BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sardan Marbun: Tokoh Agama Hendaknya Tidak Bermain Politik

Sardan Marbun: Tokoh Agama Hendaknya Tidak Bermain Politik

Written By gusdurian on Selasa, 18 Januari 2011 | 11.14

SARDAN MARBUN


RMOL.Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, Sardan Marbun
mengatakan, bahwa dirinya belum mendengar pendapat Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono terkait adanya isu pemakzulan yang dilontarkan para
tokoh agama.

“Saya belum dengar pendapat beliau secara spesifik. Tapi beliau
(Presiden) nanti (Senin,17/1) malam akan mengumpulkan to­koh-tokoh
agama untuk ber­dialog,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta,
kemarin.

Sebelumnya juga, politisi PKB Effendi Choirie berpendapat pe­makzulan
merupakan solusi ter­akhir, apabila rakyat merasa ke­cewa kepada
pemerin­tah. SBY.

“Pemak­zu­­lan ka­lau dari DPR/MPR, saya tidak yakin. Tetapi rakyat
ber­gerak dan kekece­waan­nya bisa dikoordi­nasikan dan konsolida­
sikan. Itu kan bisa seperti Soe­harto yang akhir­nya mundur dari kursi
Pre­siden,” kata pria yang akrab disapa Gus Choi ini saat ditanya
apakah kekece­waan rakyat bisa berakhir pemak­zulan kepada SBY.

Hal ini disampai­kan Effendi usai menghadiri acara Perte­muan Meja
Bundar 100 Tokoh Pergera­kan 2011, kemarin, di Gedung Juang 1945,
Jalan Men­teng Raya, Jakarta.

Menurutnya, rakyat selama ini kerap mengkritik kebijakan pe­merintah
namun tidak ada res­pons yang berarti. Gus Choi menilai pemakzulan
bisa menjadi solusi jika rakyat telah sangat kecewa.

“Diingatkan selama ini oleh LSM, Pansus kan tidak ada peru­bahan.
Solusi yang langsung di­ambil oleh suatu gerakan untuk pemakzulan
solusi ter­akhir. Tidak ada solusi lain. Pemak­zu­lan akan lebih mudah
di­capai,” paparnya.

Sardan Marbun selanjutnya mengatakan, kritikan dari tokoh agama tentu
akan didengarkan SBY. Tapi kalau bicara pemak­zulan itu tentu tidak
masuk akal.

“Soal pemakzulan, memang apa masalahnya. Setiap perma­salah tentu ada
solusinya, ini akan diatasi pemerintah. Jadi, nggak perlu
pemakzulan,’’ ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Sejauhmana reaksi Presiden terhadap kritikan yang disam­pai­kan tokoh
agama?

Presiden terus mendengarkan kritikan dan pemikiran yang di­sampaikan
tokoh agama itu. Sesungguhnya, beliau akan terus memikirkan sesuai
dengan sistem dan logika yang benar.

Bagaimana tanggapan peme­rintah tentang adanya isu pe­mak­zulan?

Segala sesuatunya kan sudah diatur oleh Undang-undang, se­hingga tidak
segampang itu mela­kukan pemakzulan. Tentu ada dasarnya untuk sampai
ke sana (pemakzulan). Kita ikuti saja peraturannya.

Pemakzulan melalui DPR/MPR memang agak berat, te­tapi kalau rakyat
bergerak dan dikoordinasikan tentu bisa ter­jadi pemakzulan,
bagaimana ko­mentar Anda?

Sejauh ini kita (pemerintah) melihat rakyat tidak serta merta
melakukan sesuatu kalau tidak ada penyebabnya. Rakyat pada umumnya
dapat menerima kon­disi ini.

Pemerintah sudah bekerja ke­ras, displin, dan semua sistem di­benahi
semaksimal mungkin. Walaupun ada kekurangan, tapi semua masih dalam
proses. Pe­me­rintah tidak mungkin ber­leha-leha dan berpangku tangan.
Ne­gara kita sudah semakin maju. Bukti­nya negara luar saja me­muji.

Apakah kritikan dari tokoh agama dan kritikan dari rakyat selalu
direspons secara positif?

Ya, tentu dong. Setiap surat dan SMS yang diterima, selalu kita
tanggapi. Tapi kalau orang-orang­­nya yang mengkritik itu hanya
mencari-cari kesalahan dan orangnya itu-itu saja, tentu tidak perlu
harus ditanggapi terus. Tapi kalau rakyat yang meng­kritik de­ngan
pertanyaan yang logis sesuai fakta, tentu patut ditanggapi.

Apa SBY tidak khawatir kon­disi ini bisa berakhir seperti tahun 1998?

Janganlah berandai-andai, ter­buai-buai, dan terombing-ambing dengan
isu-isu yang beredar di luar. Isu-isu itu memang jadi ma­sukan dan
harus kita pelajari.

Yang jelas, Presiden selalu ya­kin dong dengan apa yang dilaku­
kannya. Ini semua positif dan sudah banyak perbaikan.

Berarti sampai saat ini Pre­siden masih tenang-tenang saja menghadapi
kritikan itu?

Ya, tenang dalam arti berpikir dan bekerja keras untuk rakyat. Sebab,
yang memilih beliau ada­lah rakyat. Jadi, yang menentu­kan juga harus
rakyat.

Tapi kalau ada yang mengatas­namakan rakyat, tentu harus dilihat siapa
yang mengaku itu, kan begitu. Apakah omongannya itu betul atau jangan-
jangan me­ngaku saja atas nama rakyat.

Beliau memang tidak bisa tidur karena pekerjaan untuk rakyat. Tapi
kalau karena gangguan-gangguan, ya nggak usah kita pikirin.

Kalau gerakan moral yang disampaikan tokoh agama ini di­terima
mahasiswa, bagai­mana tanggapan Anda?

Itu harus dikaji, dipelajari, dan dievaluasi secara mendalam. Sebab,
saya dapat dari beberapa sumber, bahwa sebagian konsep­nya tidak
begitu. Tapi sebagian yang kumpul di situ memang ada pula interest
politik.

Kalau tokoh agama sudah mem­punyai interest politik, me­nurut saya,
sudah nggak benar, dan tanda tanya. Harusnya, tokoh agama yang
mempunyai suatu pendapat, datanglah memberi solusi, ini yang harus
dikerjakan, dan ini kekurangannya. Tidak bermain politik

Oh ya, apa Anda sebelumnya mengetahui isi pemakzulan?

Itu kan yang keluar ke permu­kaan tentang adanya putusan Mahkamah
Konstitusi. Itulah diangkat-angkat dan dikaitkan dengan pemakzulan.
Kita ini ha­rusnya konsentrasi ke pembangu­nan. Bukan masalah politik
yang didengung-dengungkan. Kalau politik kan nanti di 2014.

Rakyat kecewa dengan pe­nanga­nan kasus Gayus, ini ber­dampak terhadap
penilian ter­hadap pemerintah yang dinilai kurang serius dalam pembe­
ran­tasan korupsi?

Soal kasus Gayus Tambunan tidak bisa dijadikan patokan bahwa korupsi
itu bertambah. Te­rus terang dengan adanya kasus Gayus, itu bukan
sebuah kegaga­lan. Buktinya, satu per satu kasus Gayus terungkap
sesuai dengan sistem. Jadi, ini bukan kegagalan. Perlu kita ketahui
bahwa pem­be­ran­tasan korupsi itu memerlukan waktu yang panjang.
Mungkin 15 atau 20 tahun. Jadi, ya harus bersabar.

Kalau soal kemiskinan be­lum bisa diatasi pemerintah, ba­gai­mana
komentar Anda?

Masalah kemiskinan sudah ada pengurangan dari tahun ke tahun.
Kemiskinan itu bukan saja di Indo­nesia, tapi masalah negara lain
juga. Ada pengangguran bu­kan berarti tidak ada kemajuan.

Dari tahun ke tahun sesuai de­ngan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan Ren­cana Kerja Pemerintah (RKP) ada kemajuan yang
dicapai.

Memang belum dicapai secara keseluruhan. Sebab, semua kan masih dalam
proses. Jadi, kalau dikatakan kritikus bahwa kemis­kinan masih ada.
Memang masih ada. Itu tidak bisa sekejap mata untuk dihilangkan.
Memang be­lum sejahtera semuanya. Tapi kondisi sekarang ini lebih
bagus dari pemerintahan sebelumnya. Kan kita menganut, hari ini lebih
baik dari hari kemarin. Dan hari esok lebih baik dari hari ini. [RM]

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=15340
Share this article :

0 komentar: