BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Opera Van Indonesia

Opera Van Indonesia

Written By gusdurian on Kamis, 14 Juli 2011 | 10.54

ABDUL MU’TI : Opera Van Indonesia


Saat ini berjuta-juta rakyat Indonesia sedang menyaksikan pertunjukan opera tentang orang–orang yang sakti mandraguna.


Opera ini mengalahkan rating semua film box office dan sinetron di semua stasiun televisi. Opera ini memiliki tiga keistimewaan. Pertama, didukung oleh tokoh-tokoh atau aktor-aktor ternama yang malang melintang di jagat politik. Mereka memainkan karakter dan diri mereka masing-masing.

Kedua, ceritanya merupakan kisah nyata (reality show)yang penuh dengan kejutan. Setiap hari selalu muncul kejutan-kejutan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Ketiga, menjangkau semua kalangan karena disajikan pada saat prime time. Selain itu, opera ini juga bisa dibaca melalui media massa cetak, internet,dan situs jejaring sosial.

Sebutlah tokoh Nunun Nurbaiti yang mengalami amnesia, tetapi masih bisa keliling dunia. Ketika namanya disebutsebut dalam kasus traveler check yang melibatkan beberapa anggota DPR dan mantan menteri, Nunun mengalami gangguan ingatan. Seorang dokter mengatakan bahwa Nunun positif mengidap penyakit lupa.

Sebelumnya Nunun sehat walafiat.Nunun pun berobat ke luar negeri demi memulihkan memorinya. Namun, dari olah TKP banyak kejanggalan, terutama jika dikaitkan dengan logika ilmiah. Bagaimana seorang yang mengalami gangguan ingatan bisa ngelencer ke luar negeri.

Menurut berbagai sumber, Nunun juga berpindahpindah dari satu negara ke negara lainnya.Dia pasti orang hebat.Hanya orang sakti yang bisa traveling dalam posisi linglung. Bagaimana Nunun yang pelupa tetap keep in touch dengan suaminya? Nunun pasti punya kesetiaan (ingatan) yang luar biasa tentang suaminya.

Tokoh yang lainnya adalah Nazaruddin. Selain profesinya sebagai seorang pengusaha dan politisi, Nazaruddin ternyata juga seorang ghost-writer. Di mana Nazaruddin berada hanya beberapa gelintir sahib dan “ahlulbait”-nya yang tahu. Kabarnya, Nazaruddin sudah tidak berada di Singapura.

Walaupun demikian, sebagai seorang prolific-writer, Nazaruddin tetap produktif mengirimkan tulisan ke berbagai media melalui BB-nya.Hebatnya, semua media massa cetak dan elektronik memuat “karya” Nazaruddin tanpa editing. Lagi-lagi, dari olah TKP ada beberapa keganjilan.

Mengapa redaktur media massa yang dipenuhi jurnalis kritis dan cerdas percaya begitu saja dengan message dari Nazaruddin? Mengapa tidak ada usaha check and recheck akan validitas dan orisinalitas bahwa message benar-benar dari Nazaruddin?

Selain kemampuan “menghipnotis” redaktur media, Nazaruddin juga memiliki indera keenam: ngerti sak durunge pinarak (mengerti sesuatu yang akan terjadi). Buktinya, sehari menjelang dicekal, dia sudah ke luar negeri sehingga petugas imigrasi meloloskannya. Hebat bukan?

Bangsa yang Sakit

Walau demikian, mereka tetaplah aktor-aktor yang tunduk pada pakem cerita dan arahan sutradara. Mereka hanyalah wayang yang dimainkan oleh dalang. Jika pemainnya saja hebat, apalagi dalangnya. Nunun,Nazaruddin yang disebut sebagai aktor opera “orang-orang sakti mandraguna” tidak hanya memerankan dirinya sendiri, tetapi memerankan bangsanya.

Nunun dan Nazaruddin hanyalah potret dari bangsa Indonesia yang sakit.Sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis dalam bukunya, Manusia Indonesia, memaparkan enam karakter bangsa Indonesia:

(1) munafik,
(2) tidak bertanggung jawab,
(3) berjiwa feodal,
(4) mistis dan sangat percaya takhayul,
(5) seni yang cenderung erotis, dan
(6) mentalitas yang lemah. Penilaian senada juga dikemukakan Koentjaraningrat.

Dalam bukunya,Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Koentjaraningrat menyebut lima karakter negatif bangsa Indonesia:

(1) meremehkan mutu,
(2) suka menerabas,
(3) tidak percaya kepada diri sendiri,
( 4) tidak disiplin,
(5) mengabaikan tanggung jawab.

Nunun dan Nazaruddin memang sedang memainkan peran yang membuat dirinya dihujat oleh hampir semua pemirsa. Mereka harus ikhlas menerima label “orang jahat”. Tetapi, mereka berdua hanya sedang “sial”.

Dalam negeri yang menurut Ahmad Syafii Maarif sudah nyaris sempurna kehancurannya, terdapat beribu orang yang mungkin lebih jahat dari mereka berdua. Ini merupakan masalah yang sangat serius. Masalah yang lebih serius lagi adalah jika bangsa Indonesia tidak menyadari masalahnya.

Sebagian bahkan menikmati dan mengeruk keuntungan dari berbagai masalah. Anehnya, para pemimpin justru mempermasalahkan orang-orang yang menyadarkan akan adanya masalah. Walaupun menarik, rakyat sesungguhnya mulai menderita dengan penyakit bangsanya yang kian akut.

Di tengah ketidakberdayaan, nurani mereka berontak. Dilihat dari sepak terjangnya, Nunun dan Nazaruddin adalah orang-orang yang hebat. Tetapi sejatinya mereka adalah orang-orang yang lemah. Mereka adalah korban dari sebuah kekuatan raksasa. Ibarat permainan catur, mereka adalah “pion”yang dikorbankan untuk melindungi dan menyelamatkan sang raja.

Begitulah,dalam dunia catur raja adalah sosok yang lebih banyak bersembunyi daripada bekerja.Semua boleh berguguran,tetapirajaharusdiselamatkan. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Siapa lagi tokoh yang tampil? Hanya sang dalang yang tahu.Apa makna di balik semua itu?

“Di sana gunung,di sini gunung, di tengah-tengahnya Pulau Jawa. Dalangnya bingung, lha dalah wayangnya lebih bingung, tetapi Anda tidak boleh tertawa.”Opera ini tidak boleh berkepanjangan. Harus ada keberanian untuk menghentikan agar bangsa Indonesia selamat dari kehancuran. Semoga pembaca adalah salah satunya.● ABDUL MU’TI Sekretaris PP Muhammadiyah, Dosen IAIN Walisongo, Semarang

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/412723/
Share this article :

0 komentar: