Menelisik Dalang-dalang Bom Mega Kuningan
Pasca-meledaknya bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Mega
Kuningan, Jakarta Selatan, polisi menyelidiki dugaan keterlibatan
Al-Qaeda dan jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Dari penyelidikan yang
dilakukan, polisi memperoleh nama Nur Aziz, yang diduga menjadi pengebom
JW Marriott. Lelaki itu diketahui /check-in /di kamar 1808 Hotel JW
Marriott pada 15 Juli, dengan nama Nur Aziz. Untuk menginap tiga hari di
kamar /deluxe /bertarif US$ 154 itu, Nur Aziz menaruh deposit tunai US$
264. Dari rekaman CCTV hotel diketahui, Nur Aziz /check-in /di
resepsionis hotel sekitar pukul 15.00. Penampilannya sama persis dengan
gambar yang tertangkap CCTV menjelang ledakan.
Polisi menduga, dua aksi pengeboman itu dimatangkan di kamar 1808 yang
dijadikan markas darurat. Di kamar mewah itu ditemukan satu paket bom
utuh. Rangkaian bom yang disimpan dalam tas /laptop/ ukuran 14 inci itu
dibungkus dengan kardus warna hijau, yang dijejali ratusan mur dan baut,
seta dililit dengan lakban warna hitam.
Dua lampu kecil warna merah menyembul dari kotak plastik yang
mewadahinya. Ketika bom itu dievakuasi dari kamar 1808, wartawan /Gatra/
Gandhi Achmad melihat dua kabel warna merah dan biru terjuntai dan
bergoyang-goyang. Pada saat ditemukan polisi, bom rakitan yang siap
diledakkan itu berada di atas meja di sisi tempat tidur. Entah apa
maksudnya ditinggal begitu saja oleh si empunya.
Semula ada dugaan, bom itu akan diledakkan untuk menghancurkan kamar dan
menghilangkan barang bukti di situ. Pertanyaannya: bukti apa yang hendak
dilenyapkan? Di kamar itu tak ada bukti lain selain bom tadi. Spekulasi
pun sempat merebak: jangan-jangan ada pihak lain yang sengaja meletakkan
bom tersebut di sana dengan maksud mengecoh. Misalnya untuk memberi
kesan kuat bahwa pelakunya adalah kelompok tertentu, seperti Jamaah
Islamiah, yang biasa menggunakan bom rakitan model itu.
Spekulasi ini pun sulit dibuktikan. Apalagi, ada spekulasi lain bahwa
mungkin saja bom itu digunakan untuk meledakkan target lain. Polisi
belum hendak membedah spekulasi-spekulasi ini. Yang jelas, Kepala Divisi
Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, menegaskan bahwa
antara dua bom yang meledak dengan bom tidak meledak yang ditemukan di
kamar 1808 ada kesamaan.
''Sama-sama terbuat dari campuran /black powder /yang tergolong /low
explosive, /ditambah mur dan baut untuk menambah efek merusak,'' kata
Nanan kepada /Gatra/. Bom seperti ini juga sama dengan bom yang
ditemukan polisi di Cilacap, Jawa Tengah, dua pekan lalu. Bom dan bahan
pembuat bom itu ditemukan di halaman belakang rumah Baridin alias
Bahrudin Latif di Kampung Mulele, Desa Pesuruhan, Kecamatan Binangun,
Cilacap. Baridin, yang diburu polisi karena diduga terlibat dalam
jaringan teroris Noor Din Mohd. Top, sampai kini masih buron.
Polisi pun menduga, Nur Aziz adalah Nur Hasbi, yang disebut polisi
sebagai orang lama dalam jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Hasbi pula
yang menyewakan rumah buat Noor Din Mohd. Top --gembong teroris asal
Malaysia-- di Wonosobo, Jawa Tengah. Pada 2006, polisi menggerebek rumah
itu. Noor Din lolos, sedangkan dua rekan Hasbi, Jabir dan Abdul Hadi, tewas.
Benarkah Nur Aziz adalah Nur Hasbi atau Nur Said? Siti Lestari, mertua
Nur Said, yakin bahwa Nur Aziz seperti tampak pada rekaman CCTV Hotel JW
Marriott bukanlah Nur Said menantunya. Menurut Siti, yang tinggal di
Klaten, Jawa Tengah, perawakan Nur Aziz beda dari perawakan Nur Said.
Paman Nur Said, Hasyim, mengatakan kepada Arif Koes Hernawan dari
/Gatra/, ''Saya tak yakin Said terlibat pengeboman.''
Siapa di belakang para operator lapangan itu? Betulkah sang dalang
sesungguhnya adalah pihak intelijen Barat?
*Taufik Alwie, Herry Mohammad, Cavin R. Manuputty, dan Sukmono Fajar Turido*
[*Laporan Utama*, /Gatra/ Nomor 37 Beredar Kamis, 23 Juli 2009]
http://gatra.com/artikel.php?id=128564
Pasca-meledaknya bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Mega
Kuningan, Jakarta Selatan, polisi menyelidiki dugaan keterlibatan
Al-Qaeda dan jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Dari penyelidikan yang
dilakukan, polisi memperoleh nama Nur Aziz, yang diduga menjadi pengebom
JW Marriott. Lelaki itu diketahui /check-in /di kamar 1808 Hotel JW
Marriott pada 15 Juli, dengan nama Nur Aziz. Untuk menginap tiga hari di
kamar /deluxe /bertarif US$ 154 itu, Nur Aziz menaruh deposit tunai US$
264. Dari rekaman CCTV hotel diketahui, Nur Aziz /check-in /di
resepsionis hotel sekitar pukul 15.00. Penampilannya sama persis dengan
gambar yang tertangkap CCTV menjelang ledakan.
Polisi menduga, dua aksi pengeboman itu dimatangkan di kamar 1808 yang
dijadikan markas darurat. Di kamar mewah itu ditemukan satu paket bom
utuh. Rangkaian bom yang disimpan dalam tas /laptop/ ukuran 14 inci itu
dibungkus dengan kardus warna hijau, yang dijejali ratusan mur dan baut,
seta dililit dengan lakban warna hitam.
Dua lampu kecil warna merah menyembul dari kotak plastik yang
mewadahinya. Ketika bom itu dievakuasi dari kamar 1808, wartawan /Gatra/
Gandhi Achmad melihat dua kabel warna merah dan biru terjuntai dan
bergoyang-goyang. Pada saat ditemukan polisi, bom rakitan yang siap
diledakkan itu berada di atas meja di sisi tempat tidur. Entah apa
maksudnya ditinggal begitu saja oleh si empunya.
Semula ada dugaan, bom itu akan diledakkan untuk menghancurkan kamar dan
menghilangkan barang bukti di situ. Pertanyaannya: bukti apa yang hendak
dilenyapkan? Di kamar itu tak ada bukti lain selain bom tadi. Spekulasi
pun sempat merebak: jangan-jangan ada pihak lain yang sengaja meletakkan
bom tersebut di sana dengan maksud mengecoh. Misalnya untuk memberi
kesan kuat bahwa pelakunya adalah kelompok tertentu, seperti Jamaah
Islamiah, yang biasa menggunakan bom rakitan model itu.
Spekulasi ini pun sulit dibuktikan. Apalagi, ada spekulasi lain bahwa
mungkin saja bom itu digunakan untuk meledakkan target lain. Polisi
belum hendak membedah spekulasi-spekulasi ini. Yang jelas, Kepala Divisi
Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, menegaskan bahwa
antara dua bom yang meledak dengan bom tidak meledak yang ditemukan di
kamar 1808 ada kesamaan.
''Sama-sama terbuat dari campuran /black powder /yang tergolong /low
explosive, /ditambah mur dan baut untuk menambah efek merusak,'' kata
Nanan kepada /Gatra/. Bom seperti ini juga sama dengan bom yang
ditemukan polisi di Cilacap, Jawa Tengah, dua pekan lalu. Bom dan bahan
pembuat bom itu ditemukan di halaman belakang rumah Baridin alias
Bahrudin Latif di Kampung Mulele, Desa Pesuruhan, Kecamatan Binangun,
Cilacap. Baridin, yang diburu polisi karena diduga terlibat dalam
jaringan teroris Noor Din Mohd. Top, sampai kini masih buron.
Polisi pun menduga, Nur Aziz adalah Nur Hasbi, yang disebut polisi
sebagai orang lama dalam jaringan teroris Noor Din Mohd. Top. Hasbi pula
yang menyewakan rumah buat Noor Din Mohd. Top --gembong teroris asal
Malaysia-- di Wonosobo, Jawa Tengah. Pada 2006, polisi menggerebek rumah
itu. Noor Din lolos, sedangkan dua rekan Hasbi, Jabir dan Abdul Hadi, tewas.
Benarkah Nur Aziz adalah Nur Hasbi atau Nur Said? Siti Lestari, mertua
Nur Said, yakin bahwa Nur Aziz seperti tampak pada rekaman CCTV Hotel JW
Marriott bukanlah Nur Said menantunya. Menurut Siti, yang tinggal di
Klaten, Jawa Tengah, perawakan Nur Aziz beda dari perawakan Nur Said.
Paman Nur Said, Hasyim, mengatakan kepada Arif Koes Hernawan dari
/Gatra/, ''Saya tak yakin Said terlibat pengeboman.''
Siapa di belakang para operator lapangan itu? Betulkah sang dalang
sesungguhnya adalah pihak intelijen Barat?
*Taufik Alwie, Herry Mohammad, Cavin R. Manuputty, dan Sukmono Fajar Turido*
[*Laporan Utama*, /Gatra/ Nomor 37 Beredar Kamis, 23 Juli 2009]
http://gatra.com/artikel.php?id=128564