BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Tentang bangsa Yahudi dan konflik Palestina-Israel

Tentang bangsa Yahudi dan konflik Palestina-Israel

Written By gusdurian on Sabtu, 17 Januari 2009 | 10.40

Tentang bangsa Yahudi dan konflik Palestina-Israel
>
> Saya kadang-kadang berpikir, jangan-jangan konflik
> Palestina-Israel tidak akan selesai "ila yaum
> al-qiyamah", sampai hari kiamat. Satu-satunya harapan
> adalah jika kedua belah pihak lelah dan bosan perang, lalu
> dengan "sadar" meletakkan senjata dan saling jabat
> tangan. Tetapi titik-lelah itu belum kelihatan hingga
> sekarang. Kita harus siap untuk melihat jatuhnya korban
> terus-menerus di waktu-waktu mendatang. Sudah berkali-kali
> usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dilakukan oleh
> komunitas internasional, tetapi gagal terus.
>
> Masing-masing pihak mempunyai versinya masing-masing kenapa
> usaha diplomatik itu gagal. Pihak Israel sudah tentu
> menyalahkan pihak Palestina, sejak zaman PLO di bawah Arafat
> hingga sekarang ini di mana Hamas muncul ke permukaan
> menggantikan popularitas PLO. Pihak Palestina dan
> negara-negara Arab, kemudian diamini juga oleh dunia Islam,
> tentu menyalahkan pihak Israel sebagai biang kegagalan usaha
> diplomatik itu.
>
> Saat perang atas terorisme dikumandangkan oleh Presiden
> Bush dari Washington, semua negara makin punya alasan untuk
> menjadikan momen ini untuk meningkatkan aksi-aksi militer
> mereka, tentu dengan alasan untuk memerangi terorisme. Rusia
> dan Cina telah melakukan itu. Kini Israel, sebelum Bush
> lengser beberasa saat lagi, seperti "kejar tayang"
> untuk menyelesaikan "masalah Hamas" dengan
> melakukan agresi besar-besaran. Seperti sudah bisa kita
> duga, aksi Israel ini didukung "tanpa syarat" oleh
> Presiden Bush.
>
> Mari kita lihat konflik ini dalam perspektif yang lebih
> luas sehingga kita bisa lebih "tenang"
> memahaminya. Tak ada dalam sejarah manusia di mana sebuah
> bangsa dibenci secara sistematis, menjadi sasaran prasangka
> buruk, stereo-type, rasialisme, dan persekusi seperti
> dialami oleh bangsa Yahudi. Itulah sebabnya di Eropa di mana
> bangsa Yahudi mengalami banyak persekusi dan diskriminasi
> selama berabad-abad dikenal istilah "Jewish
> question", masalah Yahudi. Debat menganai "Jewish
> question" ini berlangsung lama sekali di Eropa dan baru
> tuntas pada pertengahan abad ke-20.
>
> Secara kuantitas, bangsa Yahudi tidaklah besar jumlahnya.
> Total jumlah orang Yahudi di seluruh dunia saat ini mungkin
> tak lebih dari 15 juta orang. Sebagian besar mereka tinggal
> di Israel dan Amerika. Selebihnya mereka terserak-serak
> sebagai koloni kecil-kecil di berbagai belahan dunia, mulai
> dari Eropa, Amerika Latin, Asia, termasuk di negeri-negeri
> Arab sendiri. Tetapi bangsa yang kecil jumlahnya ini menjadi
> sasaran prasangka buruk dan kebencian oleh banyak pihak
> sejak zaman dahulu.
>
> Pertama-tama yang layak kita sebut adalah pihak Kristen.
> Selama beradad-abad, bangsa Yahudi menjadi sasaran
> diskriminasi dari pihak Kristen. Konflik antara Kristen dan
> Yahudi sudah berlangsung sejak awal, bahkan sejak kelahiran
> agama Kristen itu sendiri. Pertikaian antara orang-orang
> Yahudi dan Kristen bukan sekedar pertikaian politik biasa,
> tetapi juga pertikaian yang dijustifikasi secara teologis
> melalui ajaran agama..
>
> Lalu datang Islam. Sejak awal, pertikaian antara Islam dan
> Yahudi sama sekali tak terhindarkan. Pada saat Nabi Muhammad
> datang di Madinah, ada sejumlah koloni orang-orang Yahudi di
> sekitar Madinah. Karena konflik dengan Nabi dan umat Islam
> saat itu, orang-orang Yahudi ditumpas habis dan sebagian
> lagi diusir secara total dari kawasan itu. Pada saat Islam
> berjaya sebagai kekuatan politik di kawasan Arab pada
> rentang antara abad 8 hingga abad 15 Masehi, bangsa Yahudi
> sebetulnya menikmati suasana yang lebih bersahabat di dunia
> Islam ketimbang di dunia Kristen.
>
> Tetapi, kebencian pada Yahudi sebagai sebuah agama tetap
> bertahan secara endemik dalam Islam. Bangsa Yahudi
> digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di Quran, dan
> kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis. Contoh kecil
> saja: sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir
> zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi
> (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadis itu,
> tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk
> menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi.
>
> Sebuah hadis lain menyebutkan bahwa dua frasa di ujung
> Surah al-Fatihah (bab pembuka dalam Quran) merujuk kepada
> orang Kristen dan Yahudi. Dua frasa itu adalah:
> "al-maghdub 'alaihim" (orang-orang yang
> dibenci oleh Tuhan) dan "al-dallin" (orang-orang
> yang sesat). Orang yang dibenci Tuhan maksudnya,
> sebagaimana dijelaskan oleh hadis itu, adalah orang Yahudi,
> sementara orang-orang yang sesat adalah orang-orang Kristen.
> Karena pengaruh Kitab Suci sangat mendalam pada umatnya,
> kita bisa membayangkan bagaimana dua frasa yang
> diulang-ulang setiap salat oleh seluruh umat Islam ini
> memiliki pengaruh dalam membentuk prasangka buruk terhadap
> bangsa Yahudi.
>
> Baik agama Kristen atau Islam mengandung unsur-unsur ajaran
> yang bisa membiakkan kebencian pada bangsa Yahudi. Ini bukan
> kebencian biasa, tetapi kebencian yang dijustifikasi oleh
> firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat
> mendalami. Tak heran sekali jika kebencian pada agama dan
> bangsa Yahudi bertahan selama berabad-abad. Kalau kita baca
> sejarah, tidak ada bangsa yang mengalami korban sebagai
> sasaran kebencian selama dan seserius seperti dialami oleh
> bangsa Yahudi. Yang mengherankan, jumlah mereka sangat kecil
> sekali, tetapi kebencian pada mereka sungguh tak sebanding
> dengan jumlah itu. Atau justru karena mereka kecil lah
> dengan mudah menjadi "kambing hitam" di mana-mana.
> Persis seperti dialami oleh kaum minoritas di manapun yang
> cenderung dijadikan sasaran demonisasi dan
> pengambing-hitaman.
>
> Kalau kita baca sejarah Amerika, hingga pertengahan abad
> 20, diskriminasi dan perlakuan yang tak menyenangkan dialami
> oleh bangsa Yahudi secara konsisten. Seorang profesor Yahudi
> yang pernah belajar di Universitas Harvard dan sekarang
> sudah pensiun pernah bercerita pada saya bahwa hingga tahun
> 60an, orang-orang Yahudi mendapat kesulitan untuk memperoleh
> posisi sebagai profesor di Universitas Harvard. Menurut dia,
> seorang ekonom Yahudi yang sangat kondang dan pernah
> memenangkan hadiah Nobel, Paul Samuelson, ditolak lamarannya
> sebagai profesor di Universitas Harvard pada tahun 40an.
> Menurutnya, Samuelson ditolak terutama karena keyahudiannya.
> Akhirnya, MIT (Massachusetts Institute of Technology)
> menampung dia. Saat di MIT itulah Samuelson mendapatkan
> hadiah Nobel. Saya kira, Universitas Harvard malu dengan
> kejadian ini.
>
> Di dunia Islam, jelas orang-orang Yahudi saat ini merasa
> kurang nyaman. Oleh karena itu, sejak berdirinya negara
> Israel pada tahun 1948, jumlah orang Yahudi yang tinggal di
> kawasan Arab merosot tajam. Mereka kurang merasa nyaman
> tinggal di lingkungan yang kurang bersahabat dengan mereka.
> Dalam periode pra-modern, memang dunia Islam memperlakukan
> bangsa Yahudi jauh lebih baik ketimbang dunia Kristen di
> Eropa. Tetapi secara umum, kondisi orang-orang Yahudi di
> dunia Islam pun pada zaman dahulu tetap menjadi sasaran
> diskriminasi dan kebencian. Sebagaimana sudah saya sebut,
> kebencian pada Yahudi dalam Islam tertanam melalui ajaran
> Islam itu sendiri, sebagaimana juga dalam Kristen. Kebencian
> itu mendalam sekali karena dijustifikasi dengan ajaran
> agama.
>
> Sekarang ini, di dunia Islam, terutama di Indonesia,
> istilah "antek Yahudi" adalah kata-kata kotor yang
> dipakai untuk menyerang siapa saja yang dianggap
> "memusushi" Islam -- sama kotornya dengan istilah
> "antek PKI". Dulu, almarhum Prof. Nurcholish
> Madjid pernah dijuluki oleh sebuah media kalangan Islam
> fundamentalis di Jakarta sebagai "antek Yahudi".
> Majalah itu menggambarkan Cak Nur melalui sebuah karikatur
> yang menarik: nama Cak Nur dibelit oleh ular yang membentuk
> bintang David. Kita tahu apa maksud karikatur itu: Cak Nur
> adalah antek Yahudi yang terperangkap dalam belitan
> "ular" Yahudi.
>
> Hingga saat ini, bahkan di Amerika sekalipun, kita
> menyaksikan beredarnya sebuah teori konspirasi tentang
> "rencana Yahudi" untuk menguasai dunia. Buku
> "Protocols of Zion", misalnya, yang merupakan
> karangan palsu dinas rahasia Rusia beredar luas di Eropa,
> Amerika, dan meluber pula sampai ke dunia Islam. Buku itu
> sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan basaha-bahasa
> lain itu dunia Islam. Buku itu juga dipercayai oleh banyak
> kalangan sebagai dokumen otentik yang didasarkan pada
> fakta-fakta sejarah tentang rencana bangsa Yahudi untuk
> menguasai dan menghancurkan dunia. Buku semacam ini jelas
> dengan gampang menyebarkan rasa kebencian pada bangsa Yahudi
> yang jumlahnya sangat kecil itu.
>
> Tak hanya itu. Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford
> yang terkenal itu menulis buku yang sangat anti-Yahudi
> berjudul "The Jews". Beberapa tahun yang lalu,
> saat usai memberikan ceramah di Malaysia, seorang audiens
> memberikan saya buku itu seraya berkata, "Bapak harus
> membaca buku ini". Hingga sekarang, sentimen
> anti-Yahudi masih bertahan di banyak kalangan di Amerika.
>
> Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bangsa Yahudi
> yang kecil jumlahnya itu menjadi sasaran kebencian dari
> banyak pihak. Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan sebuah
> bangsa kecil yang dibenci oleh dua agama besar selama
> berabad-abad, yaitu Kristen dan Islam. Sekarang ini, jumlah
> pengikut kedua agama itu boleh jadi lebih dari 2,5 milyar.
> Dari jumlah sebanyak itu, ada persentasi yang cukup besar,
> sekurang-kurangnya dari sebagian kalangan Islam, yang sangat
> membenci, atau minimal kurang bersahabat, dengan bangsa
> Yahudi. Tentu keadaan semacam ini menciptakan rasa yang
> sangat tidak aman bagi orang-orang Yahudi.
>
> Bagaimana mungkin orang Yahudi yang hanya berjumlah tak
> lebih dari 15 juta itu bisa merasa aman di tengah-tengah
> bangsa-bangsa yang membenci dan mempunyai stereo-type
> negatif mengenai mereka? Jangan lupa, kebencian ini sudah
> berlangsung berabad-abad, dan karena itu sudah merasuk ke
> dalam psyche bangsa-bangsa yang membenci orang-orang Yahudi
> itu. Ini yang menjelaskan kenapa bangsa Yahudi, terutama di
> Israel, mempunyai instink yang sangat kuat untuk membangun
> pertahanan diri, kadang-kadang instink itu bekerja secara
> berlebihan, meskipun hal itu bisa kita pahami. Sebab bangsa
> Yahudi mempunyai memori yang sangat buruk mengenai masa lalu
> mereka. Jika mereka kehilangan negara Israel yang sudah
> berhasil mereka dirikan dengan susah payah itu, mereka
> khawatir akan kembali kepada "zaman kegelapan"
> yang berlangsung sejak berabad-abad sebelumnya.
>
> Ini yang menjelaskan kenapa Israel bersikap tanpa kompromi
> pada Hamas sebab kelompok ini memiliki misi khusus untuk
> menghancurkan negara Israel. Di mata Israel, Hamas jelas
> semacam mimpi-buruk yang menghantui mereka. Bangsa Yahudi
> jelas tak mau jatuh ke masa silam yang buruk, ke zaman
> pogrom dan holocaust.
>
> Tetapi justru di sini letak kelemahan bangsa Yahudi di
> Israel dan di manapun saat ini. Karena terlalu dihantui oleh
> masa lampau yang pahit, reaksi mereka terhadap ancaman saat
> ini terlalu berlebihan. Yang menjadi korban adalah bangsa
> Palestina. Sebagai sebuah negara, Israel, negara Yahudi itu,
> saat ini sudah cukup kuat dan sangat makmur. Memang kita
> bisa paham kenapa Israel selalu merasa tidak was-was dan
> tidak aman selama ini, sebab ia dikepung oleh
> tetangga-tetangga yang sangat membenci keberadaannya.
>
> Kalau di awal tulisan ini saya mengtakan bahwa konflik
> Palestina-Israel boleh jadi tak akan pernah selesai, di
> ujung tulisan ini saya ingin mengemukakan sebuah harapan.
> Salah satu harapan itu adalah jika pihak bangsa Yahudi dan
> bangsa Arab, terutama Palestina, bisa mengatasi "masa
> lalu" mereka masing-masing. Bangsa Yahudi harus
> melepaskan diri dari "mentalitas diaspora" yang
> membuat mereka merasa terancam terus dan selalu mencurigai
> tetangga-tetanggany a. Jika mentalitas ini tak bisa diatasi,
> maka negara Israel akan terus mencari musuh dengan
> tetangga-tetangga dekatnya seperti kita saksikan sekarang
> ini.
>
> Dari pihak bangsa Arab, tantangan terbesar adalah mengatasi
> "rasa superioritas" mereka sebagai bangsa yang
> pernah berjaya selama berabad-abad di kawasan Arab dan
> sekitarnya, dan merasa bahwa bangsa Yahudi tak punya hak
> untuk mendirikan negara di tanah Palestina, sebab hal itu
> akan melukai rasa superioritas itu.
>
> Dari pihak umat Islam sendiri secara keseluruhan juga ada
> tantangan yang sangat berat jika mereka benar-benar ingin
> ikut menyelesaikan masalah Palestina-Israel ini. Selama ini,
> kita semua tahu, ajaran yang membenci bangsa Yahudi
> diajarkan terus di sekolah-sekolah agama di seluruh dunia
> Islam, sejak zaman klasik hingga sekarang. Waktu saya di
> pesantren dulu, setiap guru saya menerangkan ayat-ayat dalam
> Quran yang membenci bangsa Yahudi, maka mereka memahaminya
> dengan tidak kritis, sehingga secara tak sengaja, mereka
> mengajarkan kebencian turun-temurun terhadap bangsa Yahudi.
> Bagaimana mungkin dunia Islam mau menyelesaikan masalah
> Palestina-Israel jika ajaran-ajaran yang membenci bangsa
> Yahudi ini terus ditularkan dari satu generasi ke generasi
> berikutnya?
>
> Menurut saya, harus ada reinterpretasi ulang atas sejumlah
> ayat dan hadis yang membenci bangsa Yahudi dan selama ini
> diajarkan di lembaga-lembaga Islam. Jika tidak, maka
> selamanya akan terjadi kebencian dan permusuhan antara umat
> Islam dan bangsa Yahudi. Saya tak percaya bahwa umat Islam
> akan berhenti membenci bangsa Yahudi seandainya pun yang
> terakhir itu, misalnya, dengan sukarela membubarkan negara
> Israel lalu pergi dari tanah Palestina. Menurut saya,
> masalahnya lebih serius dari sekedar masalah
> "tanah". Yang bermasalah adalah doktrin dalam
> agama itu sendiri.
>
> Apa yang saya tulis ini jelas tak populer di kalangan Islam
> saat ini. Boleh jadi, tulisan ini dianggap sebagai bagian
> dari konspirasi Yahudi pula. Silahkan saja. Dengan terus
> terang saya katakan, saya bukan "fan" atau
> pendukung ringan, apalagi berat, negara Israel. Saya benci
> dan jengkel pada tindakan dan kebijakan pemerintah Israel
> selama ini terhadap bangsa Palestina. Tetapi kita juga harus
> jujur melakukan otokritik pada diri kita sendiri. Ada
> sikap-sikap yang salah dan tak tepat juga di kalangan umat
> Islam terhadap bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil
> itu. Sikap-sikap yang berdasarkan pada doktrin agama itu
> harus dikritik jika umat Islam memang benar-benar ingin
> menegakkan perdamaian di bumi Palestina.[]
>
> Wallahu a'lam bissawab
>
Ulil Abshar Abdalla
Share this article :

0 komentar: