Banyak yang memperkirakan G+ merupakan senjata untuk mengantisipasi kolaborasi Facebook dan Bing, mesin pencari milik Microsoft.
Banyak yang memperkirakan G+ merupakan senjata untuk mengantisipasi kolaborasi Facebook dan Bing, mesin pencari milik Microsoft.
PADA awal kemun culannya dua pekan silam, sebagian dari pengguna terbatas Google Plus (Google+) menilai layanan tersebut tak ubahnya jejaring sosial lain. Beberapa fiturnya dianggap nyaris sama dengan fitur Facebook, tapi hanya berbeda nama.
Lantas generasi pertama Google+ atau para early adapters itu pun mengeksplorasi layanan tersebut. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin bingung mereka dibuatnya.
Dalam eksplorasi itu, mereka pun menemukan ada sejumlah fungsi Twitter yang juga terakomodasi oleh Google+.
Sejumlah blogger dunia berpecah argumen. Sebagian optimistis, Google+ adalah temuan terbaik untuk melengkapi kebutuhan blogging mereka. Mereka bahkan meyakini, layanan tersebut dapat membunuh Twitter saat sudah dapat diakses lebih luas oleh publik.
Sisanya menilai, anggapan itu hanya omong kosong. Namun mereka menyatakan, kehadiran Google+ telah mengembalikan ingatan mereka pada momen kemunculan Twitter. Saat itu mereka berpendapat, kehadiran layanan microblogging itu tidak akan berhasil.
Para pengguna Google+ pun tak yakin hal baru apa yang sebetulnya ditawarkan oleh layanan tersebut. Layanan ini layaknya paket kombo yang mempertemukan tampilan ala Facebook, fitur following dan follower milik Twitter, serta kemampuan posting konten seperti Tumblr.
Pengguna awal yang didominasi para elite teknologi global itu pun terus berjuang untuk mendefinisikan Google+. Hal itulah yang kemudian membuat hampir seluruh posting mereka di layanan tersebut berisikan tips dan definisi yang dihasilkan dari pengalaman bereksplorasi.
Integrasi Pemilik situs Firsttimetechfounder.posterous.com Vincent Wong, misalnya, membuat slide khusus dengan Google+ photo viewer yang menayangkan teorinya terkait layanan tersebut. Dalam slide itu ia menulis, Google+ bukanlah jejaring sosial.
“G+ adalah tentang memindahkan segalanya ke komputasi awan,“ tulisnya dalam slide yang dilansir Kamis (14/7) itu melalui akun Google Plus-nya.
Selama ini, menurut dia, para pengguna terlalu terpaku pada fitur-fitur jejaring sosial yang dapat diakses di sebelah kanan atas laman akun Google+.
Mereka telah melewatkan fiturfitur penting lain yang juga ditawarkan raksasa teknologi itu pada layanan tersebut.
Fitur-fitur tersebut merupakan layanan yang sudah ditawarkan Google jauh s belum kehadiran G+, an tara lain Gmail, Calendar Documents, Photos, Reader, dan lainnya. Bagian inilah, menurut analisis Wong, yang menjadi tujuan utama atau esensi kehadiran G+. Ia menilai, G+ merupakan layanan yang memungkinkan pengguna untuk mengolabo rasikan sekaligus berbagi melalui seluruh spektrum yang ditawarkan Google, mulai dari jejaring sosial, dokumen, hingga pasar aplikasi milik Chrome.
Singkatnya, kata Wong, Google menawarkan layanan untuk nyaris seluruh hal yang biasa dilakukan seseorang di komputernya. Lantaran itu, ia menyimpulkan, Facebook dan Twitter bukanlah pesaing terberat layanan baru ini, tetapi Microsoft dan Apple.
Kumpulkan informasi Namun beberapa analis juga memprediksi ada tujuan lain yang ingin dicapai Google melalui layanan terbarunya itu di samping tawaran kolaborasi dan integrasi. Mereka memperkirakan G+ merupakan senjata untuk mengantisipasi kolaborasi Facebook dan Bing, mesin pencari milik Microsoft.
Melalui G+, Google dapat mengumpulkan informasi pribadi para penggunanya.
Hal itu tentu dapat membantu perusahaan untuk memetakan penggunanya secara lebih spesifik. Informasi ini akan sangat berharga bagi perusahaan tersebut un tuk mencari pengiklan.
Maklum, pe rilaku manusia di ranah daring memang terus bergerak dina mis, terlebih sejak keha diran situs situs jeja ring sosial. Keberadaan layanan tersebut membuat para pengguna mulai menghabiskan banyak waktu di dunia virtual.
Hampir seluruh 750 juta pengguna Facebook di seluruh dunia berbagi maupun mencari rekomendasi terkait kebutuhan personal, mulai dari tempat makan hingga film yang wajib ditonton, dari teman-temannya di jejaring sosial tersebut.
Hasilnya, Facebook menjadi situs yang memiliki harta terbesar di dunia maya saat ini, yaitu informasi pribadi penggunanya, melalui empat miliar posting maupun koneksi yang mereka hasilkan secara kolektif setiap harinya.
Google tidak bisa mengakses informasi tersebut karena Facebook tidak membaginya untuk publik. Hal itu menjadi satu kekalahan bagi Google. Terpaan besar lantas datang saat situs jejaring sosial itu membentuk kemitraan khusus dengan pesaing Google, Bing.
Sejak Mei lalu, Microsoft mulai menggunakan informasi dari preferensi pengguna Facebook untuk menyaring hasil pencarian. Artinya, Bing memiliki kemungkinan terbesar untuk memberikan hasil yang paling mendekati kebutuhan.
Kolaborasi Bing dengan Facebook bahkan dikabarkan telah mengerek popularitas mesin pencari tersebut. Google sendiri sebenarnya masih berkuasa di layanan tersebut. Sekitar dua pertiga warga AS, misalnya, masih menggunakan Google sebagai mesin pencari utama. (cnn.com/ AP/digitaltrends.com/M-4)
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/07/18/ArticleHtmls/GOOGLE-BUKAN-SEKADAR-JEJARING-SOSIAL-BIASA-18072011027006.shtml?Mode=1
GOOGLE+ BUKAN SEKADAR JEJARING SOSIAL BIASA
Written By gusdurian on Senin, 18 Juli 2011 | 12.11
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar