Menjadikan Yogyakarta sebagai Kota Wisata Medika
YOGYAKARTA memiliki banyak kelebihan.Kota tersebut dikenal sebagai kota pelajar,bersama Bandung dan Malang, karena banyaknya lembaga pendidikan di sana.
Yang juga penting,Yogyakarta merupakan kota yang memiliki biaya hidup murah, yang memungkinkan pendidikan tinggi terjangkau dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Itulah sebabnya, banyak sekali pelajar dan mahasiswa berbondong-bondong untuk belajar di kota tersebut. Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pariwisata terpenting setelah Bali.Perkembangan ini memungkinkan bertumbuhnya industri perhotelan dari kelas melati hingga berbintang lima.
Selain dikenal di mancanegara, Yogyakarta juga merupakan destinasi wisatawan domestik.Baru-baru ini,dalam rangka perayaan Sekaten yang merupakan rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta dibanjiri puluhan ribu pengunjung dengan bus-bus pariwisata berjumlah ratusan. Hotel-hotel di Yogyakarta membukukan tingkat okupansi sangat tinggi. Yang mungkin kurang dikenal adalah Yogyakarta sebagai tujuan wisata medika.
Istilah ini mungkin tidak begitu tepat karena pengobatan orang sakit rasanya sulit untuk disebut sebagai berwisata.Kendati demikian, pada saat proses penyembuhan dan penyesuaian diri, bukan tidak mungkin pasien juga memiliki kesempatan untuk menikmati Yogyakarta sebagai tujuan wisata. Adakah kemungkinan Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata medika semacam itu? Mayo Clinics adalah sebuah rumah sakit yang terletak di Kota Rochester,Minnesotta,Amerika Serikat (AS).
Rochester bukanlah kota besar, seperti New York,Washington ataupun Los Angeles.Kota itu bahkan terletak di negara bagian Minnesotta, beberapa ratus kilometer di sebelah barat Chicago yang tidak bisa dikatakan sebagai kota yang ramai.Kendati demikian,Mayo Clinics sangat dikenal di seluruh dunia karena kehebatannya dalam pelayanan medis.
Karena itu, Rochester bisa dikatakan sebagai tempat tujuan wisata medika dunia saat ini. Dengan melihat pengalaman tersebut,kita bisa melihat Yogyakarta dari sisi ini.Yogyakarta bukanlah kota sebesar Jakarta atau Singapura.Namun,dengan melihat Rochester di Minnesotta tersebut, terdapat kemungkinan bagi Yogyakarta (maupun kota lain juga tentunya) untuk menjadi kota tujuan wisata medika tersebut. Yang terpenting adalah apakah kota tersebut memiliki persyaratan untuk menjadi tujuan wisata medika? Baru-baru ini saya melakukan pengobatan di Yogyakarta.
Pengalaman itu menggugah saya untuk menuliskannya di kolom ini. Mengulas kemungkinan menjadikan Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata medika.Pengobatan saya lakukan di Rumah Sakit Panti Rapih, rumah sakit cukup tua yang dikelola oleh para suster dari ordo Carolus Boromeus atau suster CB. Ordo ini memiliki Rumah Sakit Carolus di Jakarta, Rumah Sakit Boromeus di Bandung, serta lembaga pendidikan Tarakanita di Jakarta.
Memasuki ”kampus” Rumah Sakit Panti Rapih, setelah kita melewati area poliklinik yang sangat ramai, kita akan disambut tamantaman yang asri serta loronglorong menuju kamar dan bangsal-bangsal yang menarik. Layaknya kita memasuki sebuah oase setelah di area poliklinik kita seakan memasuki kompleks rumah sakit yang tidak begitu menarik. (Barangkali para pengelola perlu memikirkan untuk mengembalikan pintu gerbangnya ke tempat semula yang sangat asri). Rumah Sakit Panti Rapih tampaknya juga sadar atas perlunya sebuah pelayanan prima.
Itulah sebabnya, selain memiliki poliklinik umum di pintu gerbang utama, rumah sakit tersebut juga memiliki poliklinik untuk kalangan lebih mampu yang disebut Poli Lukas. Di Poliklinik Lukas ini,para pasien disambut hangat oleh petugas medis, ruang tunggu yang sangat bersih, menarik, dan terkesan lumayan mewah. Demikian juga ruang pemeriksaan di Poli Lukas memiliki kesan modern, menarik, dan sangat bersih.
Bahkan bantal dan kasur untuk pemeriksaan pasien memiliki aroma yang tidak kalah dengan hotel. Pelayanan ini memiliki kemiripan dengan pelayanan perbankan yang memang ditujukan untuk para nasabah kelas menengah atas. Dalam pengobatan itu, saya memerlukan rawat inap selama tiga hari. Pilihan kelasnya sangat bervariasi,dari yang paling murah hingga paling mewah.
Yang termahal, kamar kelas VVIP di rumah sakit tersebut memiliki kamar untuk pasien yang disertai dengan tempat tidur terpisah untuk penunggu serta kamar tamu terpisah yang cukup luas dengan kamar mandi tersendiri. Bahkan di kamar tamu tersebut tersedia juga meja bar untuk bisa ngobrol-ngobrol sambil menemani si pasien. Dengan fasilitas demikian, ternyata tarifnya semalam sebesar Rp1,1 juta, lebih rendah dibandingkan tarif kamar hotel kelas menengah (bukan hotel bintang lima) yang saya tinggali sebelumnya.
Padahal kita mengetahui, kamar tersebut tidaklah hanya terdiri atas kamar pasien dan kamar tamu, melainkan juga segala fasilitas dan kedekatan dengan pelayanan medis rumah sakit. Ini berarti nilai kamar tersebut beberapa kali lipat dibandingkan nilai kamar hotel. Selama tiga hari perawatan, saya merasakan pelayanan sangat prima. Para perawat yang sangat ramah (dan manis) membantu kita sehingga pasien kerasan, tidak merasakan tempat tersebut sebagai rumah sakit.
Fasilitas yang dimiliki rumah sakit tersebut juga lumayan modern dengan pemeliharaan sangat prima. Rumah Sakit Panti Rapih dikenal kebersihannya. Di lorong-lorong rumah sakit ini kita bisa mengujinya dengan melihat temboktemboknya yang bersih dari debu. Namun, yang paling penting adalah kualitas dokter. Saya merasakan,dokter di rumah sakit tersebut memiliki kualitas yang dapat diandalkan. Kedekatan dengan salah satu pusat pendidikan kedokteran terbaik di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada, memungkinkan rumah sakit ini memperoleh akses dari dokter-dokter terbaik di kota tersebut.
Untuk semua kelebihan tersebut, ternyata biaya yang dibebankan kepada pasien relatif murah. Mungkin kurang dari setengah yang ada di Jakarta. Bahkan setelah dihitung dengan biaya penerbangan dan hotel,biaya perawatan di Rumah Sakit Panti Rapih masih tetap sangat kompetitif. Dengan pengalaman yang saya jalani, saya memiliki keyakinan kuat bahwa Yogyakarta, terutama Rumah Sakit Panti Rapih, memiliki kemungkinan untuk menjadi seperti Rochester di Minnesotta dengan Mayo Clinicsnya.
Akses penerbangan ke segala arah, baik langsung maupun bersambung, memungkinkan Yogyakarta dikunjungi dari berbagai penjuru Indonesia. Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata medika,kenapa tidak? (*)
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/223293/38/
Menjadikan Yogyakarta sebagai Kota Wisata Medika
Written By gusdurian on Senin, 23 Maret 2009 | 12.11
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar