Arena Menulis dan Menilai
Situs web lokal dengan konsep user generated content terus
bermunculan. Menyerahkan isi dan penilaian kepada pengguna.
Sebulan belakangan ini Devi Eriana Safira makin bergairah mengelola
blognya di wordpress.com. Tulisan-tulisan yang ia publikasikan lewat
media daring (online) itu saban hari dibaca dan dikomentari puluhan
narablog (blogger). Padahal, hingga pertengahan bulan lalu, ia sudah
sangat bersyukur jika ada sepuluh orang saja yang merespons
artikelnya. ”Sekarang dalam sehari bisa mencapai seratus orang yang
membaca tulisan saya,” kata perempuan 31 tahun ini. Bukan hanya
blognya yang ramai dikunjungi. Ia juga mendapat ratusan teman baru
lewat media bincang-bincang, seperti Yahoo! Messenger, dan jejaring
sosial Facebook.
Popularitas Devi dan blognya meroket sejak ia bergabung dengan
Ngerumpi (http://ngerumpi.com), situs vertikal yang menjadi ajang
berkumpulnya para peselancar dunia maya yang tertarik dengan isu
seputar perempuan. Situs vertikal adalah situs web yang membahas satu
topik khusus saja (niche), seperti olahraga, otomotif, gaya hidup,
teknologi, atau kuliner.
Di situs itu, hampir setiap hari Devi memuat tulisannya, dan selalu
mendapat respons dari anggota situs. ”Teman-teman di situs inilah yang
kemudian juga membaca blog saya. Rasanya asyik melihat tulisan saya
dikomentari,” kata Team Leader Quality Assurance Telkomsel itu. Buat
Devi, situs itu seolah menjadi ajang menunjukkan eksistensi diri
sebagai penulis.
Ngerumpi diluncurkan pada 26 Juni lalu. Saat ini anggotanya sudah 500
orang. Situs ini didesain dengan konsep web 2.0. Anggotanya disebut
”user” bisa berdiskusi dan berbagi tentang hal yang berkaitan dengan
perempuan, seperti dunia kerja, gaya hidup, keluarga, kesehatan,
lajang, dan soal seksual. Tak cuma kaum Hawa, laki-laki pun bisa
menjadi anggota situs ini. ”Para pembaca laki-laki boleh
berpartisipasi dan menyumbangkan suara, saran, dan opini, bahkan
bantahan,” kata Silly, salah satu pengelola Ngerumpi.
Situs yang menjadi ajang tukar pendapat para anggotanya ini merupakan
salah satu situs vertikal yang dibuat di Tanah Air. Beberapa bulan
sebelum Ngerumpi, situs vertikal yang membahas hal ihwal politik telah
hadir, yaitu Politikana (http://politikana.com). Situs hasil kerja
sama dengan Tempo ini muncul menjelang pemilihan umum legislatif, awal
April lalu. ”Pemilihan umum memang momentum tepat untuk peluncuran
situs kami,” kata Enda Nasution, pengelola Politikana. Meski yang
dibahas di situs ini tak melulu soal politik dan kekuasaan, hingga
seratus hari usianya, anggota Politikana sudah sekitar 4.000 orang.
Situs vertikal teranyar adalah Curi Pandang (http://curipandang.com),
yang baru diluncurkan pekan lalu. ”Curi Pandang adalah situs yang
membahas dunia entertainment,” kata Anindhita Maharrani, pengelola
Curi Pandang. Tapi isinya diharapkan menjadi lawan dari berita hiburan
di media tradisional. Maksudnya, sementara kebanyakan media gosip
melihat artis dari sisi negatif, Curi Pandang justru dari sisi
positifnya. Kalaupun ada tulisan berupa kritik, itu demi perbaikan
artis yang bersangkutan.
Seperti halnya dua situs pendahulunya, Curi Pandang merupakan ajang
bertukar pikiran dan kabar yang isinya disumbang oleh para anggota.
Tiga situs tersebut memang sama jenisnya karena dikelola oleh tim yang
sama, PT Inmark Digital Marketing.
Berbeda dari situs web lainnya, situs vertikal yang berbasis web 2.0
itu tergolong sebagai situs user generated content (UGC). Artinya, isi
dan aplikasi web dibuat oleh anggota. Di situs ini pengguna dapat
menerbitkan tulisan dan analisis secara langsung, dan gratis. Situs
UGC mengizinkan pengguna bertindak sebagai moderator (user moderated
content). Setiap tulisan dapat diberi rating oleh semua pengguna.
”Rating tersebut secara otomatis menentukan posisi artikel di kolom
utama di halaman home (artikel utama) sehingga tidak ada otoritas
editor,” kata Enda Nasution, yang juga seorang narablog terkemuka.
Tentu saja itu bukan berarti semua tulisan bisa masuk bebas. Tetap
saja tulisan yang, misalnya, berbau pornografi atau mencela suku dan
agama tertentu bakal ditendang dari situs ini. Menurut Enda, para
moderator bertugas memastikan tulisan yang dimuat tidak mengandung hal-
hal yang dikhawatirkan tersebut. Kalaupun ada yang lolos, bisa
dipastikan artikel itu bakal mendapat rating buruk dari pengguna lain
sehingga hilang dari peredaran. Moderator juga harus mempertimbangkan
keberatan user atas suatu artikel yang dianggap tidak layak muat
karena isinya fitnah belaka.
Hal yang mudah muncul dalam situs vertikal, seperti Politikana, adalah
ketidakberimbangan karena moderator tidak memiliki otoritas menghapus
naskah yang berisi dukungan kepada satu pihak. Untuk mengimbangi suara
populer yang muncul di kolom utama, moderator menghadirkan penulis
tamu dari kalangan praktisi, akademisi, dan figur publik lain yang
ahli. Mereka ini bertindak sebagai narasumber. ”Kami juga menampilkan
artikel-artikel pilihan yang tidak populer tapi penting untuk
menyeimbangkan pandangan di Politikana lewat fitur pilihan moderator,”
kata Enda.
Situs vertikal memang menarik bagi pengguna karena keleluasaan untuk
mengisi content, dan walhasil menempatkan pengelola web hanya sebagai
penyedia media. Sebelum tiga situs vertikal versi lokal itu, sejumlah
web UGC sudah lebih dulu mengorbit, seperti Flickr, yang penggunanya
memproduksi content berupa foto; YouTube, untuk pengguna yang
memproduksi content berupa video; serta aplikasi jejaring sosial
seperti Friendster dan Facebook. Yang belakangan itu merupakan bukti
betapa web kategori UGC sangat diminati. Hingga awal Agustus ini,
pengguna Facebook di Indonesia lebih dari 7,8 juta.
Rama Mamuaya, narablog yang rajin mencatat perkembangan dunia Internet
di Indonesia, menilai kemunculan situs-situs vertikal merupakan efek
dari kian banyaknya pengguna Internet di Indonesia. Jumlahnya sekitar
31 juta. ”Mereka selalu ingin mencoba sesuatu yang baru, termasuk
kalau ada situs jenis baru,” kata Rama, yang juga pemilik situs Daily
Social (http://dailysocial.net). Kelak, menurut dia, bukan tak mungkin
dari situs vertikal ini akan muncul komunitas-komunitas kecil dan
khusus, misalnya pencinta sepeda, animasi, dan komik.
Sebagian orang menganggap situs vertikal lebih menarik dibanding forum-
forum diskusi yang berbentuk mailing list. ”Karena enak dilihat dan
ada sistem rating untuk melihat daftar penulis terbaik,” kata Venus,
pengelola Ngerumpi. Fitur seperti rating dan penempatan artikel utama
yang berdasarkan pilihan pengguna membuat orang tertarik bergabung dan
terpacu menulis. Venus yang di ranah daring dipanggil sebagai Simbok
itu mengatakan jumlah 500 anggota Ngerumpi jauh di atas harapannya.
”Pada minggu-minggu awal, hanya saya dan Silly yang mengisi situs ini
bergantian dan saling mengomentari, ha-ha-ha…,” katanya.
Sekarang, begitu Ngerumpi mulai dikenal dan anggotanya bertambah,
Silly dan Venus justru kerepotan karena harus memelototi tiap naskah
yang tayang. Dalam satu hari rata-rata ada 25 tulisan yang dikirimkan
anggota.
Di Politikana lebih banyak lagi. Menurut Enda Nasution, saban hari ada
40 artikel yang tayang. Jumlah ini tentu bakal jauh lebih banyak lagi
karena para penulis terus terpacu untuk membuat tulisan. Apalagi bagi
penulis yang memanfaatkan situs ini sebagai ajang berbagi pengalaman
dan ingin terus belajar menulis seperti Devi Eriana Safira. ”Saya
menulis begitu ada ide, dan langsung mem-posting,” katanya.
Adek Media
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/08/10/TI/mbm.20090810.TI131039.id.html
Arena Menulis dan Menilai
Written By gusdurian on Senin, 10 Agustus 2009 | 09.29
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar