Capres/Cawapres hanya Hidup di Dunia Image, Imagine, dan Imagination
Oleh Jannus TH Siahaan Mahasiswa Program S-3 bidang Sosiologi di
Universitas Padjadjaran Bandung
S ERANGKAIAN agenda kampanye yang dilakukan tiga pasangan calon presiden
(capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah berlangsung sejak
beberapa hari lalu. Sungguh pun jujur diakui, amatlah naif jika
dikatakan bahwa masih terlalu banyak rakyat kita yang tidak mengenal
siapa Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, Susilo Bambang
Yudhoyono dan Boediono, serta HM Jusuf Kalla dan Wiranto. Tiga sipil
versus tiga militer
Nama pertama adalah putri proklamator Bung Karno, pernah pula ditetapkan
MPR-RI menjadi presiden dan hingga kini masih menduduki jabatan ketua
umum DPP-PDI Perjuangan. Ia pegang kendali partai berlambang banteng
itu, sejak Orde Baru masih kuat mencengkeram hingga akhirnya tumbang dan
lahir Orde Reformasi
Puluhan tahun partai merah ini berada dalam genggamannya
Pasangannya, Prabowo Subianto, adalah mantan Panglima Kostrad yang dalam
beberapa buku ‘sejarah’ disebutkan pernah akan melancarkan kudeta
terhadap Presiden yang sah, BJ Habibie, meski akhirnya hal itu ia bantah
dengan menerbitkan buku seputar kerusuhan Mei 1998. Yang cukup
‘mengesankan’ dan fenomenal adalah karena ia pernah menjadi Komandan
Jenderal Kopassus
Pada era kepemimpinannya, postur Kopassus sempat ‘membengkak’ karena
penambahan personel sehingga perombakan tersebut mengesankan tak lagi
‘kekhususan’ kesatuan ini. Ada kesan, tak begitu susah lagi untuk
mendapat brevet sebagai anggota pasukan elite milik TNI Angkatan Darat
itu. Tentu saja, kita semua juga tahu, ia ‘pernah’ menjadi menantu
mantan Pre siden HM Soeharto, orang paling berkuasa lebih dari tiga dekade
Nah! Siapa yang dengan angkuh mengaku tak mengenal Susilo Bambang
Yudhoyono. Perannya secara politik dan kemiliteran sudah direkam banyak
orang dalam banyak kesempatan. Ia pernah menjadi orang kedua di sospol
ABRI, di bawah arahan M Yunus Yosfi ah, Kassospol di era Panglima ABRI
Jenderal Feisal Tandjung. Ia pernah menjadi ketua Fraksi TNI/Polri
MPR-RI, lalu Kassospol ABRI yang lalu berubah menjadi Kaster TNI
Di era Presiden KH Abdurrahman Wahid, karier militernya selesai karena
diminta menjadi Menteri Pertambangan dan Energi. Lalu menjadi Menko
Polkam, Menko Polsoskam, lalu mundur dan membidangi kelahiran Partai
Demokrat. Dan yang semua orang juga tahu, ia adalah menantu jenderal
monumental di awal lahirnya Orde Baru, Jenderal TNI Sarwo Edhi Wibowo
Calon wakilnya, Prof Boediono, memang hanya dikenal di kalangan tertentu
karena memang terbiasa berjuang dalam senyap untuk menyelamatkan ekonomi
makro Indonesia. Karena karakternya itu, tentu saja tak banyak yang tahu
siapa dia, sehingga sebagai sang kampiun SB Yudhoyono harus berjuang
ekstra untuk mengenalkan siapa tandemnya untuk merebut kembali kursi
kepresidenan
Lalu HM Jusuf Kalla, karena kecerdasan serta kelihaiannya berpolitik, ia
telah menanam banyak untuk proses pengenalan diri dalam dunia persepsi
bangsa Indonesia. Sejak dulu, orang sudah pernah mendengar CV HJ Kalla,
sebuah badan usaha paling bersinar di kawasan Indonesia bagian timur.
Kalla lahir dari dinasti itu. Orang seberang, tetangganya, menyebut dan
menyapa dia Daeng Ucu. Karena pedagang dan saudagar, setiap ada peluang
ia manfaatkan betul. Ia tak peduli untung ruginya, yang penting ada peluang
Termasuk peluang untuk menjadi RI-1 Maka, sejak reformasi bergulir ia
memainkan banyak peran dengan beragam wajah yang berbeda-beda
Berbagai jabatan di kabinet sejak era Presiden KH Abdurrahman Wahid
hingga Presiden Megawati Soekarnoputri, ia tunjukkan peran paling
maksimal. Hingga akhirnya ia duduk sebagai RI-2 mendampingi SBY. Sudah
puluhan hari lalu keduanya berpisah karena persaingan menuju orang nomor
satu di negeri ini. Sekondannya, adalah Jendral (Purn) Wiranto, seorang
jenderal purnawirawan, pernah sangat dekat dengan HM Soeharto karena
menjadi ajudannya
Kedekatannya itu memudahkan bagi masa depan kiprah Wiranto, sehingga
perkembangan kariernya mengantarkan dia berturut-turut menjadi Kasdam
Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, KSAD, hingga Menhankam/Pangab. Pernah
pula santer diberitakan terjadinya rivalitas antara dirinya dengan
Prabowo Subianto. Ia dipercaya Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menko
Polkam, maju menjadi capres Partai Golkar karena memenangkan konvensi
meski akhirnya kandas. Kini dia mencoba peruntungannya kembali sebagai
cawapres
Lalu, tak cukupkah gambar dan rekaman fi gur, sosok, dan ketokohan yang
melekat pada mereka masing-masing di tengah masyarakat. Bagi yang pede
abis, tentu ia tinggal melenggang ke gelanggang untuk menyambut
‘genderang perang’ dalam bursa pilpres. Namun, bagi yang merasa politik
pilpres belakangan mengalami turbulensi, sebagai langkah antisipatif
harus dipersiapkan banyak alternatif sebagai sekoci yang bisa
menyelamatkan konstruksi ketokohannya agar tetap utuh
Konstruksi itu tentunya diharapkan tidak lantas berubah sehingga hanya
menjadi sketsa buram di benak masyarakat pemilih. Untuk kepentingan itu,
maka di antara pasangan-pasangan tersebut lalu melibatkan berbagai
lembaga survei tertentu yang diminta bekerja keras untuk menjaga dan
mempertahankan image yang sudah dia bangun. Sebuah bangunan yang boleh
jadi sangat rentan. Karena siapa pun perlu sadar, membangun image adalah
membangun istana pasir. Hal itu sangat rentan, bahkan oleh desiran
angin. Rentan atas berbagai bisikan orang-orang di sekitarnya
Lembaga-lembaga itu dipilih atau lembagalembaga itu sendiri yang
mengunggah situasi terkini atas ketokohan seseorang, baik tingkat
elektabilitas maupun kapabilitasnya di tengah masyarakat sehingga
akhirnya lembaga-lembaga itu diminta terlibat dalam tim sukses. Maka,
sejauh mungkin, hindari mengekspos tingkat resistensi masyarakat
terhadap objek survei karena pencitraan melalui pembangunan image sebisa
mungkin mengeliminir ruang bagi publik untuk melakukan imagine atas
suatu objek, termasuk sosok capres dan cawapres
Di situlah ruang untuk meng-imagine peta pemilih serta berbagai
probabilitas lainnya bisa dengan leluasa dimainkan suatu lembaga, apa
pun nama pranatanya. Lalu terjadi tindak korupsi terhadap penyusunan
persepsi masyarakat atas tokoh tertentu untuk tujuan tertentu pula
Dengan alasan tertentu, cara-cara yang khusus serta pendekatan yang
metodologinya hanya diketahui kalangan tertentu, lahirlah fi gur dan
sosok baru sebagai representasi seorang kandidat
Kandidat pemimpin produk imagine dari sebuah lembaga. Hasilnya adalah,
sosok pemimpin produk imagination? Wah! Dan betapa ruginya bangsa yang
sekian puluh tahun berkaca, tetapi selalu tak henti memecahkan kaca
sendiri hanya karena gambar tak sesuai dengan yang diimajinasikan.
Semata karena gambar faktualnya berupa sketsa
Adakah di antara kita yang menginginkan tampilnya sosok pemimpin narsis?
Di antara keenam tokoh yang dijustifi kasi konstitusi untuk kita pilih,
sesungguhnya semuanya tengah hidup dalam dunia image, imagine dan
imagination
Mari berkaca secara jujur, termasuk kita sebagai rakyat.
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/06/26/ArticleHtmls/26_06_2009_021_003.shtml?Mode=0
Capres/Cawapres hanya Hidup di Dunia Image, Imagine, dan Imagination
Written By gusdurian on Senin, 29 Juni 2009 | 10.43
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar