SUARA MAHASISWA, Pilih yang Bervisi Realistis
ING ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.Begitulah kriteria seorang pemimpin menurut Ki Hadjar Dewantara.
Artinya seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan ketika berada di
depan, mampu mengambil keputusan dengan bijak serta mempunyai visi yang
jelas dalam memimpin. Ketika pemimpin itu berada di tengah, dia mampu
membangkitkan semangat, memberikan harapan yang cerah; serta bersedia
ngemong rakyat dengan tulus ketika berada di belakang rakyat.
Ini tentu bisa menjadi referensi masyarakat Indonesia untuk memilih
capres-cawapres pada pemilihan umum presiden Juli mendatang. Ada tiga
pasangan capres-cawapres yang mendaftarkan diri ke KPU pada pilpres kali
ini. Mereka adalah SBY-Boediono, JK-Wiranto, dan Megawati-Prabowo.
Nama-nama mereka mungkin sudah tak asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia.Mereka diketahui baik melalui iklan politik maupun cerita dari
kawan, tetangga, serta sanak saudara.
Selain itu, mereka jelas bukan ”orang baru”.Mereka telah malang
melintang dalam kancah perpolitikan negeri merah putih ini.Meski ada di
antara pasangan capres-cawapres yang bukan politikus.Walau begitu, latar
belakang dan skillmereka tak banyak diketahui masyarakat awam,apalagi
visi-misi yang mereka usung, apakah benar-benar untuk kesejahteraan
rakyat atau hanya untuk menarik hati rakyat agar memilih mereka pada
pemilu pilpres mendatang.
Untuk menentukan seorang pemimpin yang membawa Indonesia ke depan lebih
baik bukanlah hal mudah, meski bukan pula hal yang sulit. Artinya, kita
tidak boleh asal contreng sekehendak hati. Masyarakat sebagai pemilih
mesti pandai-pandai memilih yang terbaik di antara yang baik. Belajar
dari pengalaman pada pemilu sebelumnya, masyarakat memilih calon
pemimpin bangsa ini berdasarkan asas ”materi”, ajakan saudara,dan
politik pencitraan yang dilakukan partai politik.
Paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan masyarakat dalam
memilih capres dan cawapres mendatang. Pertama, janganlah tertipu dengan
slogan-slogan yang ditawarkan dalam iklan politik baik yang melalui
media cetak seperti koran, majalah, maupun media elektronik seperti
televisi dan internet.Kedua,pilih capres dan cawapres yang bervisi
realistis baik dari segi ekonomi,politik,sosial maupun bidang
lainnya.Pilih mereka yang mempunyai visi-misi yang jelas, operasional
dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemimpin yang dapat membawa perubahan ke
arah yang lebih baik, melepaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan dan
ketertinggalan.
Bukan calon yang sekadar menyampaikan program-program yang
melangit,namun tertinggal hanya sebagai janji. Demokrasi itu menganggap
bahwa kita semua sebagai rakyat mempunyai kedudukan yang sama dengan
para pemimpin. Karena itu pula demokrasi mengedepankan one man one vote
dalam sistem pemilu agar suara semua orang tercakup.Untuk itulah jangan
pernah kita tergantung pada apa yang dijejalkan para pemimpin ke dalam
pemikiran ini.Sebagai rakyat tentu kita punya kebutuhan akan perbaikan
di berbagai bidang.
Saatnya masyarakat memilih pemimpin bangsa ini berdasarkan kredibilitas,
salah satunya sebagaimana yang ditawarkan Ki Hadjar Dewantara,bukan atas
dasar ”materi”semata atau lainnya demi Indonesia ke depan lebih baik.(*)
Muslimah
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/241624/
ING ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.Begitulah kriteria seorang pemimpin menurut Ki Hadjar Dewantara.
Artinya seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan ketika berada di
depan, mampu mengambil keputusan dengan bijak serta mempunyai visi yang
jelas dalam memimpin. Ketika pemimpin itu berada di tengah, dia mampu
membangkitkan semangat, memberikan harapan yang cerah; serta bersedia
ngemong rakyat dengan tulus ketika berada di belakang rakyat.
Ini tentu bisa menjadi referensi masyarakat Indonesia untuk memilih
capres-cawapres pada pemilihan umum presiden Juli mendatang. Ada tiga
pasangan capres-cawapres yang mendaftarkan diri ke KPU pada pilpres kali
ini. Mereka adalah SBY-Boediono, JK-Wiranto, dan Megawati-Prabowo.
Nama-nama mereka mungkin sudah tak asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia.Mereka diketahui baik melalui iklan politik maupun cerita dari
kawan, tetangga, serta sanak saudara.
Selain itu, mereka jelas bukan ”orang baru”.Mereka telah malang
melintang dalam kancah perpolitikan negeri merah putih ini.Meski ada di
antara pasangan capres-cawapres yang bukan politikus.Walau begitu, latar
belakang dan skillmereka tak banyak diketahui masyarakat awam,apalagi
visi-misi yang mereka usung, apakah benar-benar untuk kesejahteraan
rakyat atau hanya untuk menarik hati rakyat agar memilih mereka pada
pemilu pilpres mendatang.
Untuk menentukan seorang pemimpin yang membawa Indonesia ke depan lebih
baik bukanlah hal mudah, meski bukan pula hal yang sulit. Artinya, kita
tidak boleh asal contreng sekehendak hati. Masyarakat sebagai pemilih
mesti pandai-pandai memilih yang terbaik di antara yang baik. Belajar
dari pengalaman pada pemilu sebelumnya, masyarakat memilih calon
pemimpin bangsa ini berdasarkan asas ”materi”, ajakan saudara,dan
politik pencitraan yang dilakukan partai politik.
Paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan masyarakat dalam
memilih capres dan cawapres mendatang. Pertama, janganlah tertipu dengan
slogan-slogan yang ditawarkan dalam iklan politik baik yang melalui
media cetak seperti koran, majalah, maupun media elektronik seperti
televisi dan internet.Kedua,pilih capres dan cawapres yang bervisi
realistis baik dari segi ekonomi,politik,sosial maupun bidang
lainnya.Pilih mereka yang mempunyai visi-misi yang jelas, operasional
dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemimpin yang dapat membawa perubahan ke
arah yang lebih baik, melepaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan dan
ketertinggalan.
Bukan calon yang sekadar menyampaikan program-program yang
melangit,namun tertinggal hanya sebagai janji. Demokrasi itu menganggap
bahwa kita semua sebagai rakyat mempunyai kedudukan yang sama dengan
para pemimpin. Karena itu pula demokrasi mengedepankan one man one vote
dalam sistem pemilu agar suara semua orang tercakup.Untuk itulah jangan
pernah kita tergantung pada apa yang dijejalkan para pemimpin ke dalam
pemikiran ini.Sebagai rakyat tentu kita punya kebutuhan akan perbaikan
di berbagai bidang.
Saatnya masyarakat memilih pemimpin bangsa ini berdasarkan kredibilitas,
salah satunya sebagaimana yang ditawarkan Ki Hadjar Dewantara,bukan atas
dasar ”materi”semata atau lainnya demi Indonesia ke depan lebih baik.(*)
Muslimah
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/241624/