Ada Rencana Teror Mirip Serangan Terhadap WTC New York
*Densus Temukan Dokumen Jaringan Noordin M. Top*
*JAKARTA* - Bukan hanya peledakan JW Marriott dan Ritz-Carlton, diduga
para teroris menyimpan ''segudang" skenario teror lain dengan berbagai
target. Indikasinya sejumlah dokumen yang ditemukan polisi dalam
beberapa operasi sebelum serangan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta,
pekan lalu.
Salah satu modus yang sudah direncanakan adalah teror dengan pesawat
terbang. Aksinya mirip serangan terhadap World Trade Centre di New York,
Amerika Serikat, pada 11 September 2001. "Ada yang kami sita saat
penggerebekan di Banjarmasin dan Cilacap. Juga berdasar pengakuan orang
yang sudah kami tangkap," kata sumber /Jawa Pos/ di lingkungan Mabes
Polri kemarin (24/7).
Rencana teror itu bahkan digambar. Sketsanya juga ada. Dalam sebuah
dokumen yang disita di Banjarmasin 9 Mei 2009, terungkap skenario
serangan membajak pesawat dan menabrakkannya sebagai serangan bunuh diri
ke gedung tinggi di Jakarta. Saat itu, Densus 88 berhasil menangkap
Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin.
"Dari pengakuan tersangka selama interogasi diketahui ada rencana untuk
mendekati dan merekrut kru pesawat, termasuk mencari pilot," ujar sumber
itu.
Selain menggugah ingatan pada tragedi WTC, plot pembajakan pesawat
seperti yang direncanakan itu juga pernah dilakukan oleh jamaah Imran
pada pesawat Garuda DC-09 di Don Muang, Thailand, pada 1981. Pembajak
saat itu dapat dilumpuhkan oleh Satgultor Kopassus di bawah pimpinan
Benny Moerdani dan Sintong Panjaitan.
Dalam dokumen yang sekarang dibawa Densus 88 itu, tidak ada keterangan
tentang kapan dan di mana rencana serangan akan dilakukan. "Masih susah
ditanya," kata sumber itu menjelaskan sikap keras Abu Zar.
Selain serangan pesawat, ada juga plot serangan terhadap lokasi sekitar
istana negara. Teroris sudah berencana menggunakan bahan peledak seperti
bom Tupperware yang sama seperti yang sudah disita di Palembang pada
2008. "Ada gambar bom Tupperware di sketsa yang ditemukan," tutur sumber
itu.
Bukan hanya itu, ada juga skenario penembakan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dari jarak jauh. Pelatihan bahkan sudah dilakukan di
Banjarmasin. Alasannya, pemerintahan SBY adalah pemerintahan /thaghut/
yang wajib diperangi.
Di Cilacap, saat menangkap Saefudin Zuhri, polisi menyita sketsa
serangan terhadap kedutaan asing, yakni Australia dan Amerika Serikat,
dan hotel. "Ada sketsa menyerupai bangunan hotel. Namun, tidak ada nama
hotel. Hanya tulisan hotel itu digarisbawahi," katanya.
Apakah itu berarti pengebom sekarang adalah kelompok yang sama dengan
yang sudah ditangkap ? "/Sampeyan/ teman saya. Tapi, kalau /sampeyan/
tulis di koran, terus target saya lepas, itu berarti justru membuat
repot teman sendiri. Ada yang bisa saya beber, ada yang tetap tidak
boleh saya beber," ujarnya.
Rencana serangan terhadap armada pesawat terbang itu, tampaknya, sudah
sampai ke telinga presiden. Saat meresmikan kantor baru PT Garuda
Indonesia Kamis lalu, Presiden SBY memerintah semua jajaran pemerintah,
BUMN, dan swasta untuk meningkatkan kewaspadaan. Mereka harus
berkompromi dengan tindakan pengamanan. Prosedur pengamanan untuk
mencegah ancaman terorisme harus dijalankan tanpa ada toleransi.
Khusus untuk perusahaan penerbangan, SBY juga meminta semua prosedur
pengamanan ketat tetap dilaksanakan. "Jangan karena ada ancaman
terorisme baru kita sibuk. Sepanjang masa, harus ada langkah-langkah
konkret di dalam menjalankan SOP dan juga langkah-langkah pencegahan,"
kata SBY.
Prosedur pengamanan ketat juga harus dilakukan di semua tempat. ''Bukan
hanya yang lewat /security door/, tapi juga lorong karyawan, tempat
katering. Semua mesti dicek dan diyakini semuanya steril. Semua," ujar
presiden.
SBY mengatakan, dirinya kerap mengkritik sistem pengamanan yang longgar.
"Kadang-kadang dianggap sudah kenal, karyawan di situ, tidak
mencurigakan, lalu tidak diperiksa dengan seksama. Siapa pun harus
diperiksa dengan seksama," ujarnya.
Sejak terjadi peledakan bom di Mega Kuningan akhir pekan lalu,
pengamanan di istana juga lebih ketat. Biasanya, pemeriksaan melalui
pemindai logam dilakukan di ruang kaca, akses masuk dari sekretariat
negara ke istana bagi tamu. Namun, beberapa hari terakhir, pejalan kaki
yang masuk gerbang sekretariat negara sudah langsung diperiksa secara
manual.
Akses masuk bagi pegawai juga lebih ketat. Wartawan dan pegawai biro
pers yang masuk ke pintu Jl Veteran (pintu masuk khusus pegawai atau
pejabat) dengan menggunakan mobil rumah tangga kepresidenan diperiksa
satu per satu dengan pemindai logam. Padahal, biasanya pemeriksaan ketat
hanya dilakukan terhadap mobil.
Setelah salat Jumat di Mabes Polri, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso
Danuri (BHD) menjelaskan, polisi sedang adu cepat dengan teroris.
"Mereka punya pola, kita punya pola," katanya membantah anggapan polisi
kecolongan.
Soal plot serangan teroris, BHD mengatakan Densus 88 memang sudah
menyita berbagai alat bukti dan dokumen. "Di Banjarmasin operasi sejak 5
Mei. Pada 9 Mei, kita tangkap Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu
Zar alias Salim alias Udin," kata BHD.
Kapolri menambakan, Abu Zar memang merencanakan aksi di berbagai tempat.
"Kita temukan cd, ada foto-foto juga. Termasuk yang ditunjukkan bapak
presiden. Sebab, menurut pengakuannya, bapak presiden dianggap
pemerintahan yang /thaghut/. Itu diakui oleh yang bersangkutan," ujar BHD.
Mantan Kabareskrim itu menjelaskan, sebelum menangkap Abu Zar, operasi
Densus 88 juga beberapa kali dilakukan di berbagai kota. Misalnya
Wonosobo pada 2006, lalu penggalan pengiriman bahan peledak TNT 10 Kg di
Jogjakarta pada 2007, penangkapan perakit bom Tupperware di Palembang
pada 2008, penangkapan di Plumpang, Kepala Gading, pada Oktober 2008.
"Kita juga berhasil menangkap jaringan Singapura, Hsn, yang sembunyi di
Malang dan Abdul Samad di Lampung," kata Kapolri.
Sesudah menangkap Saefuddin Zuhri -rekan satu angkatan Ali Imron di
Afghanistan- polisi mulai mendapat titik terang. "Dari Z, kita ke Brd
yang merupakan mertua buron kita. Di sana bom yang ditemukan sama dengan
yang meledak di Marriott dan sama dengan yang belum meledak," ungkap BHD.
Di bagian lain, Zaenal Achmadi alias Achmadi yang ditangkap di Cilacap
dan diinterogasi di sebuah hotel di Semarang dini hari kemarin (24/7)
dibawa Densus 88 ke Jakarta. Achmadi merupakan nama baru di jaringan
Noordin M. Top. Keterlibatan pria 37 tahun, warga Sikanco, Kecamatan
Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah, itu sudah cukup lama. Bahkan, dia
disebut-sebut menjadi salah seorang kepercayaan buron kakap tersebut.
Masuknya Achmadi ke jaringan Noordin dibawa oleh Bahridin Latif alias
Baridin (mertua Noordin M. Top) pada 2001. Ketika itu, Noordin belum
menjadi pemain utama di JI. Dia hanya pengikut Dr Azahari. ''Bahkan,
perannya di bom Bali pun tak ada. Kecuali hanya mengantarkan Dr Azahari
ke Tenggulun untuk membantu perancangan bom,'' ujar seorang anggota
senior JI kepada /Jawa Pos/.
Lima tahun kemudian, setelah cukup akrab dan Noordin menjadi sosok
penting di jaringan tersebut, Achmadi dibaiat. "Dia dipersiapkan sebagai
calon pelaku bom bunuh diri," kata sumber koran ini. Suami Rokikoh itu
disebut-sebut menjadi kurir bom. Dia juga bertindak sebagai penghubung
antara kelompok Palembang dan kelompok Jawa Tengah.
Yang lebih mengagetkan, bom yang ditemukan di belakang rumah Baridin
pada 14 Juli lalu, ternyata, bom yang disiapkan untuk Achmadi dalam aksi
selanjutnya setelah JW Marriott dan Ritz-Carlton.
Densus 88 juga dikabarkan telah menangkap kaki tangan Noordin. Dia
adalah Maruto Jati Sulistyo, 29, warga RT 04 RW 06, Dusun Gedangan,
Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Maruto dikabarkan tertangkap di
suatu tempat di Desa Patean, Kecamatan Sukerojo, Kabupaten Kendal, pada
Kamis malam (23/7).
Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo bahkan dilaporkan sempat
mengunjungi Kantor Polsek Boja untuk mengecek kabar tersebut. Namun,
ketika ditanya wartawan, Kapolda mengatakan hanya melakukan kunjungan
rutin. ''Ini hanya kunjungan biasa. Saya /ngecek/ ke polsek-polsek,''
tutur Kapolda Alex.
Dilaporkan juga, Densus 88 menangkap Kiai Rofi'i, pengasuh Pondok
Pesantren (Ponpes) An Najiyah, Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono,
Kabupaten Semarang. Kabar penangkapan teman Ustad Abu Bakar Ba'asyir
itu membuat panik pejabat daerah setempat. ''Saya baik-baik saja dan
kabar penangkapan tersebut tidak benar,'' tutur Rofi'i.
*(rdl/sof/ton/isk/dm/yan/jpnn/iro)
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=82163
Ada Rencana Teror Mirip Serangan Terhadap WTC New York
Written By gusdurian on Minggu, 26 Juli 2009 | 09.08
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar