BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Religi Jawa Manusia Kejawen

Religi Jawa Manusia Kejawen

Written By gusdurian on Sabtu, 23 Mei 2009 | 11.08

Religi Jawa Manusia Kejawen
Wusthol Bachrie Mahasiswa Fak Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

*Alam pikiran orang Jawa, merumuskan kehidupan manusia ke dalam
makrokosmos dan mikrokosmos.*

ORANG Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan segala
kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang
pertama kali ada. Tuhan juga bertindak sebagai pengatur, karena segala
sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas izin serta kehendak-Nya.

Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini ialah sumber yang dapat
memberikan penghidupan, keseimbangan, dan kestabilan, yang dapat juga
memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan
orang Jawa yang demikian bia sa disebut manunggaling kawula lan gusti,
yai tu pandangan yang beranggapan bahwa ke wajiban moral manusia ialah
mencapai harmo ni dengan kekuatan dan kesatuan terakhir, bah wa manusia
menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya.

Ciri pandangan hidup orang Jawa yaitu realitas yang mengarah kepada
pembentukan kesatuan numinus antara alam nyata, ma syara kat, dan alam
adikodrati yang dianggap ke ramat. Sedangkan alam yaitu ungkapan ke
kuasaan yang menentukan kehidupan.

Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehi dupan manusia berada dalam dua
kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.

Makrokosmos adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta, yang
me ngandung kekuatan-kekuatan supranatural. Sebagai tujuan utamanya
dalam hidup tidak lain mencari dan menciptakan keselarasan atau
keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.

Sikap dan pandangan terhadap dunia nya ta (mikrokosmos) adalah tecermin
pada ke hidupan manusia dengan lingkungannya, su sunan manusia dalam
masyarakat, tata ke hidupan manusia sehari-hari, dan segala se suatu
yang tampak dalam mata.

Bagi orang Jawa dahulu, pusat dunia ini ada pada pimpinan atau raja dan
keraton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja dianggap
perwujudan wakil Tuhan di dunia, sehingga dalam dirinya terdapat
keseimbangan berbagai kekuatan dari dua alam.

Jadi raja dipandang sebagai pusat komunitas di dunia seperti halnya raja
menjadi mikrokosmos dari wakil Tuhan dengan keraton sebagai tempat
kediaman raja.

Keraton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja, karena
raja pun dianggap merupakan sumber kekuatan kosmis yang mengalir ke
daerah kedaulatannya dan membawa ketenteraman, keadilan, dan kesuburan
wilayah.

Inilah kehidupan manusia Jawa tentang alam pikiran, sikap dan pandangan
hidup yang dimiliki pada zaman kerajaan. Alam pikiran ini telah berakar
kuat dan menjadi landasan falsafah dari segala perwujudan yang ada dalam
tata kehidupan orang Jawa.

Kejawen Religius orang Jawa (kejawen) merupakan suatu cap deskriptif
bagi unsur-unsur kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai hakikat Jawa dan
yang mendefinisikannya sebagai suatu kategori khas.

Pandangan ini menekankan ketenteram an batin, keselarasan, dan
keseimbangan, si kap nrima terhadap segala peristiwa yang ter jadi
sambil menempatkan individu di bawah masya rakat dan masyarakat di bawah
semesta alam.

Pandangan kejawen (javanisme) yang diperke nalkan sosiolog Barat Neil
Mulder, bahwa unsur-unsur ini berasal dari masa HinduBuddha dalam
sejarah Jawa yang berbaur dalam suatu fi lsafat, yaitu sistem khusus
dari dasar bagi perilaku kehidupan.

Intinya, javanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai
suatu ba dan pengetahuan yang menyeluruh, yang di pergunakan untuk
menafsirkan kehidupan sebagaimana adanya. Jadi kejawen bukanlah suatu
kategori keagamaan, melainkan menunjukkan kepada suatu etika dan gaya
hidup yang diilhami cara berpikir.

Dasar pandangan Jawa berpendapat bahwa tatanan alam dan masyarakat sudah
di ten tukan dalam segala seginya. Mereka meng anggap bahwa pokok
kehidupan dan sta tus dirinya sudah ditetapkan, nasibnya su dah
ditentukan sebelumnya. Jadi mereka ha rus menanggung kesulitan hidupnya
dengan sabar.

Kesadaran akan budaya ini sering kali men jadi kebanggaan dan identitas
kultural.

Orang-orang inilah yang memelihara warisan bu daya Jawa secara mendalam
yang dapat dianggap sebagai kejawen.

Budaya Jawa (kejawen) memahami kepercayaan pada pelbagai macam roh-roh
yang tidak kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan
atau penyakit apabila mereka dibuat marah.(M-4)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/05/23/ArticleHtmls/23_05_2009_011_003.shtml?Mode=0
Share this article :

0 komentar: