses konsolidasi ulang setelah misi sukses. Kami menduga sekitar tanggal 14 (Maret) malam atau tanggal 15 siang,'' jelasnya.

Penyidik juga meminta kopi dokumen-dokumen di rumah Antasari. Dokumen tersebut, antara lain, surat permohonan kerja sama Sigid Haryo Wibisono selaku pimpinan harian Merdeka dengan KPK. Juga, dokumen yang pernah disampaikan Nasrudin sebelum tewas ditembak. Polisi memastikan akan memanggil ulang Ida untuk dimintai keterangan sebagai saksi. ''Jadwalnya belum pasti. Mungkin minggu depan,'' ujarnya.

Pengacara Antasari, Juniver Girsang, membantah Ida telah diperiksa. ''Ibu menyerahkan dokumen yang diminta penyidik. Beliau memang menandatangani berita acara, tapi berita acara penyerahan dokumen,'' tegasnya setelah mendampingi Ida.

Menurut pengacara yang berpraktik sejak 1987 itu, ada tiga dokumen yang diserahkan. Selain naskah kerja sama Sigid dengan Antasari, Ida membawa dokumen lain. ''Termasuk dokumen yang disampaikan almarhum (Nasrudin),'' jelasnya.

Saat ditanya apakah penyidik juga meminta fotokopi paspor, Juniver mengelak. ''Saya tidak jawab. Saya tidak jawab,'' katanya. Paspor Antasari memang bisa menjadi dokumen yang sangat valid terkait acara pada 8-15 Maret 2009 itu.

Juniver mengungkapkan, kliennya berkondisi sangat sehat. Antasari juga menguatkan istrinya agar tegar serta tabah. ''Beliau berpesan agar Ibu tidak percaya pada opini yang berkembang di luar. Ini merupakan skenario besar,'' tegasnya.

Ditemui-setelah salat Jumat, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono menjelaskan bahwa penyidik sedang bekerja keras mengungkap kasus ini. ''Semua sedang didalami penyidik,'' katanya.

Jenderal berbintang dua itu meminta agar masyarakat bersabar sampai mata rantai pembunuhan tersebut terungkap semua. ''Kita ikuti sesuai fakta yang berkembang,'' ujarnya.

Kapolri Bantah Adanya Konspirasi Besar di Balik Penangkapan Ketua KPK
Wahyono juga membantah rumor yang berkembang di kalangan wartawan soal keterlibatan pengusaha di Jakarta dalam kasus ini. ''Tidak ada,'' tegasnya.

Penyidik juga sudah memeriksa para eksekutor. Pengacara eksekutor, Nyoman Rae membeberkan, tiga tersangka (Edo, Daniel, dan Hendrik) diberondong 83 pertanyaan. ''Masing-masing 25, 31, dan 27,'' jelasnya.

Materi pertanyaan itu soal alat bukti berupa senjata. ''Saya tidak bisa membeberkan materinya. Itu berkaitan dengan kode etik saya selaku pengacara,'' ucapnya.

Berdasar informasi yang dihimpun koran ini, penyidik mendalami asal-usul senjata eksekutor. Hingga sekarang, penyuplai senjata api jenis Revolver kaliber 38 itu memang belum tertangkap. (rdl/git/fal/tom/iro)

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=68188

Refleksi Hari Raya Waisak 2553

Refleksi Hari Raya Waisak 2553
Berselancar di Ombak Perubahan

Oleh : Handaka Vijjananda *)

Waisak adalah peristiwa tahunan terpenting bagi penganut ajaran Buddha di muka bumi. Waisak memperingati kelahiran Bodhisattwa (Bakal-Buddha), pencerahan Bodhisattwa, dan kemangkatan Buddha. Tiga serangkai peristiwa itu jatuh pada tanggal yang sama, yaitu hari bulan purnama bulan kelima penanggalan wulan.

Peristiwa tersebut diperingati sekitar setengah miliar umat Buddha yang tersebar di lima benua. Waisak merupakan perayaan untuk bersukacita dan berbagi niat baik bagi semua. Waisak juga merupakan momen untuk merenungkan kembali perkembangan spiritual kita.

Di antara ketiga peristiwa Waisak tersebut, banyak sekali ulasan lisan maupun tulis yang mengupas dua peristiwa pertama, yakni kelahiran dan pencerahan Bodhisattwa. Janggalnya, pemaknaan peristiwa terakhir relatif paling jarang dibahas dalam berbagai wacana. Padahal, secara superlatif, kemangkatan Buddha (Parinibbana) merupakan kulminasi spiritual tertinggi yang dimungkinkan dicapai sesosok makhluk.

Keterbatasan ruang dalam artikel ini tidak memadai untuk menjabarluaskan pesan moral-spiritual dalam peristiwa puncak tersebut. Ulasan ringkas ini hanya membingkai momen-momen terakhir dalam penghujung hidup Buddha Gotama, dengan fokus pada pemaknaan pesan terakhir yang disampaikan Buddha.

Sebagai orang yang ''sadar setiap saat", Buddha pun mangkat dengan penuh kesadaran. Sekalipun secara jasmaniah Buddha mengalami kewajaran kerentaan, secara batiniah Buddha tetap bugar dan sadar penuh! Bahkan, kemangkatan-Nya pun ''terencana" dengan baik. Buddha meminta siswa-Nya untuk mengabarkan dan mengundang orang-orang yang sekiranya berminat mendengar khotbah klimaks-Nya.

Dua kalimat terakhir yang diucapkan Buddha merupakan saripati segenap ajaran-Nya, yakni Vaya Dhamma Sangkhara. Appamadena Sampadetha.

Arti kalimat pertama adalah apa pun yang tersusun pasti akan terurai. Dengan kata lain, semua selalu berubah (anicca), fana (viparinama), dan bagai aliran gelombang (nadisotoviya). Tiga aspek perubahan yang terkandung adalah apa pun yang lahir pasti akan mati, apa pun yang dihimpun pasti akan tercerai, ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Ada suatu ''paradoks spiritual" yang termuat dalam fenomena kefanaan itu. Jika kita menggunakan anicca sebagai objek nafsu (tanha), ujungnya adalah ketidakpuasan (dukkha) karena nafsu kita pun selalu bergejolak, tak kunjung padam. Di sisi lain, jika kita menggunakan anicca sebagai objek meditasi kesadaran, ujung tertingginya pencerahan sempurna (bodhi). Dengan memahami keselaluberubahan, kita akan lebih memahami apa yang betul-betul bernilai dan relevan bagi hidup kita.

Dalam kalimat terdahulu, Buddha melukiskan keadaan semesta yang serbafana. Setelah kita diajak menyadari bahwa hidup ini selalu berubah, dengan piawai Buddha menutup pesan-Nya, menganjurkan kepada kita suatu cara menyikapi kefanaan hidup, Appamadena Sampadetha, dengan eling penuh, teruslah berjuang!

Dengan kata lain, Buddha mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Dunia fana ini terus berubah; dengan berjuang keras pun kita belum tentu berhasil mengatasi penderitaan, apalagi jika kita tidak berjuang! Tanpa berjuang, pasti kita akan terseret ombak perubahan dan pasti akan menderita!

Nah, bagaimana cara kita berjuang mengatasi ombak perubahan atau pasang surut kehidupan ini? Appamadena, dengan eling penuh, anjur Buddha. Eling lan waspada adalah sumsum ajaran Buddha. Petapa Gotama sendiri menjadi Buddha dengan teknik temuan-Nya yang disebut pemusatan keelingan (satipatthana). Setelah menjadi eling sempurna, beliau dikenal sebagai Buddha, yang notabene arti kata ''Buddha" adalah ''Yang Eling"!

Dalam rentang waktu 45 tahun, setelah merealisasi kesadaran penuh pada usia 35 tahun, Buddha melangsungkan misionari energetik dengan hanya makan seadanya sekali sehari dan tidur sejam sehari untuk mengajarkan cara hidup eling sebagai jalan untuk mengakhiri derita. Dan, pada penghujung hidup-Nya, Buddha kembali menandaskan mahapentingnya keelingan sebagai way of life alias cara hidup dalam kalimat pemungkas di atas: "Dengan eling penuh, teruslah berjuang!"

Tidak berlebihan dikatakan bahwa kontribusi terbesar kemunculan para Buddha di alam semesta adalah ajaran tentang keelingan. Dengan eling, kita akan sadar untuk selalu menyelaraskan pikir dan laku dengan prinsip-prinsip hidup yang bebas dari trio ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan khayalan (moha).

Ada sebuah poster tentang meditasi yang sangat inspiratif. Di poster tersebut tampak seorang meditator yang tengah bermeditasi dengan tenangnya di atas papan selancar, menyusuri gulungan ombak besar. Teks yang tertulis di poster tersebut adalah ''You may not be able to stop the waves, but you can learn to surf".

Pesan poster tersebut, rasanya, sungguh mewakili pemaknaan pesan terakhir Buddha kepada kita semua: kita barangkali tidak mampu menghentikan ombak, namun kita bisa belajar berselancar, terus berjuang, mengendarai pasang-surutnya ombak kehidupan ini... dengan eling penuh!

Selamat Waisak 2553. Semoga kita semua makin baik, bahagia, dan berkesadaran. (*)

*) Handaka Vijjananda, pendiri Yayasan Ehipassiko, lembaga pendidikan, pelatihan, dan penerbitan Dharma Buddha


http://jawapos.com/halaman/index.php?act=showpage&kat=7

Agamawan di Tengah Krisis Finansial

Agamawan di Tengah Krisis Finansial
Oleh: Farida Agustin *)

Tahun ini bakal menjadi masa yang paling menantang bagi semua elemen di republik ini. Turbulensi finansial global hingga kini masih terus menimbulkan efek yang meluas. Di Amerika Serikat (AS), pusat terjadinya krisis, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) terus memakan korban, terutama dari industri otomotif dan jasa keuangan. Sejumlah perusahaan dan lembaga keuangan disuntik dana oleh pemerintah AS.

Yang terjadi di AS, negeri dengan skala perekonomian nomor wahid, jelas membawa sekian konsekuensi bagi perekonomian dunia. Tak terkecuali bagi perekonomian nasional. Di Indonesia, sektor finansial sudah terimbas, dan ke depan, efek krisis diperkirakan segera menyentuh sektor riil.

Bagaimana efeknya secara riil di masyarakat? Semua pihak, termasuk pemerintah, meyakini bahwa krisis tersebut -cepat atau lambat- bakal menuju sasaran utamanya, yaitu sektor riil. Itu problem pelik. Untung, pemerintah bertindak lumayan cekatan.

Pengalaman krisis 1997/1998 membuat pemerintah cepat melakukan evaluasi. Karena itu, berbekal pengalaman krisis sedekade lalu tersebut, pemerintah menyiapkan berbagai antisipasi.

Namun, ancaman PHK, tampaknya, mulai tak dapat dihindarkan. Sejumlah perusahaan, di antaranya yang bergerak di bidang produksi kertas dan TPT (tekstil dan produk tekstil), mulai merumahkan karyawannya. Sepanjang 2009 ini, efek hal tersebut akan terasa karena mereka yang menjadi korban PHK mesti segera dikaryakan.

Peran Agamawan dan Institusi Agama

Tentu saja diperlukan kerja keras semua elemen untuk mengantisipasi dampak krisis finansial global. Mustahil kita menggantungkan harapan kepada pemerintah yang dalam banyak kasus punya program bagus, tapi melulu jeblok dalam implementasinya. Di sinilah semestinya agamawan dan institusi agama terlibat dengan membumikan ajaran agama dalam peran nyata pemberdayaan ekonomi umat.

Dalam konteks Indonesia, peran agamawan dan institusi agama sangat kuat, apalagi dalam masyarakat yang berbasis pesantren. Tidak bisa tidak, krisis finansial saat ini menjadi salah satu parameter bagaimana agamawan dan institusi agama berkontribusi nyata ke pemberdayaan ekonomi umatnya.

Jujur, harus diakui, selama ini ada kritik keras bahwa agamawan dan institusi agama hanya terjebak pada elitisme dan fokus ke urusan-urusan yang tidak berpraksis sosial. Akibatnya, pemberdayaan umat terbengkalai karena gerak elitis tersebut kerap tidak menjadikan umat sebagai landasan pikirnya.

Contoh nyatanya, masjid dibangun megah, padahal masih banyak masyarakat di sekitar masjid tersebut yang belum mampu mengenyam pendidikan dengan baik. Karena itu, inilah saatnya agamawan dan institusi agama menjadi jejaring sosial tersendiri untuk menyelamatkan umatnya dari empasan krisis finansial global.

Berteologi dalam Konteks

Kontribusi dan peran riil agamawan dalam menyelamatkan perekonomian umat dari terjangan krisis finansial global adalah wujud nyata paradigma "berteologi dalam konteks".

Turbulensi finansial global, meminjam istilah filsuf agama-agama James A. Rimbach tentang teologi lingkungan, adalah "a typical test case for doing theology today". Artinya, peran agamawan dan institusi agama dalam mengantisipasi krisis adalah pilihan tepat dalam "berteologi dalam konteks". Keterlibatan agamawan dan institusi agama akan menjadi semacam kaca benggala untuk mengukur kadar keberpihakan mereka kepada umat.

Basis epistemologis keterlibatan agamawan dan institusi agama adalah kesadaran historis bahwa agama bukanlah wilayah yang kosong dan sunyi sepi sendiri. Problem di sektor ekonomi bukanlah masalah yang melulu bersifat sekuler dan berseberangan secara diametral dengan masalah-masalah keagamaan. Mesti ada pemahaman bersama bahwa krisis finansial adalah problem religius yang menuntut perhatian serius agamawan dan institusi agama.

Harus ada paradigma bahwa akan menjadi mubazir jika agamawan dan institusinya berbusa-busa berbicara tentang kehidupan abadi di akhirat, salat, atau puasa, namun tidak mengambil bagian sedikit pun dalam keprihatinan untuk mencari solusi di tengah keterimpitan krisis global saat ini. Agamawan dan institusi agama harus mampu memberikan sumbangan dan mengambil tanggung jawab etis untuk menyelamatkan perekonomian umat.

Sumbangan, peran, dan tanggung jawab etis itu akan mewujud bila paradigma agama sebagai solusi masalah praksis sosial mengental dalam praktik beragama kita. Kesadaran beragama yang memiliki keterlibatan dan keberpihakan penuh kepada hal-hal yang berpraksis sosial ekonomi, seperti penyelamatan ekonomi umat di tengah ancaman krisis global, mesti terus dibumikan.

Dengan kata lain, keberadaan seorang yang beriman harus sampai pada pertanyaan teologis ini: "bagaimana ajaran Tuhan yang kita imani mampu diimplementasikan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat?". Jika kita sudah menemukan jawabannya, umat beragama akan mampu menjalankan apa yang disebut sebagai "berteologi dalam konteks".

Di sinilah terletak urgensi peran semua umat beragama untuk bersama-sama mewujudkan kehidupan sosial ekonomi politik yang lebih baik dan saling menghargai. Krisis global yang kini menyaput dunia dan negeri ini menjadi kaca benggala sejauh mana umat beragama, khususnya agamawan dan institusi agama, mempunyai bela rasa dan empati untuk menghadapi krisis saat ini. (*)

*) Farida Agustin, meneliti problem sosial budaya ekonomi di sejumlah kota, peminat kajian sosial budaya


http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=68023

Pengusaha yang Bercita-cita Menjadi Miliarder Sejak Kecil

Pengusaha yang Bercita-cita Menjadi Miliarder Sejak Kecil


Gantungkan cita-cita setinggi langit.Pepatah bijak itu benar-benar diresapi Dietmar Hopp sewaktu kecil. Berkat cita-cita tingginya tersebut,pria yang sekarang berusia 69 tahun itu berhasil menjadi miliarder!


HASRAT Hopp menjadi miliarder, yang kemudian mengantarkannya menjadi pendiri perusahaan peranti lunak terkemuka dunia SAP sekaligus pemilik klub sepak bola asal wilayahnya,TSG Hoffenheim, berawal dari obrolan antara Hopp dan ibunda tercintanya.

Suatu hari Hopp yang dikenal gila bola sejak anak-anak mendapatkan nasihat dari ibunya seusai menyelesaikan pertandingan membela TSG Hoffenheim.”Nak,jadilah seorang guru.”Apa jawaban Hopp? ”Mama, saya ingin menjadi miliarder!”. Jawaban spontan dari Hopp muda tentu mengejutkan.Namun, berangkat dari sanalah Hopp yang tumbuh dan berkembang di Hoffenheim, desa kecil di Jerman dengan jumlah penduduk sekitar 3.300 jiwa,mulai mewujudkan citacitanya.

Sembari menghabiskan waktu remajanya bermain bola,posisinya kala itu sebagai striker,Hopp terus giat belajar. ”Dia selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencetak gol,” kata seorang mantan setimnya.Tukang roti lokal menghadiahi setiap gol yang Hopp ciptakan dengan sepotong sosis kala itu. Jiwa oportunis yang dimilikinya, seperti posisinya sebagai striker, mengantarkan Hopp menjadi seorang lelaki yang mengerti apa yang harus dilakukan. Berbekal talenta,ide,dan kerja keras,sedikit demi sedikit mimpinya dia wujudkan.

Paham bahwa dunia komputer akan mengantarkannya ke gerbang kesuksesan, Hopp memilih mendalami bidang tersebut.Meski tak mudah, Hopp senantiasa bekerja keras dan pantang menyerah. Ketika masalah finansial menjadi kendala dalam pendidikannya, Hopp berjuang membiayai studinya dari hasil panenan gula. Dia juga rela mengantarkan batu bara dan mengumpulkan siput ke sejumlah restoran. Perjuangan Hopp tak sia-sia. Kariernya di bidang teknologi informasi (TI) dimulai saat bergabung dengan IBM. Dari sinilah langkah Hopp mewujudkan citacita dimulai.

Setelah merasa kemampuannya di bidang TI mumpuni, pada 1972 Hopp memutuskan keluar dari IBM. Bersama empat koleganya yang sama-sama pernah bekerja di IBM, dia mendirikan perusahaan software berbendera SAP di Walldorf. Berbekal talenta bisnis yang dimilikinya, SAP diantarkan Hopp menjadi salah satu perusahaan software raksasa sekarang ini. Perusahaannya menjadi penyuplai terbesar sistem softwareke seluruh dunia dengan jumlah karyawan 50.000 orang.

Seiring kemajuan usahanya, pundi-pundi kekayaan Hopp pun melesat. Majalah Forbes menempatkannya menjadi salah satu orang terkaya dunia dengan total aset mencapai USD1 miliar. Kalimat, ”Mama, saya ingin jadi miliarder!” yang sempat diucapkannya sewaktu muda dulu benarbenar terwujud. Meski demikian, kekayaan tak membuat Hopp lupa pada akarnya.

Dengan kekayaannya, dia membangun kampung halamannya, Hoffenheim.Salah satunya dengan memajukan klub lokal yang pernah dibelanya,Hoffenheim. ”Saya tak mengerti kenapa orang-orang hanya memercayai bahwa hanya klub yang memiliki tradisi panjanglah yang dapat eksis. Jika itu Anda aplikasikan ke dunia bisnis, hari ini kita tentu tak akan memiliki Microsoft, Google, atau SAP,” begitu filosofi Hopp dalam membangun kejayaan Hoffenheim.

Usahanya tak sia-sia. Sejak mengambil alih klub pada 1990, Hopp mengantarkan Hoffe-julukan Hoffenheim-promosi ke ajang kompetisi tertinggi, Jerman, Bundesliga, setelah selama kurun dua dekade berkutat di kompetisi amatir. Tak hanya di sepak bola, sumbangsih Hopp terhadap masyarakatnya setelah sukses juga diwujudkan dengan pendirian Dietmar Hopp Foundation.

”Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain di mana saya tinggal,”ujar Hopp yang juga menginvestasikan uangnya dalam proyek penelitian penyakit kanker dan alzheimer. (sugeng wahyudi)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236942/

Pemimpin Tangguh dalam Situasi Krisis

Pemimpin Tangguh dalam Situasi Krisis


Sejak wabah flu babi menyebar pertengahan April silam,Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Dr Margaret Chan,bisa jadi merupakan salah satu orang tersibuk di dunia.


KETANGGUHANNYAkembali diuji setelah beberapa waktu lalu dinilai sukses menangani wabah flu burung dan SARS. Saat dunia dilanda ancaman penyakit global seperti flu babi,Chan harus berada di garda terdepan. Wanita berusia 62 tahun ini mesti berkutat di Kantor Pusat WHO di Jenewa untuk memantau perkembangan penyebaran flu babi setiap saat.

Sebagai badan kesehatan dunia yang mengayomi 193 negara,kesigapan langkah Chan jelas ditunggu demi teredamnya perkembangan wabah flu babi yang sudah menjalar ke-30 negara itu. WHO memang bukan sebuah negara yang memiliki wewenang untuk mengatur rakyatnya. Namun, petunjuk atau informasi WHO menjadi referensi penting untuk menentukan berbagai langkah.

Chan mesti mempertimbangkan banyak hal berdasarkan bukti ilmiah sebelum menentukan sesuatu, seperti dalam memutuskan level atau tingkat siaga flu. “Dr Chan seperti menjalankan pertunjukan. Dia selalu mengadakan rapat pagi dan malam hari.Chan inilah yang mengepalai semua proses itu,” tutur Mike Ryan, Manajer Pusat Operasi Kesehatan Strategis WHO kepada The Telegraph.

Sebelum menduduki puncak pimpinan WHO pada 2006, Chan sebenarnya dikenal sebagai dokter yang lebih menaruh perhatian pada kesehatan wanita dan Afrika. Namun,posisinya saat ini membuat Chan harus bisa menangani berbagai isu kesehatan yang paling menjadi perhatian dunia seperti flu babi.

“WHO adalah organisasi kesehatan untuk seluruh dunia.Kerja kami menyentuh setiap orang dan tiap tempat, tapi kami harus memfokuskan perhatian pada kebutuhan yang paling penting dan mendesak,” papar Chan. Di lingkungan kerja banyak yang menilai Chan sebagai bintang musik rock, bahkan tak jarang yang menyebutnya “James Brown-nya kesehatan global“ karena etik kerjanya.

Sosok Chan dikenal sebagai pribadi yang santai,ramah,dan paham sekali bekerja sama dengan media. Chan merupakan warga China pertama yang sanggup menempati jabatanpuncakdisebuahbadanpenting PBB.Dia diserahi tugas sebagai direkturjenderal WHOpadaNovember 2006, setelah pejabat sebelumnya, Lee Jong-wook,meninggal. Lahir di Hong Kong pada 1947, Chan sebenarnya tidak pernah tertarik mempelajari kedokteran.

Cinta pada suaminyalah yang membimbingnya menekuni dunia kedokteran dan kesehatan. Sebelum menikahi David, Chan bersekolah di Jurusan Pendidikan, Northcote College. Dia sempat mengajar di Northcote College of Education kemudian pindah ke SMU Queen Elizabeth, tempat dia menghabiskan waktu setahun untuk mengajar geografi, bahasa Inggris, matematika, serta ekonomi.

Saat suaminya meninggalkan Hong Kong untuk belajar di Kanada pada 1969,Chan khawatir hubungan jarak jauh mereka akan mengakhiri bahtera perkawinan.Ibunya kemudian menasihati Chan untuk mengikuti David ke Kanada.Takut suaminya tidak bisa memiliki cukup waktu untuk melewatkan waktu bersamanya, wanita berkacamata ini kemudian memutuskan untuk mendaftar dan belajar di University of Western Ontario bersama sang suami.

Dia juga melanjutkan pendidikan di Home Economics hingga meraih gelar MD di University of Western Ontario pada 1977. Setelah lulus pasangan suamiistri tersebut kembali ke Hong Kong. Sayang,keahlian Chan di bidang ilmu pediatrik belum banyak dilirik. Dia pun bergabung dengan Departemen Kesehatan pada 1987 dan dari sanalah kariernya menanjak cepat.

Untuk mendalami pengetahuan Chan mengambil master di bidang kesehatan publik di Universitas Singapura. Dia juga bersekolah di Harvard Business School pada 1991 selama tiga bulan. Chan ditunjuk sebagai direktur Departemen Kesehatan Hong Kong pada 1994. Selama sembilan tahun menjabat,wanita bernama lengkap Margaret Chan Fung Fu-chun ini dihadapkan pada berbagai wabah penyakit seperti wabah flu burung pada 1997 dan SARS (2002–2003).

Keberhasilannya menangani SARS dan flu burung membuat WHO meliriknya.Pada 2003 dia bergabung ke WHO dengan menjabat direktur Perlindungan Lingkungan Manusia. Ibu satu anak ini sempat menempati berbagai jabatan sebelum akhirnya menduduki posisi puncak organisasi dunia itu pada November 2006 hingga 2012 nanti. “Dia pemimpin yang tangguh dalam situasi krisis,” kata David Heyman, mantan asisten direktur jenderal WHO. (maesaroh)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236740/

Layani Saya dengan Benar

Layani Saya dengan Benar


Tim Weekend TODAY menugaskan stafnya untuk menguji seberapa baikkah pelayanan di tempat-tempat publik Singapura yang dilakukan para pekerja asing.Hasilnya,ada beberapa rekomendasi menarik.


APAKAH itu pelayan yang tertantang menguji bahasa Inggrisnya yang membawakan pesanan yang salah pada Anda, atau penjaga toko yang sangat ramah dan menarik yang memperlakukan Anda lebih hangat daripada yang biasa Anda terima.

Orang asing yang bekerja di bidang layanan publik di Singapura tampaknya meningkat. Sementara warga lokal mengatakan merasa baik-baik saja dengan layanan mereka ini. Mereka pun masih menyisakan pertanyaan: Apakah kemampuan bahasa Inggris mereka seharusnya menjadi syarat utama? Nah,dua wartawan TODAY,Lin Yanqin dan Ong Dailin menjawab pertanyaan itu. Yanqin mengunjungi butik Charles dan Keithdi Wisma Atria.Butikini cukup dipenuhi para pelanggan,bahkan pada hari kerja stafnya terlihat mondar-mandir untuk berusaha melayani mereka dengan baik.

Pelayan pertama bicara dengan aksen China daratan dan menjawab dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah,ketika Yanqin bertanya apakah dia bisa mencoba sepatu yang dia inginkan.“Saya kira dia mengerti,tapi ternyata dia berbalik dan meminta seorang koleganya dengan bahasa Mandarin untuk membantu saya dan dia meninggalkan saya,”lapor Yanqin. Pelayan kedua, juga berasal dari China,lebih perhatian dengan melihat langsung ke mata Yanqin dan mendengarkan apa perkataannya dengan baik, termasuk ketika Yanqin menunjuk ke arah kakinya dan mengatakan kepada pelayan itu dia tidak tahu ukuran sepatunya untuk merek itu.

“Dia menyarankan ukuran 40 atau 41. Langsung, saya terkesan,”papar Yanqin. Padahal saat itu dia sedang “dibombardir” pelanggan lainnya yang meminta ini-itu,tapi dia tetap melayani Yanqin dengan baik dan membuat Yanqin kaget karena memeriksa apakah sepatu itu pas dan cocok untuknya. Kalau pelayan pertama terintimidasi karena harus berbicara bahasa Inggris,nah yang kedua ini tidakpunya masalahsamasekali.

“Dia menjawab pertanyaan saya tentang ukuran, dan ngobrol dengan penuh rasa percaya diri,”kesan Yanqin. Yanqin kemudian melanjutkan perjalanan ke Din Tai Fung di Paragon. Pelayan yang melayaninya,karena melihat Yanqin berasal dari etnis China, menjawab pertanyaannya dengan bahasa China meski pertanyaan dilontarkan dengan bahasa Inggris. “Saya perhatikan,dia berusaha keras menjelaskan bahan yang dipakai dalam menu dengan bahasa Inggris, tentang ukuran porsi dan bakmi apa yang dia rekomendasikan, dengan banyak sekali gerakan tangan dan menunjuk ke gambar menu,”tulisYanqin.

Sayangnya, ungkap Yanqin, bakmi yang diantarkan ke mejanya oleh pelayan lain bukan bakmi yang dipesan wartawan TODAYini. Namun, baginya, agak susah mengatakan apakah kesalahan itu akibat bahasa atau memang kesalahan biasa.Pelanggan restoran itu kebanyakan turis dan restoran itu tampaknya punya banyak staf yang berbahasa Inggris. Saat dihubungi, Joyce Koh, wakil presiden senior pada kelompok pengembang merek di Bread- Talk Group Limited, mengatakan, dia mempekerjakan staf dari China adalah bagian dari strategi merek karena Din Tai Fung adalah jaringan restoran Taiwan.

“Kami kira dengan adanya kru dari China itu akan menambah kesan kuat dalam cita rasa masakannya,” ujarnya, menambahkan bahwa staf berbahasa Inggris selalu tersedia untuk membantu. Kembali ke Wisma Atria,Yanqin kemudian masuk ke Deluxe by Bakerzin, sebuah franchise cake. Pelayan Filipina yang dia jumpai di sana senantiasa merekomendasikan cake yang cocok untuk pencinta cokelat, ukurannya, cara pemesanan, atau memesankan meja untuk peringatan Hari Ibu.

Yang jelas,pelayan ini tidak terlihat gelisah. Sikapnya sangat hangat dan profesional dan bahasa Inggrisnya pun bagus. “Saya tak punya masalah untuk mengerti semua ucapannya. Dia yang mengambil inisiatif untuk memperlihatkan kepada saya ukuran cake ketika sadar bahwa saya tertarik pada cakeitu,”lapor Yanqin. Sementara itu, Ong Dailin memulai petualangannya di Cafe CarteldiPlazaSingapura.Begitudia masuk, seorang pelayan langsung menuangkan air untuknya.

Ketika Dailin bertanya dalam bahasa Inggris apakah menu sup hari itu, pelayan itu memintanya menunggu dengan bahasa Mandarin. Dia lalu menanyakannya kepada staf lain dan kembali dengan jawaban. “Ketika saya tanya lagi tentang makanan pencuci mulut, lagi-lagi dia harus bertanya ke orang lain,tapi saat itu,dia kembali dengan staf lain untukmembantusaya.Sayakembali bertanya kepada staf kedua dengan bahasa Inggris, ternyata dia salah mengerti pertanyaan saya dan menjawab,’ Ya,kamipunya roti.’ Jadi,saya tanya lagi tentang pencuci mulut, untuk kali ketiga dan dia pergi dan membawa staf lain,”lapor Dailin.

Kepada staf ketiga,Dailin mengulangi lagi pertanyaannya dan mendapatkan jawaban,”Ya, kami punya ‘pon-che’ cake.” “Saya kaget dan bertanya apakah cakeitu ada dalam daftar menu. Dia tidak menjawab dan pergi ke belakang lalu kembali dengan sebuah piring berisi sepotong sponge cake. Saya memutuskan untuk tidak bertanya apa rasa cake itu,” tulis Dailin. Pada saat itulah, manajer, seorang warga Singapura,datang dan membantu Dailin, kemudian mengecek apa saja pesanannya dan kemudian meneriakkannya kepada staf di dapur.

Meski begitu, mereka pun sering salah mengantarkan pesanan Anda. Bandingkan sikap mereka ini pada staf asal Singapura.Tidak hanya di negara mereka, tapi juga di luar negeri. Mereka tak jarang salah antar pesanan, tapi mereka akan meminta maaf dan sopan,jadi sulit marah kepada mereka. Dailin kemudian pergi ke Hotel Grand Central di Cavengah Road. Di sana dia bertanya kepada resepsionis, seorang wanita asal Malaysia, tentang rate kamar.

Dia memberikan brosur kepada wartawan TODAY ini dan memberitahukan tentang harga promosi senilai 199 dolar Singapura. Dailin lalu memberitahunya tentang kerabat yang akan datang dari Amerika Serikat (AS) dan meminta untuk melihat kamar.Awalnya, si resepsionis menolak,tapi setelah berbicara dengan temannya, dia lalu meminta seorang satpam hotel untuk mengawal Dailin melihat kamar premium.

Dailin lalu bertanya tentang perbedaan tipe kamar.Resepsionis itu menjawab perbedaannya adalah dekorasi dan ukurannya.“Yang saya sukai adalah dia memberikan saran yang saya butuhkan, lebih baik memesan kamar hotel via situs karena harga booking lewat online lebih murah,”tulis Dailin. Meski terbilang banyak, level layanan di sebagian besar outlet makanan di Singapura memang kurang menyenangkan.

Di Eropa dan Amerika hanya ada beberapa pelayanan yang sering ditempatkan untuk layanan yang cukup baik dan efisien dengan dua lusin atau lebih pelanggan.Mereka mungkin lebih bangga dengan pekerjaannya daripada orang di sini. (*)

Lin Yanqin dan Ong Dailin
yanqin@mediacorp.com.sg


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236931/