BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pengusaha yang Bercita-cita Menjadi Miliarder Sejak Kecil

Pengusaha yang Bercita-cita Menjadi Miliarder Sejak Kecil

Written By gusdurian on Minggu, 10 Mei 2009 | 14.21

Pengusaha yang Bercita-cita Menjadi Miliarder Sejak Kecil


Gantungkan cita-cita setinggi langit.Pepatah bijak itu benar-benar diresapi Dietmar Hopp sewaktu kecil. Berkat cita-cita tingginya tersebut,pria yang sekarang berusia 69 tahun itu berhasil menjadi miliarder!


HASRAT Hopp menjadi miliarder, yang kemudian mengantarkannya menjadi pendiri perusahaan peranti lunak terkemuka dunia SAP sekaligus pemilik klub sepak bola asal wilayahnya,TSG Hoffenheim, berawal dari obrolan antara Hopp dan ibunda tercintanya.

Suatu hari Hopp yang dikenal gila bola sejak anak-anak mendapatkan nasihat dari ibunya seusai menyelesaikan pertandingan membela TSG Hoffenheim.”Nak,jadilah seorang guru.”Apa jawaban Hopp? ”Mama, saya ingin menjadi miliarder!”. Jawaban spontan dari Hopp muda tentu mengejutkan.Namun, berangkat dari sanalah Hopp yang tumbuh dan berkembang di Hoffenheim, desa kecil di Jerman dengan jumlah penduduk sekitar 3.300 jiwa,mulai mewujudkan citacitanya.

Sembari menghabiskan waktu remajanya bermain bola,posisinya kala itu sebagai striker,Hopp terus giat belajar. ”Dia selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencetak gol,” kata seorang mantan setimnya.Tukang roti lokal menghadiahi setiap gol yang Hopp ciptakan dengan sepotong sosis kala itu. Jiwa oportunis yang dimilikinya, seperti posisinya sebagai striker, mengantarkan Hopp menjadi seorang lelaki yang mengerti apa yang harus dilakukan. Berbekal talenta,ide,dan kerja keras,sedikit demi sedikit mimpinya dia wujudkan.

Paham bahwa dunia komputer akan mengantarkannya ke gerbang kesuksesan, Hopp memilih mendalami bidang tersebut.Meski tak mudah, Hopp senantiasa bekerja keras dan pantang menyerah. Ketika masalah finansial menjadi kendala dalam pendidikannya, Hopp berjuang membiayai studinya dari hasil panenan gula. Dia juga rela mengantarkan batu bara dan mengumpulkan siput ke sejumlah restoran. Perjuangan Hopp tak sia-sia. Kariernya di bidang teknologi informasi (TI) dimulai saat bergabung dengan IBM. Dari sinilah langkah Hopp mewujudkan citacita dimulai.

Setelah merasa kemampuannya di bidang TI mumpuni, pada 1972 Hopp memutuskan keluar dari IBM. Bersama empat koleganya yang sama-sama pernah bekerja di IBM, dia mendirikan perusahaan software berbendera SAP di Walldorf. Berbekal talenta bisnis yang dimilikinya, SAP diantarkan Hopp menjadi salah satu perusahaan software raksasa sekarang ini. Perusahaannya menjadi penyuplai terbesar sistem softwareke seluruh dunia dengan jumlah karyawan 50.000 orang.

Seiring kemajuan usahanya, pundi-pundi kekayaan Hopp pun melesat. Majalah Forbes menempatkannya menjadi salah satu orang terkaya dunia dengan total aset mencapai USD1 miliar. Kalimat, ”Mama, saya ingin jadi miliarder!” yang sempat diucapkannya sewaktu muda dulu benarbenar terwujud. Meski demikian, kekayaan tak membuat Hopp lupa pada akarnya.

Dengan kekayaannya, dia membangun kampung halamannya, Hoffenheim.Salah satunya dengan memajukan klub lokal yang pernah dibelanya,Hoffenheim. ”Saya tak mengerti kenapa orang-orang hanya memercayai bahwa hanya klub yang memiliki tradisi panjanglah yang dapat eksis. Jika itu Anda aplikasikan ke dunia bisnis, hari ini kita tentu tak akan memiliki Microsoft, Google, atau SAP,” begitu filosofi Hopp dalam membangun kejayaan Hoffenheim.

Usahanya tak sia-sia. Sejak mengambil alih klub pada 1990, Hopp mengantarkan Hoffe-julukan Hoffenheim-promosi ke ajang kompetisi tertinggi, Jerman, Bundesliga, setelah selama kurun dua dekade berkutat di kompetisi amatir. Tak hanya di sepak bola, sumbangsih Hopp terhadap masyarakatnya setelah sukses juga diwujudkan dengan pendirian Dietmar Hopp Foundation.

”Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain di mana saya tinggal,”ujar Hopp yang juga menginvestasikan uangnya dalam proyek penelitian penyakit kanker dan alzheimer. (sugeng wahyudi)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236942/
Share this article :

0 komentar: