BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ekonomi UMKM yang Tersisih

Ekonomi UMKM yang Tersisih

Written By gusdurian on Rabu, 29 Juni 2011 | 02.04

BAMBANG SETIAJI :

UMKM merupakan soko guru ekonomi dengan menampung lebih dari setengah tenaga kerja dari sektornya. Unit usahanya lebih dari 51 juta dan merupakan 99,99% dari pelaku usaha nasional.

Tiga area utama UMKM adalah pada sektor perdagangan, restoran, dan pemondokan yang meliputi 60% lebih,sekitar 15% di industri pengolahan, dan berikutnya sekitar 13% pada sektor transportasi dan komunikasi. Berikutnya adalah industri keuangan dan jasa serta sector pertambangan.

UMKM adalah pelaku mayoritas, tetapi diberdayakan di luar menteri utama; dan itulah salah satu yang menyebabkan adanya ciri ketimpangan. Sektor usaha yang kita anggap “beneran” yang hanya merupakan kurang 1% unit usaha diurus dan dibantu menteri-menteri utama, dan tentu saja menyerap lebih besar anggaran negara.

Akibatnya terjadi kesenjangan produktivitas, kesenjangan sumbangan terhadap produk domestik bruto, dan implikasinya kesenjangan pendapatan nasional dan kesenjangan dalam menikmati kue nasional. Pendapatan nasional kita sangat dan makin timpang. Dengan pendapatan rata-rata

Kebijakan Pro-UMKM

Diperlukan kebijakan ekonomi umum yang lebih pro-pemerataan dengan ringkas dapat disebut sebagai pro-UMKM sebagai rumah produksi rakyat. Para menteri ekonomi mestinya disusun atas kebutuhan UMKM dari berbagai aspek permasalahannya. Misalnya permodalan, legalitas, SDM, sampai pemasaran. Baru sisanya diadakan menteri pengecualian yang mengurus industri dan unit usaha besar yang hanya merupakan 1% populasi dan karena mereka sudah relatif mandiri.

Struktur yang mengutamakan elite dan mengesampingkan yang mayoritas merupakan struktur kolonial, yang terus saja kita lestarikan tanpa berpikir ulang. Padahal, struktur itu dibuat dalam kerangka kolonial dan tentu saja sumber-sumber ekonomi didesain untuk memenuhi kebutuhan kolonialis dan memberikan tingkat ekonomi subsistensi kepada wilayah koloni.

Tujuannya dengan subsistensi itu para pekerja dapat bekerja lebih giat dan lebih kuat meningkatkan produktivitas dalam kerangka ekonomi kolonial tersebut.Jika disarankan supaya pekerja diberi makan lebih banyak,tujuannya adalah supaya dengan itu bisa bekerja lebih kuat dan produktivitas meningkat.

Cara pandang seperti ini tidak beretika dan tidak sesuai dengan cita-cita kebangsaan. Inilah sebabnya perlu pemikiran yang lebih berani untuk mengubah tatanan ekonomi dunia.Tatanan ekonomi dunia akan berubah jika tatanan dalam negeri yang dahulu ditancapkan kita bongkar ulang.

Dari sisi moneter, UMKM menghadapi biaya kapital berlipat tinggi.Tentu saja UMKM tidak dapat masuk bursa efek, satu satunya sumber dana adalah perbankan. Sebagai counterpart tipikalnya,UMKM banyak berurusan dengan lembaga keuangan mikro dan bank perkreditan rakyat.

Lembaga keuangan mikro dengan lending yang kecil memiliki biaya transaksi dan risiko yang tinggi. Suku bunga efektif UMKM bisa mencapai 48% per tahun. Lengkaplah sudah gambaran subsistensi yang diserap surplusnya dari berbagai sisi. Pemerintah yang tinggal setengah perjalanan terakhir dengan citra partai berkuasa yang semakin terpuruk seharusnya berani bertindak radikal.

Daripada memberi subsidi BBM yang dinikmati kelompok kaya, lebih baik memberi subsidi bunga. Mengapa? Subsidi bunga akan memberi UMKM nafas dan energi untuk tumbuh. Di samping itu, suku bunga yang lebih rendah akan mendorong investasi baru dan akan mampu menyerap pengangguran terbuka sekitar 10 juta lebih, dan 30 juta lainnya setengah pengangguran yang berada pada pekerjaan transitori.

Dengan harga BBM yang tinggi, alokasi pengeluaran ke sektor kendaraan akan berkurang. Rakyat akan mengurangi belanja kendaraan dan akan ada modal di tangan untuk memulai unit usaha baru.

Subsidi BBM bisa mencapai Rp200 triliun, setengahnya dapat dialokasikan untuk subsidi bunga UMKM, mendorong investasi dan terbukanya pekerjaan baru, dan setengahnya untuk memberi kesejahteraan rakyat yang riil melalui program jaminan sosial nirlaba. Dengan alokasi yang riil dan tidak menipu seperti itu, penarikan subsidi BBM yang biasanya menimbulkan gejolak, akan didukung rakyat bawah.

Memberdayakan Sarjana Pengangguran

Siapakah yang harus ditolong pertama kali? Dalam keadaan kesulitan bernapas, pakailah masker oksigenmu sebelum menolong yang lain. Katakanlah pemerintah bisa menyisihkan Rp100 triliun dari subsidi BBM, dana itu hendaknya justru dialokasikan kepada kelompok paling kreatif yang sudah memiliki basis investasi dalam SDM,yaitu sarjana yang tidak terserap pasar.

Pendidikan tinggi hendaknya merespons dengan memberikan perspektif kewirausahaan yang secara nasional memang sangat kurang. Dengan modal SDM yang dimiliki mereka dapat dimobilisasi untuk menjadi entrepreneur diawali dengan skala UMKM.

Pemberdayaan sarjana yang sudah menginvestasikan sumber ekonomi untuk pendidikan perlu direspons oleh perguruan tinggi dengan mereformasi diri menjadi lebih terintegrasi dengan ke-butuhan pembangunan ekonomi. Dalam kaitan ini, perguruan tinggi diharapkan menjadi sumber UMKM baru yang lebih produktif.

Kecil tidak berarti tidak maju. Di era global,seseorang tanpa pekerja bisa melakukan bisnis global hanya dengan jalan menjadi penghubung partner di luar dan di dalam negeri.Modalnya sederhana, laptop dan sambungan internet. Pengetahuan mengenai seluk-beluk ekspor,mengirim barang, dan quality assurance diperlukan.

Sektor pendidikan sekarang memiliki dana untuk mengirim putra-putri terbaik ke seluruh dunia,dengan konsep integrasi dengan pembangunan ekonomi mestinya dikaitkan dengan jaringan bisnis global seperti digambarkan di atas.● PROF BAMBANG SETIAJI Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/408719/
Share this article :

0 komentar: