BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Dunia Membiarkan Suu Kyi

Dunia Membiarkan Suu Kyi

Written By gusdurian on Kamis, 13 Agustus 2009 | 08.52

Dunia Membiarkan Suu Kyi
Oleh: Ardi Winangun

*PUPUS* sudah keinginan Daw Aung San Suu Kyi untuk bisa mengikuti Pemilu
Myanmar 2010. Pasalnya, pemerintah junta militer Myanmar di bawah
pimpinan Jenderal Senior Than Shwe menjatuhkan hukuman tambahan kepada
Suu Kyi selama 18 bulan. Tentu saja, hukuman itu menambah panjang
tahanan rumah bagi pimpinan /National League for Democracy// (NLD)
/tersebut. Sebelumnya, Suu Kyi pada 1990 divonis 20 tahun penjara. Pada
tahun itu, kemenangan NLD dibatalkan dan dia dituduh memobilisasi massa
untuk melawan junta militer.

Entah karena pria Amerika Serikat, John Yettaw, atau karena ketakutan
junta militer terhadap gerakan prodemokrasi yang dimotori Suu Kyi yang
menyebabkan hukuman tersebut bertambah. Yang jelas, berbagai cara
dilakukan agar Suu Kyi tidak bisa berpartisipasi dalam setiap proses
demokratisasi di Myanmar.

Hukuman puluhan tahun yang menimpa Suu Kyi itu juga pernah menimpa
gerakan antiapartheid Afrika Selatan Nelson Mandela. Hukuman yang
menimpa Mandela bisa lama karena gerakan demokratisasi global belum
begitu gencar. Dunia masih disibukkan dengan Perang Dingin sehingga
tidak ada tekanan dari negara-negara lain terhadap Afrika Selatan.
Akibatnya, hukuman tersebut menahun. Namun jika dalam demokratisasi
global Suu Kyi masih menjadi tahanan politik hingga puluhan tahun, ini
yang menjadi pertanyaan kita.

Menurut saya, hukuman Suu Kyi bisa bertambah-tambah tidak lain karena
dunia internasional tidak serius mendukung putri Bapak Myanmar Aung San
tersebut. Tidak maksimalnya dukungan itulah yang menyebabkan junta
militer Myanmar dengan suka-sukanya menjatuhkan vonis kepada Suu Kyi
tanpa beban.

***

Tidak maksimalnya dukungan internasional tersebut terlihat, misalnya,
/pertama,/ negara-negara anggota ASEAN tidak tegas terhadap pemerintah
Myanmar yang berada di bawah kendali junta militer. Sebenarnya
negara-negara ASEAN telah mengutuk langkah-langkah junta militer
terhadap Suu Kyi. Namun, kutukan itu, agaknya, tidak mempan. Sebab,
ASEAN sepakat tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggota.

Thailand sebagai ketua ASEAN sebenarnya pernah mengatakan agar Suu Kyi
dibebaskan. Sesama anggota ASEAN, Thailand mengharapkan Myanmar
mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan melaksanakan hak-hak asasi
manusia. Namun, dengan alasan sangat diplomatis, junta militer
mengatakan bahwa yang dikatakan Thailand itu merupakan tindakan yang
tidak bermartabat.

Seperti dilansir dalam harian /New Light of Myanmar,/ junta militer
menyebut tindakan Thailand tersebut sebagai tindakan yang menyalahi
kesepakatan persatuan bangsa-bangsa Asia Tenggara. Tindakan Thailand itu
dikatakan sebagai fakta mencampuri urusan dalam negeri. Lebih lanjut
junta militer mengatakan, pernyataan tersebut merupakan sesuatu yang
menyedihkan karena Thailand sebagai ketua bergilir ASEAN gagal menjaga
martabat ASEAN, Thailand, dan Myanmar sendiri.

Keinginan Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton agar Myanmar dikeluarkan
dari ASEAN pun ditolak para pemimpin ASEAN. PM Thailand Abhisit
Vejjajiva, misalnya, mengatakan tidak cukup alasan untuk mengeluarkan
Myanmar dari ASEAN.

/Kedua/, meski negara-negara Eropa dan Amerika Serikat memberikan sanksi
dagang kepada Myanmar atas tindakannya kepada Suu Kyi, agaknya, sanksi
itu tidak akan berpengaruh kepada Myanmar.

Ekspor Myanmar ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Kanada, dan
Selandia Baru adalah batu delima. Atas tindakan tidak demokratisnya
kepada gerakan demokrasi, negara-negara Barat memang memperpanjang
sanksi impor batu delima dari Myanmar. Bukan hanya itu, Eropa juga
melarang perjalanan pejabat Myanmar ke Eropa, mengembargo senjata, dan
membekukan aset milik warga Burma di Eropa. Namun, sanksi-sanksi seperti
itu tidak begitu berpengaruh terhadap Myanmar. Sebab, masih banyak
negara Asia yang membeli batu delima produk Myanmar.

China dan India sebagai negara yang disegani di kawasan Asia, agaknya,
juga tutup mata dan telinga atas apa yang terjadi di Myanmar. China yang
memiliki berbagai investasi di negara itu lebih memilih melindungi
investasinya daripada mengurus masalah politik dalam negeri Myanmar.
China mungkin berpikiran lebih baik di bawah junta militer namun
investasi aman daripada di alam demokrasi, tetapi investasi terancam.

Dalam sektor perdagangan, China dan ASEAN -yang salah satu anggota ASEAN
adalah Myanmar- justru menjalin kesepakatan perdagangan. China dan ASEAN
telah mengadakan kerja sama sejak 1991 dan menandatangani kesepakatan
kerangka kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Komprehensif pada 2002, yang
mengusulkan pembentukan ACFTA (suatu kawasan perdagangan bebas
ASEAN-China) pada 2010. Upaya yang lebih luas akan dilakukan dalam
menciptakan ACFTA, yang diharapkan terwujud pada 2010. Selama jalinan
perdagangan antara China dan ASEAN tercatat, pada 2004 mencapai USD
105,9 miliar, 2007 naik menjadi USD 202,5 miliar, dan pada 2008 mencapai
USD 231,12 miliar.

/Ketiga/, bagi Amerika Serikat, Pemimpin Junta Militer Myanmar Jenderal
Than Shwe bukan Saddam Hussein, Ahmadinejad, Kim Jon Ill, atau Hugo
Chaves. Karena itu, sosoknya tidak perlu diperhatikan secara serius.
Dengan demikian, sanksi yang diberikan kepada Myanmar pun sebatas sanksi
perdagangan saja. Lain kalau Than Shwe dianggap sebagai sosok yang
membahayakan kepentingan Amerika Serikat, tentu negara Paman Sam itu
akan mendesak PBB untuk mengeluarkan resolusi berupa sanksi kepada
Myanmar. Dengan berbagai alasan, Amerika akan menggunakan cara untuk
menggulingkan Than Shwe.

/Keempat/, secara ekonomi, politik, dan ideologi, Myanmar tidak terlalu
menentukan di dunia internasional sehingga keberadaannya tidak
diperhatikan secara serius dan sungguh-sungguh. Lain bila Myanmar
seperti Iran, Iraq, Indonesia, Korea Utara, atau Venezuela yang
mempunyai posisi penting di kawasannya, baik secara ideologi, politik,
maupun ekonomi.

Fakta-fakta di ataslah yang mengakibatkan Suu Kyi bisa lama mendekam di
penjara. Keseriusan desakan dunia internasionallah yang bisa menciptakan
demokratisasi di Myanmar dan membuat Suu Kyi bebas dari penjara. *(*)*

* /*). Ardi Winangun,/ * / pengamat hubungan internasional dan pengurus
Presidium Nasional Masika ICMI

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=showpage&kat=7
Share this article :

0 komentar: