BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Narkoba Mengebiri Anak Negeri (Bagian 1)

Narkoba Mengebiri Anak Negeri (Bagian 1)

Written By gusdurian on Sabtu, 02 Juli 2011 | 17.22

Perhelatan Hari Anti narkoba Internasional (HANI), Ahad (26/6) lalu, di Monumen Nasional, Jakarta, berlangsung semarak. Ribuan orang menyemut di sana.
Mereka berasal dari beragam kalangan, mulai dari siswa sekolah dasar hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Belasan penari ikut memeriahkan acara. Mereka pun meneriakkan seruan antinarkoba.

Hampir setiap tahun acara seperti itu digelar untuk menyebarluaskan ancaman bahaya narkoba. Ancaman yang sejatinya tak bisa dianggap remeh.

Lihat saja data yang bersumber dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Setiap tahun, prevalensi penyalah guna narkoba terus meningkat. Jumlahnya mencapai jutaan orang. Tahun ini prevalensi penyalah guna narkoba diperkirakan bertambah menjadi 2,21 persen atau sekitar 4,02 juta orang.

Jika narkoba dibiarkan menyebar, BNN khawatir pemakai narkoba akan terus meningkat hingga menjadi 2,8 persen atau sekitar 5,1 juta orang dari total penduduk Indonesia pada 2015. Sedangkan pada 2008 atau 2009, BNN mendata prevalensi penyalah guna narkoba hanya 1,99 persen.

Angka pemakai narkoba yang begitu tinggi memantik tanya kriminolog Adrianus Meliala. “BNN harus berpikir mengapa jumlah penyalah guna selalu bertambah,“ ujarnya saat dihubungi Republika beberapa hari lalu.

Penyalah guna narkoba yang terus bertambah membuat Adrianus berpendapat, upaya mencegah dan memberantas pemakaian narkoba telah gagal. Peringatan HANI yang seharusnya menjadi momentum untuk merenungkan kegagalan tersebut, rupanya hanya sekadar seremoni.

Target Indonesia menuju bebas narkoba pada 2015 pun dipandang pesimistis oleh Adrianus. Dia melihat, kejahatan penyalahgunaan narkoba marak terjadi di kota besar. Pelakunya berasal dari berbagai profesi, mulai pekerja konstruksi (10,1 persen), pekerja tambang (7,5 persen), dan pekerja angkutan umum (5,7 persen). Sisanya berasal dari pekerja jasa, pedagang dan pengusaha, pertanian, dan industri.

BNN pernah melakukan riset pada 2008 lalu terkait usia penyalah guna narkoba.

Hasilnya, jumlah penyalah guna narkoba berusia lanjut mencapai 40 persen dari to tal 3,6 juta penyalah guna.

Sisanya adalah anak muda berusia produktif. Yang bila dijabarkan lagi maka dida pat hasil 63 persen dari go longan anak muda ini ber usia 16-18 tahun.

Berdasarkan jenis kela min, hanya 22 persen wanita yang mengonsumsi narkoba.

Sebagian besarnya laki-laki.

BNN juga mendapatkan fak ta satu dari 20 pelajar

atau mahasiswa pernah menyalahgunakan narkoba.
Total siswa yang mengonsumsi narkoba mencapai 921.695 orang.
Siswa SMA mendominasi penyalah guna narkoba dengan jumlah 48 persen. Sejumlah 30 persennya siswa SMP. Sisanya dari kalangan mahasiswa. BNN juga merekam, sebanyak 17,2 persen mengonsumsi ganja. Penyalahguna narkoba yang mengonsumsi sabu mencapai empat persen dan 11,4 persen memakai amphetamine.

Angka kematian akibat narkoba di Tanah Air juga terbilang fantastis. Data BNN memperlihatkan, angkanya berkisar 15 ribu orang per tahun atau 40 orang per hari. Setiap jam hampir dua orang tewas akibat penya lahgunaan narkoba.

Mereka tewas di luar pusat atau tempat rehabilitasi penyalah guna narkoba.

Ada yang tewas di jalanan, jembatan, dan rumah kos.

Namun, dari sekian ba nyak penyalah guna nar koba, baru sekitar 17 ribu orang yang melapor untuk mengikuti rehabilitasi. Pada 2009 lalu, BNN bahkan baru menjangkau 261 korban penyalah guna narkoba yang semua nya menjalani rehabilitasi di Lido, Sukabumi, Jawa Barat.

Tahun lalu, penyalah guna narkoba yang direhabilitasi baru sekitar 350 orang.

Kepala BNN Komisaris Jenderal Gories Mere ber

janji akan bersungguhsungguh memberantas narkoba. “Pernyataan bebas narkoba bukan berarti sama sekali tidak ada narkoba,“ katanya. Bebas narkoba diartikannya sebagai kata penyemangat agar masyarakat terdorong memberantas, mencegah, dan tidak menyalahgunakan narkoba.
Gories menyatakan, peningkatan penyalah guna narkoba memancing para bandar dan jaringan narkoba internasional asal Iran, Nigeria, India, Cina, dan Malaysia, untuk masuk dan mengedarkan narkoba di Indonesia. Di mana ada permintaan, katanya, di situ ada barang. Semakin banyak permintaan maka se makin banyak pula barang beredar.

Pria asal Nusa Tenggara Timur ini menyayangkan, banyak anggota masyarakat yang menganggap melapor kan penyalah guna narkoba sebagai tindakan aib. Dia me minta agar anggapan se perti itu dihapus. “Laporkan saja, nanti kita obati,” katanya.

Kepala Humas BNN Ko misaris Besar Sumirat Dwi Yulianto mengimbau agar pe nyalah guna narkoba ja ngan dibiarkan terus terjebak dalam lingkaran candu. Me reka pun sebaiknya jangan dikucilkan dari kehidupan.

Mereka tetap membutuhkan perhatian dan semangat agar terlepas dari narkoba selamanya. n ed: budi raharjo
http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2011/07/01/ArticleHtmls/trending-news-Dua-Pemakai-Narkoba-Tewas-Setiap-Jam-01072011001037.shtml?Mode=1
--
Share this article :

0 komentar: