BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Lunasilah Utangutangmu!

Lunasilah Utangutangmu!

Written By gusdurian on Sabtu, 18 Juli 2009 | 15.16

Lunasilah Utangutangmu!

SUATU hari saya menghadiri pengajian di Jakarta yang isinya sederhana,
namun cukup menyentuh hati. Pengajian ini dihadiri para
eksekutif,profesional,intelektual, bahkan konglomerat yang haus siraman
rohani.

Dalam pengajian itu seorang ustaz menyindir para jamaah tentang
pentingnya membayar utang. Kurang lebih demikian katanya,
“Saudara-saudara sekalian, sekarang Saudara sudah menjadi orang
kaya,tapi tolong diingat apakah dulu ketika duduk di bangku sekolah atau
kuliah masih mempunyai utang yang belum dibayar?

”Tentu saja sindiran ini membuat para jamaah cukup terperanjat sambil
mesem-mesem dan tengok kanan tengok kiri. “Mungkin dulu salah satu dari
Saudara makan tempe goreng empat potong,tetapi mengaku makan dua
potong.Atau mungkin ketika tinggal di kontrakan atau kos masih menunggak
uang sewa,lupa bayar listrik dan sebagainya, lalu keburu pergi.

Maka, hari ini saya ingatkan, tolong segera lunasi,” katanya lagi. Maka
pecahlah tawa para jamaah. Itu berarti sindirannya telak mengenai
sasaran. “Tolong sekarang lunasi, sebab kalau utang itu tidak dibayar,
bisa menghalangi kita untuk masuk surga,” lanjut sang ustaz. Dengan
bahasa yang lugas ustaz tadi menjelaskan tentang kewajiban membayar
utang, sekecil apa pun jumlahnya.

Kalau tidak, hal-hal yang dianggap kecil bisa menjadi penghalang sesuatu
yang besar. Ibarat kita memasukkan anak kunci untuk membuka pintu,
ketika lubang itu terhalangi kerikil atau serpihan kayu yang kecil,
akibatnya bisa fatal: anak kunci itu tak akan mampu membuka pintu.

Utang yang belum dilunasi akan menjadi penghalang bagi perjalanan rohani
di akhirat kelak. Menurut riwayat, di antara siksa kubur yang akan
dijumpai nanti adalah disebabkan oleh utang yang belum dilunasi. Di
dunia pun orang yang tidak membayar utang (mengemplang)— padahal dia
mampu untuk membayarnya— akan merusak martabat seseorang.

Di samping melawan hukum, secara moral dianggap tercela oleh masyarakat
dan diyakini akan mempersempit pintu rezeki. Ceramah tadi telah
menggugah kesadaran para jamaah untuk merenungkan kembali atau
mengingat- ingat tentang utang masa lalu mereka.

Sekarang mungkin sebagian besar jamaah telah meraih kesuksesan dan hidup
dalam kecukupan ekonomi, namun mungkin di masa lalu pernah mempunyai
janji, tanggungan, utang dan sebagainya yang sadar atau tidak
sadar,disengaja atau tidak disengaja, tapi masih belum dilunasi atau
ditunaikan.

Dari pengalaman berbincang dan bersosialisasi dengan beberapa teman
sambil main golf, saya memperoleh banyak cerita menarik bahwa apa yang
dikatakan ustaz tadi memang benar. Saya mendengar ada beberapa teman
yang sudah sukses di Jakarta,suatu hari sengaja berkunjung ke Yogyakarta
menemui pemilik rumah kos dan warung langganannya dulu.

Dia sengaja untuk melunasi utangutangnya yang belum dibayar.Jumlah
persisnya sudah lupa, tapi dia tidak ingin ketika meninggal masih
memiliki utang, meskipun hanya senilai lima porsi makan untuk ukuran
mahasiswa. Ketika datang ke Yogyakarta dan berhasil bertemu pemilik
rumah kos dan warung langganannya, butuh waktu beberapa saat untuk
saling mengingat-ingat karena sudah belasan tahun tidak bertemu.

Biasanya mereka datang dengan memberi uang lebih besar dari jumlah
utangnya sebagai tanda terima kasih dan penebusan dosa. Tentu saja para
pemilik warung yang sebagian besar sudah lanjut usia itu terkejut
dibuatnya menerima rezeki nomplok yang tak terduga itu.

Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh mantan mahasiswa yang telah
sadar ini bukan sekadar melunasi utang-piutang, tetapi juga berbagi
kegembiraan. Mereka menebus kesalahan yang pernah dilakukan sambil
memberi sesuatu yang lebih dari rezeki yang diperolehnya.

Niat baik untuk bersilaturahmi, membayar utang dan berbagi kegembiraan
seperti yang mereka lakukan ini mengingatkan saya pada cerita-cerita
tentang pengalaman orang-orang yang pernah mati suri atau mereka yang
dalam istilah psikologi disebut dengan near death experiencer (NDE).

Mereka yang pernah mengalami mati suri dapat kita jadikan bahan renungan
tentang kebenaran berita alam kubur. Sebagian besar mengalami,
menyaksikan, dan meyakini bahwa semua utang yang belum terbayar itu
datang menagih janji untuk dilunasi.Tentu saja waktu itu rohaninya
merasa tersiksa.

Mereka mengalami sendiri bagaimana utang, janji, atau ucapan sekecil apa
pun mempunyai konsekuensinya sendiri. Karena itu, janji memang harus
ditepati, sebab setiap janji adalah utang (al-wa’du dainun). Bila
Saudara hendak pergi umrah atau haji, lalu seseorang meminta didoakan
dan disebut namanya di depan Kakbah, lalu kita jawab menyanggupi, maka
itu sudah termasuk utang yang mesti dilunasi.

Kalau tidak, cerita teman yang pernah mati suri, hal itu pun akan
dipertanyakan kelak di alam kubur. Karena itu, berhati-hatilah membuat
janji. Jika tak sanggup melakukannya, jangan pernah menjanjikannya.
Lalai menjalankan janji sekecil itu pun akan menjadi penghalang
perjalanan rohani kita.Terlebih jika kita telah membuat nazar, derajat
utangnya lebih berat.

Jadi,sekiranya kita tidak yakin sanggup untuk menyampaikan titipan salam
atau mendoakan permintaan orang, sebaiknya jangan berkata menyanggupi
mengingat janji kesanggupan itu akan tercatat sebagai utang yang mesti
dibayar. Misalnya ada anak meminta doa kepada orang tuanya agar selamat
di dalam perjalanan atau agar lulus ujian.

Sebaiknya saat itu juga orang tua mendoakan, agar segera lunas
permintaan itu, daripada menyanggupi tetapi akhirnya lupa. Karena di
antara kita pasti memiliki utang yang mungkin belum atau lupa
membayarnya, maka Islam mengajarkan untuk saling bersilaturahmi dan
memaafkan agar tak ada lagi utang di antara mereka yang tersimpan hingga
ke liang kubur.

Kalau ada utang uang, misalnya, ada baiknya dikatakan terus terang untuk
direlakan jika tidak sanggup membayarnya. Misalnya dengan ucapan;
“Maafkan saya,bila mungkin masih punya utang, karena lupa atau kelalaian
saya,baik yang disengaja atau tidak sengaja,mohon diikhlaskan.”

Islam memang agama kasih yang mengajarkan forgiveness (pemberian maaf),
tapi Islam juga agama yang sangat menjunjung tinggi makna keadilan
(justice), karena itu banyak nasihat dari Alquran dan Hadis yang
menganjurkan tentang pentingnya memenuhi janji, membayar utang,
menyelesaikan tunggakan, dan menyampaikan amanah.

Bahkan tak hanya utang uang dan harta benda yang harus dipenuhi oleh
seorang hamba, utang ibadah pun harus dipenuhi. Contohnya, bagi orang
yang tak mampu menjalankan puasa, maka harus menggantinya dengan fidyah.
Semua utang hendaknya dilunasi demi kebaikan dan kebahagiaan perjalanan
rohani kelak.(*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/255432/38/
Share this article :

0 komentar: