WAWANCARA
Michael Tene:
RMOL. Situasi politik di Malaysia kian memanas setelah unjuk rasa besar-besaran. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus memonitor kondisi warga negara Indonesia (WNI) di negeri jiran itu.
â€Å“Belum ada laporan tentang WNI yang ditangkap atau terluka terÂkait situasi politik dan demo ‘BerÂÂsih 2.0’ di Malaysia,’’ ujar JuÂÂru Bicara Kemenlu, Michael TeÂne, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Menurutnya, Kedutaan Besar ReÂpublik Indonesia (KBRI) di KuaÂÂla Lumpur sudah mengÂimÂbau agar WNI tidak ikut berunjuk raÂÂsa atau terlibat dalam keÂraÂmaian.
â€Å“Imbauan itu sudah jauh-jauh hari disampaikan pihak KBRI. Mereka terus mengikuti dari dekat. Sejauh ini belum mendapat laÂporan adanya WNI yang terÂtangÂkap atau terluka,†paparnya.
Seperti diketahui, Bersih 2.0 meÂÂrupakan aksi demonstrasi dari keÂlompok oposisi yang mengÂinginÂkan dilakukannya pemilu berÂÂsih dan adil. Unjuk rasa besar-beÂsaran yang terjadi Sabtu 9 Juli itu, menyisakan penangkapan terÂhaÂdap para demonstran. 1.667 orang diamankan pihak keÂpolisian.
Kepolisian Malaysia juga meÂnangkap dua pimpinan keÂlomÂpok yang menuntut reformasi peÂmilu, yakni Ambiga Sreenivasan dan Maria Chin Abdullah. Selain keÂdua tokoh reformis tersebut, toÂkoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim juga dikabarkan ikut diÂtangkap dalam insiden tersebut. Akibat perlawanan tersebut, ParÂtai Islam Se-Malaysia (PAS) meÂngancam gerakan
â€Å“Bersih 2.0’’akan’kembali diÂgelar bila delapan tuntutan reÂforÂmasi sistem pemilu, tidak diÂpeÂnuhi Komisi Pemilihan Umum Malaysia.
Michael Tene selanjutnya meÂngaÂtakan, meski diwarnai aksi unjuk rasa, situasi di Malaysia maÂsih terkendali. KBRI masih seÂbatas memberikan imbauan keÂpada seluruh WNI di Malaysia.
â€Å“Kami terus berkomunikasi deÂngan KBRI di Malaysia. BerÂdaÂsarÂkan informasi yang kami perÂoleh, situasi di sana masih terÂkendali,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana persiapan KBRI jiÂka situasinya menjadi lebih buÂruk?
Seperti yang saya katakan tadi, siÂtuasi di Malaysia masih konÂduÂsif. Masih sebatas unjuk rasa saja. Saya tidak akan berspekulasi atau meramalkan tentang sesuatu hal yang buruk. KBRI pun telah meÂlaÂkukan imbauan agar semua WNI menjauhi keramaian dan loÂkasi demonstrasi.
Bagaimana dengan para pelajar Indonesia yang ada di sana?
Imbauan itu kan tidak hanya diÂtuÂjukan kepada para WNI yang beÂÂkerja atau melakukan wisata. PaÂra pelajar kita juga mendapat imÂÂbauan yang sama. Sejauh ini, kami belum menerima laporan soal pelajar atau WNI yang terÂlibat.
Apakah imbauan cukup efektif untuk mencegah jatuhnya korÂban WNI?
Sejauh ini efektif. Imbauan itu kan kami berikan jauh sebelum adaÂÂnya kegiatan demo besar-beÂsaÂran. Mengenai langkah selanÂjutÂÂnya, kita amati saja situasi yang berkembang di sana. Saya tidak ingin berspekulasi.
Bagaimana nasib 11 WNI yang terancam hukuman gantung di Malaysia?
Proses hukum mereka sudah tunÂÂtas, sudah melalui banding dan kaÂsasi. Saat ini, Kemenlu seÂdang meÂminÂta amnesti dari peÂmerintah Malaysia.
Apa rincian kasus dari 11 orang tersebut?
Dari 11 WNI yang terancam huÂÂÂkuman gantung, 10 orang terÂkait kasus narkoba dan 1 orang terÂlibat kasus pembunuhan. MesÂki kita juga menerapkan huÂkuÂman yang keras terhadap narÂkoÂba, proses pengampunan akan teÂrus kita lakukan.
Apa saja yang dilakukan KeÂmenlu?
Yang terus kami upayakan adaÂlah permohonan amnesti atau peÂngampunan dari pemerintah Malaysia terhadap mereka. Tentunya perÂmohonan amnesti ini sesuai dengan lokasi mereka. Ada yang diÂajukan kepada Dipertuan Agung dan ada juga ditujukan keÂpada SulÂÂtan yang ada di negara bagian tersebut.
Memangnya Kemenlu tidak membantu saat kasus ini masih proses hukum?
Kasus-kasus WNI yang terÂanÂcam hukuman berat, pihak peÂmeÂrintah Indonesia memberikan banÂtuan hukum seperti meÂnyeÂdiaÂkan pengacara dalam proses huÂkumnya. Kami menÂcoÂba meÂmanÂfaatkan peluang huÂkum yang ada di Malaysia. MiÂsalÂnya, proses banding dan kasasi yang sudah diÂjalani semuanya. Ketika proses-proÂses hukum itu sudah selesai, maka kita akan mengupayakan peÂnyelesaiannya di luar proses huÂkum, seperti perÂmintaan peÂngamÂpunan kepada pemerintah Malaysia.
Bukannya proses amnesti itu sudah terlambat?
Kita sudah mengupayakan seÂmua proses hukum dari awal hingÂga akhir. Ketika itu tidak berÂhasil, maka kami mengupayakan proÂses pengampunan di luar jalur hukum, itu akan kita upayakan secara maksimal. Proses ini sama seperti di Indonesia, seseorang yang dikenakan hukuman berat, seperti hukuman mati, pertama kali melalui Pengadilan Negeri, PeÂngadian Tinggi, lalu ke MA. KeÂtika di MA tuntas berarti sudah berakhir proses hukumnya. TaÂhapan berikutnya meminta amÂnesti dan grasi kepada PreÂsiden seÂbÂagai Kepala Negara, itu hamÂpir serupa dengan sistem yang ada di Malaysia.
Kapan putusan amnesti itu dikeluarkan?
Kita belum mengetahui kapan keluarnya pengampuan itu dari peÂmerintah Malaysia. Namun yang kami garisbawahi, pemeÂrinÂtah Indonesia sudah meÂnguÂpaÂyaÂkan hal tersebut secara makÂsimal.
Bagaimana tindaklanjut para nelayan Malaysia yang diÂtangÂkap petugas Indonesia?
Mereka harus tetap mengikuti semua ketentuan hukum yang ada di Indonesia. Kemenlu tidak akan menÂcampuri proses hukum yang teÂngah dilakukan petugas-peÂtuÂgas tersebut.
Pak Menlu (Marty NataleÂgaÂwa) juga tidak pernah bicara dan berjanji ke pihak Malaysia akan meÂlepaskan nelayan yang diÂtangÂkap itu. Semua pihak harus mengÂhorÂmati proses hukum yang ada di Indonesia, tanpa terkecuali MaÂÂlaysia. [rm]
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=33377
Michael Tene:
RMOL. Situasi politik di Malaysia kian memanas setelah unjuk rasa besar-besaran. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus memonitor kondisi warga negara Indonesia (WNI) di negeri jiran itu.
â€Å“Belum ada laporan tentang WNI yang ditangkap atau terluka terÂkait situasi politik dan demo ‘BerÂÂsih 2.0’ di Malaysia,’’ ujar JuÂÂru Bicara Kemenlu, Michael TeÂne, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Menurutnya, Kedutaan Besar ReÂpublik Indonesia (KBRI) di KuaÂÂla Lumpur sudah mengÂimÂbau agar WNI tidak ikut berunjuk raÂÂsa atau terlibat dalam keÂraÂmaian.
â€Å“Imbauan itu sudah jauh-jauh hari disampaikan pihak KBRI. Mereka terus mengikuti dari dekat. Sejauh ini belum mendapat laÂporan adanya WNI yang terÂtangÂkap atau terluka,†paparnya.
Seperti diketahui, Bersih 2.0 meÂÂrupakan aksi demonstrasi dari keÂlompok oposisi yang mengÂinginÂkan dilakukannya pemilu berÂÂsih dan adil. Unjuk rasa besar-beÂsaran yang terjadi Sabtu 9 Juli itu, menyisakan penangkapan terÂhaÂdap para demonstran. 1.667 orang diamankan pihak keÂpolisian.
Kepolisian Malaysia juga meÂnangkap dua pimpinan keÂlomÂpok yang menuntut reformasi peÂmilu, yakni Ambiga Sreenivasan dan Maria Chin Abdullah. Selain keÂdua tokoh reformis tersebut, toÂkoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim juga dikabarkan ikut diÂtangkap dalam insiden tersebut. Akibat perlawanan tersebut, ParÂtai Islam Se-Malaysia (PAS) meÂngancam gerakan
â€Å“Bersih 2.0’’akan’kembali diÂgelar bila delapan tuntutan reÂforÂmasi sistem pemilu, tidak diÂpeÂnuhi Komisi Pemilihan Umum Malaysia.
Michael Tene selanjutnya meÂngaÂtakan, meski diwarnai aksi unjuk rasa, situasi di Malaysia maÂsih terkendali. KBRI masih seÂbatas memberikan imbauan keÂpada seluruh WNI di Malaysia.
â€Å“Kami terus berkomunikasi deÂngan KBRI di Malaysia. BerÂdaÂsarÂkan informasi yang kami perÂoleh, situasi di sana masih terÂkendali,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana persiapan KBRI jiÂka situasinya menjadi lebih buÂruk?
Seperti yang saya katakan tadi, siÂtuasi di Malaysia masih konÂduÂsif. Masih sebatas unjuk rasa saja. Saya tidak akan berspekulasi atau meramalkan tentang sesuatu hal yang buruk. KBRI pun telah meÂlaÂkukan imbauan agar semua WNI menjauhi keramaian dan loÂkasi demonstrasi.
Bagaimana dengan para pelajar Indonesia yang ada di sana?
Imbauan itu kan tidak hanya diÂtuÂjukan kepada para WNI yang beÂÂkerja atau melakukan wisata. PaÂra pelajar kita juga mendapat imÂÂbauan yang sama. Sejauh ini, kami belum menerima laporan soal pelajar atau WNI yang terÂlibat.
Apakah imbauan cukup efektif untuk mencegah jatuhnya korÂban WNI?
Sejauh ini efektif. Imbauan itu kan kami berikan jauh sebelum adaÂÂnya kegiatan demo besar-beÂsaÂran. Mengenai langkah selanÂjutÂÂnya, kita amati saja situasi yang berkembang di sana. Saya tidak ingin berspekulasi.
Bagaimana nasib 11 WNI yang terancam hukuman gantung di Malaysia?
Proses hukum mereka sudah tunÂÂtas, sudah melalui banding dan kaÂsasi. Saat ini, Kemenlu seÂdang meÂminÂta amnesti dari peÂmerintah Malaysia.
Apa rincian kasus dari 11 orang tersebut?
Dari 11 WNI yang terancam huÂÂÂkuman gantung, 10 orang terÂkait kasus narkoba dan 1 orang terÂlibat kasus pembunuhan. MesÂki kita juga menerapkan huÂkuÂman yang keras terhadap narÂkoÂba, proses pengampunan akan teÂrus kita lakukan.
Apa saja yang dilakukan KeÂmenlu?
Yang terus kami upayakan adaÂlah permohonan amnesti atau peÂngampunan dari pemerintah Malaysia terhadap mereka. Tentunya perÂmohonan amnesti ini sesuai dengan lokasi mereka. Ada yang diÂajukan kepada Dipertuan Agung dan ada juga ditujukan keÂpada SulÂÂtan yang ada di negara bagian tersebut.
Memangnya Kemenlu tidak membantu saat kasus ini masih proses hukum?
Kasus-kasus WNI yang terÂanÂcam hukuman berat, pihak peÂmeÂrintah Indonesia memberikan banÂtuan hukum seperti meÂnyeÂdiaÂkan pengacara dalam proses huÂkumnya. Kami menÂcoÂba meÂmanÂfaatkan peluang huÂkum yang ada di Malaysia. MiÂsalÂnya, proses banding dan kasasi yang sudah diÂjalani semuanya. Ketika proses-proÂses hukum itu sudah selesai, maka kita akan mengupayakan peÂnyelesaiannya di luar proses huÂkum, seperti perÂmintaan peÂngamÂpunan kepada pemerintah Malaysia.
Bukannya proses amnesti itu sudah terlambat?
Kita sudah mengupayakan seÂmua proses hukum dari awal hingÂga akhir. Ketika itu tidak berÂhasil, maka kami mengupayakan proÂses pengampunan di luar jalur hukum, itu akan kita upayakan secara maksimal. Proses ini sama seperti di Indonesia, seseorang yang dikenakan hukuman berat, seperti hukuman mati, pertama kali melalui Pengadilan Negeri, PeÂngadian Tinggi, lalu ke MA. KeÂtika di MA tuntas berarti sudah berakhir proses hukumnya. TaÂhapan berikutnya meminta amÂnesti dan grasi kepada PreÂsiden seÂbÂagai Kepala Negara, itu hamÂpir serupa dengan sistem yang ada di Malaysia.
Kapan putusan amnesti itu dikeluarkan?
Kita belum mengetahui kapan keluarnya pengampuan itu dari peÂmerintah Malaysia. Namun yang kami garisbawahi, pemeÂrinÂtah Indonesia sudah meÂnguÂpaÂyaÂkan hal tersebut secara makÂsimal.
Bagaimana tindaklanjut para nelayan Malaysia yang diÂtangÂkap petugas Indonesia?
Mereka harus tetap mengikuti semua ketentuan hukum yang ada di Indonesia. Kemenlu tidak akan menÂcampuri proses hukum yang teÂngah dilakukan petugas-peÂtuÂgas tersebut.
Pak Menlu (Marty NataleÂgaÂwa) juga tidak pernah bicara dan berjanji ke pihak Malaysia akan meÂlepaskan nelayan yang diÂtangÂkap itu. Semua pihak harus mengÂhorÂmati proses hukum yang ada di Indonesia, tanpa terkecuali MaÂÂlaysia. [rm]
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=33377