BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Apa yang Sebenarnya Diinginkan Wanita?

Apa yang Sebenarnya Diinginkan Wanita?

Written By gusdurian on Minggu, 10 Mei 2009 | 14.25

Apa yang Sebenarnya Diinginkan Wanita?

Apa yang sebenarnya menjadi perhatian para wanita? Homoseksualitas? Atau malah hal-hal yang dianggap sebagai permasalahan biasa yang sedang dihadapi banyak orang di masa resesi ini?


ANCAMAN kematian,pemecatan, dan pengunduran diri mendadak, penggantian kunci kantor,adu mulut panas, dan bahkan saling lempar umpatan di hadapan wartawan. Kalau saja ini dianggap belum cukup, perubahan dramatis kepemimpinan Aware bulan lalu juga melihat munculnya “mentor feminis” yang memproklamirkan diri.

Sebuah gereja dan bank besar di sini menjadi sorotan k e t i k a orang tua mengeluhkan tentang dugaan panduan pendidikan seksual prohomoseksual digunakan pendidik di beberapa sekolah menengah lanjutan. Ti d a k sulit melihat mengapa,meskipun resesi ekonomi dan wabah flu babi terjadi, Saga Aware dengan cepat menjadi bahan gosip panas warga Singapura. Ketertarikan terhadap kelompok penasihat wanita ini jelasnya meningkat, apalagi ada dua faksi yang siap berhadapan dalam konferensi luar biasa pada akhir pekan ini.

Keanggotaan meningkat tajam dari sekitar 300 orang sebelum Saga Aware ini menjadi lebih dari 1.000 orang dan angkanya terus meningkat. “Perselisihan itu menjadi bahan bacaan yang sangat bagus di tabloid, tapi pada akhirnya itu malah menghancurkan organisasi yang selama ini diperjuangkan dua kubu itu,”ujar seorang wanita yang berusia 30-an.

Nyatanya,bagi asosiasi berusia 24 tahun itu,yang menyebut diri sebagai suara bagi wanita Singapura, sebagian wanita di luar sana ironinya tidak benar-benar terpengaruh oleh isu yang menjadi pusat perselisihan pendirian Aware terhadap homoseksualitas. Bukan karena isu itu tidak penting, melainkan dari polling Weekend Xtra Today terhadap 50 wanita S i n g a p u ra berusia 24 – 75 tahun menemukan bahwa mereka jelas sekali punya isu roti-dan-mentega yang lebih penting untuk dicemaskan, terutama selama resesi. Mereka juga mengatakan butuh semua bantuan yang bisa mereka dapatkan.

Sebelum resesi saat ini Manajer Kantor Pauline Blasky, 46, bahkan mengakui kondisi saat itu sudah cukup sulit bagi wanita berusia 40 tahun untuk mencari pekerjaan. “Bos-bos potensial merasa bahwa kami sudah mapan dengan cara kami dan tidak terbuka untuk perubahan dan bahwa kami tidak akan senang jika supervisor kami lebih muda,”ujarnya. Beberapa wanita lain seperti Blasky mengatakan,mereka takut kondisi buruk ini akan terus berlangsung. Mengkhawatirkan terjadinya pemecatan, beberapa karyawan yang sedang hamil tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kehidupan mereka sementara.

Mereka yang tidak hamil mengaku akan mempertahankan pekerjaan mereka sekarang. Seorang responden,seorang calon ibu, mengatakan tidak hanya mencemaskan bagaimana nanti menjadi seorang ibu,tapi juga khawatir akan terjadi perampingan setelah kembali dari cuti hamil empat bulan. Meskipun kekhawatiran itu tidak terjadi, itu sudah memperlihatkan keburukannya dengan bentuk lain, demikian diungkapkan Daphne Ling, yang sedang hamil anak kedua.

“Misalnya, proyek besar diberikan kepada pria atau wanita yang tidak hamil. Bahkan, meskipun kami mengontribusikan jumlah pekerjaan yang sama, ketika berha-dapan dengan pengangkatan dan promosi, hamil adalah cara cepat untuk tidak dilihat,” tutur Ling. Anggota parlemen Halimah Yacob yang vokal terhadap kesetaraan gender di tempat kerja mengatakan, hanya ada sedikit bukti yang menyebutkan wanita akan lebih berisiko mengalami pengurangan beban kerja dibanding pria dalam resesi saat ini.(*)

Loh Chee Kong dan Alicia Wong
cheekong@mediacorp.com.sg


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236928/
Share this article :

0 komentar: