BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Jadikan Skala Geografis sebagai Tameng Krisis

Jadikan Skala Geografis sebagai Tameng Krisis

Written By gusdurian on Kamis, 18 Desember 2008 | 11.49

Keberuntungan tidak berpihak kepada Katsuaki Watanabe, Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Toyota,pada tahun ini.
SEMUA itu akibat krisis keuangan global yang melanda Amerika Serikat (AS). Krisis itu berimbas ke berbagai negara yang membuat Toyota harus menyusun strategi baru untuk mempertahankan posisi sebagai perusahaan automotif terbesar di dunia. Kenyataannya, raksasa mobil Jepang Toyota kemungkinan menderita kerugian dikarenakan menguatnya yen dan melemahnya industri global. Seperti dilaporkan Asahi Shimbun, Toyota kemungkinan menderita kerugian operasional sebesar 100 miliar yen (USD1,1 miliar) pada enam bulan hingga Maret 2009. Asahi Shimbun mencatat itu adalah kerugian operasional pertama Toyota sejak 1999. Dilaporkan Jiji Press,Toyota akan mengurangi penjualannya menjadi 8,7 juta unit dari 9,7 juta unit untuk tahun ini. Sementara pada 2009 nanti Toyota bakal menurunkan proyek penjualan lebih rendah lagi di bawah 7,5 juta unit. Penjualan mobil di Jepang sendiri diperkirakan tetap standar mencapai 1,45 juta pada tahun depan.Penjualan yang paling hancur terjadi di Amerika Utara dan Eropa.Penurunan produksi itu ditempuh sebagai reaksi atas merosotnya penjualan mobil seiring krisis keuangan global. Lantas, apa yang bakal ditempuh Watanabe menghadapi situasi ini? Dia membatalkan beberapa rencana investasi Toyota baik di Jepang maupun di luar negeri? Sebagaimana dilaporkan The Nikkei,Toyota menunda pembaharuan perusahaannya di China dan Brasil.Toyota juga diperkirakan akan membekukan sementara kerja sama dengan perusahaan automotif China.Watanabe juga mengkaji kembali peningkatan produksi mobil-mobil keluarga di Brasil dan India.
Selain membatalkan investasi, Watanabe juga membentuk komite peningkatan keuntungan di saat darurat yang langsung dipimpin sendiri. Komite dibentuk untuk mencari solusi dalam dua tahun ke depan demi meningkatkan kinerja penjualan. ”Jangan sampai kerugian terus melanda perusahaan,”katanya seperti dikutip Reuters. Menurut Watanabe,Toyota mampu bertahan di tengah krisis global karena memperhatikan keseimbangan produksi mobil antara negara maju dan berkembang. Selain itu, Toyota sangat giat mengembangkan pasar barunya seperti di Brasil, China, dan Rusia. Bisa diprediksi, ketika krisis keuangan melanda, Watanabe menuturkan Toyota masih bisa mengandalkan pasar negaranegara berkembang dan negara yang tidak terlalu parah dilanda badai ekonomi. ”Struktur keuntungan perusahaan kita sangat menyeimbangkan faktor geografis. Penjualan mobil kita tersebar bukan hanya di negara-negara kaya, tetapi juga negara-negara berkembang,” paparnya seperti dikutip The New York Times. Watanabe berhasil menggunakan skala geografis dalam strateginya dan menjadikannya tameng yang cukup andal dalam menghadapi krisis keuangan global.Minimal dengan skala geografis,nasib Toyota tidak sama hancurnya dengan General Motor. Lepas dari permasalahan krisis keuangan, kenapa Toyota selalu unggul di pasaran? Menurut Watanabe, Toyota memproduksi mobil dengan kualitas tinggi mulai dari desain hingga produksi. Dengan mobil berkualitas, semua orang akan senang mengendarai Toyota. ”Saya tidak akan menjual mobil Toyota jika dikendarai tidak nyaman karena khawatir akan merugikan konsumen,” paparnya. Dengan mengutamakan kualitas, pada 2007, Toyota mampu melampaui Ford sebagai perusahaan automotif terbesar di AS setelah General Motor.”Ketika Toyota merupakan perusahaan kecil, kita sangat memperhatikan kualitas.Apalagi,Toyota telah menjadi perusahaan besar, tentu kualitas akan tetap menjadi prioritas,” paparnya.
Bahkan,Toyota mampu menggeser GM dan menjadi produsen mobil terbesar di dunia. Selain bersungguh-sungguh menjaga kualitas, mobil masa depan pun dijamah Toyota.Apalagi,Watanabe dikenal lama sebagai pencetus strategi agar produk Toyota menjadi mobil yang ramah lingkungan. Di bawah kepemimpinannya Toyota masih memimpin dalam perolehan penjualan maupun pengembangan mobil hibrida. Sejak meluncurkan mobil hibrida pertama,yaitu Toyota Prius, pada 1997 di Amerika Serikat sampai Mei 2008, Toyota telah menjual sekitar 1,5 juta mobil hibrida dari berbagai model di seluruh dunia. Ambisi Watanabe bukan hanya menjadikan Toyota fokus pada dunia otomotif. Dia juga melirik pengembangan teknologi robot. Bahkan dia berencana memosisikan robot dalam bisnis utama Toyota pada 2010 mendatang.” Robot akan menjadi bagian dari bisnis utama Toyota dalam beberapa tahun ke depan,” katanya dikutip AP. (andika hendra mustaqim)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/195809/38/
Share this article :

0 komentar: