”Perang”Politisi Militer
LETJEN (purn) Sintong Panjaitan menabur polemik. Dalam autobiografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang diluncurkan Rabu (11/3) dia membeber ”aib”dua bekas koleganya: Letjen (purn) Prabowo Subianto dan Jenderal (purn) Wiranto.
Mantan Danjen Kopassus ini menyebut Prabowo saat masih menjabat sebagai Wakil Komandan Den 81 Antiteror Kopassus pada 1983 sempat berupaya melakukan tindakan counter atas coup d”etat dengan cara ”mengambil” sejumlah petinggi ABRI.
Sintong juga menyebut tindakan gegabah Prabowo yang mendatangi Presiden BJ Habibie dengan berpakaian dinas lengkap dan membawa pistol, sehari setelah Soeharto lengser dari kekuasaan.
Terhadap Wiranto, Sintong yang terlahir di Tarutung, Sumatera Utara, ini menyebut mantan Menteri Pertahanan/ Panglima ABRI itu sebagai orang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa Mei 1998,karena tidak melaksanakan perintah presiden untuk memulihkan keamanan.
Autobiografi ini menarik bukan karena Sintong tega mbelejeti aib yang pernah diperbuat Prabowo dan Wiranto, membuka kembali ”luka” lama yang pernah membebani keduanya,serta membuka fakta baru yang selama ini tidak banyak diketahui masyarakat. Buku ini menarik karena autobiografi diluncurkan Sintong dalam setting politik Pemilu 2009.
Peluncurannya dilakukan di tengah momentum Prabowo dan Wiranto sedang berjuang mengambil hati rakyat untuk memperjuangkan partainya, Gerindra dan Hanura, sebagai persiapan untuk meraih kekuasaan jelas menimbulkan tanda tanya besar.
Untuk kepentingan dan tujuan apa,tentu sulit untuk mendapat pengakuan dari Sintong, purnawirawan jenderal yang dikenal pendiam dan berlatar pasukan khusus yang pernah sukses memimpin operasi melumpuhkan penyandera pesawat DC-9 Garuda Woyla pada Maret 1981 dan membebaskan sandera di dalamnya.
Tetapi kita bisa membaca apa yang dilakukan Sintong sebagai sebuah perilaku politik (political behavior),bukan sekadar meluncurkan buku untuk mengabadikan serpihan memori perjalanan selama karier militernya.Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier menyebut autobiografi Sintong bau politis.
Sebagai orang awam, kita menduga-duga apakah otobiografi tersebut bagian dari dinamika internal elite TNI atau purnawirawan TNI yang sempat mencuat ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut adanya gerakan ABS yang berbalas warning Wiranto tentang adanya purnawirawan di sekitar istana.
Jauh ke belakang, kita teringat akan cerita tentang persaingan para perwira yang mendapat cap rising star pada periode 1990-an.Saat itu sejumlah perwira cemerlang seperti Wiranto, Prabowo Subianto, dan Susilo Bambang Yudhoyono bersaing ketat beradu prestasi. Jika demikian adanya,manuver yang dilakukan Sintong adalah bagian dari ”perang” yang melibatkan klan-klan yang terkait militer.
Demi tetap menjunjung netralitas TNI, Sintong terlibat dalam ”perang”politisi militer. Apa yang dilakukannya jelas permainan politik berpresisi tinggi. Level pertarungan mereka tidak sama dengan politisi sipil yang menggunakan senjata mulut, tangan, atau paling banter pentungan. Dengan latar belakang militer mereka tentu mempunyai keterampilan menggunakan senjata dan kekuatan fisik yang terlatih dan mematikan.
Tentu kita ingin ”perang” yang dimainkan sekadar perang politik. Kita berharap mereka tetap sadar bahwa medan tempur (battle field) yang mereka gunakan bukan di hutan belantara yang hanya berisiko ambruknya pepohonan atau tewasnya hewan akibat peluru nyasar. Medan tempur saat ini adalah politik kenegaraan yang menyangkut nasib rakyat, keberlangsungan proses demokrasi, dan masa depan bangsa ini.
Dalam pragmatisme politik,senyampang tidak menggunakan fitnah dan kekerasan, upaya saling menjegal dan menjatuhkan (seperti dinasihatkan Sun Tzu melalui titik terlengah lawan) dengan menggunakan metode seperti agitasi atau counter opini adalah wajar. Dan terkait aturan main TNI,mereka harus tetap menjaga netralitas.
Kita yakin, pemahaman demokrasi politisi militer semakin dewasa seiring perkembangan kematangan demokrasi itu sendiri.Dengan demikian,”perang”yang mereka mainkan tetap dalam bingkai demokrasi demi kemaslahatan masyarakat dan kejayaan bangsa ini.(*)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/220785/
”Perang”Politisi Militer
Written By gusdurian on Minggu, 15 Maret 2009 | 14.50
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar