BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pak Harto

Pak Harto

Written By gusdurian on Kamis, 02 Juni 2011 | 14.16

Hari Kamis,21 Mei 1998 merupakan suatu hari di bulan Mei yang indah dan pasti tidak akan terlupakan oleh setiap hati anak bangsa.Apalagi dalam hati keluarga Presiden Soeharto (almarhum).

Hari yang telah mengubah perjalanan bangsa dengan 237,6 juta manusia ini. Pergantian kekuasaan terjadi. Orde Baru yang telah berlangsung lebih dari tiga dasawarsa berakhir melalui kata-kata Presiden Soeharto,“Saya menyatakan berhenti….” Era baru lahir dan mendapat sebutan Reformasi karena telah mengubah segala apa yang semasa pemerintahan Orde Baru dianggap “tabu”.

Demokratisasi dijalankan, otonomi daerah seluas-luasnya diberlakukan. Tuntas sudah keinginan yang selama bertahuntahun dipendam.Dendam telah terlampiaskan. Bagi Pak Harto dan keluarganya, hari Kamis tersebut tampak begitu kelabu.Merasa dihina dan dianggap sebagai “orang hina” ketika 14 menteri, para pembantu yang sangat dipercaya dan seharusnya tetap menunjukkan loyalitas,beramai- ramai mengajukan pengunduran diri dari jabatan mereka.

Kejadian langka pada masa itu meski sampai sekarang juga merupakan kejadian langka bila ada pejabat yang bersedia mengundurkan diri. Bahkan sudah jelas-jelas bersalah saja masih tetap saja berkilah dan mencari pembenaran melalui teman-teman dekat yang juga kurang benar tingkah lakunya. Suatu kenyataan sejarah pada saat itu. Peristiwa yang tentu sangat memukul hati Pak Harto sehingga beliau memutuskan sebaiknya segera lengser keprabon saja.

Tiga belas tahun telah lewat semenjak peristiwa yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa itu,yang saat ini mulai luntur warna keemasannya. Tidak seperti peristiwa Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) pada awal tahun 1966 yang berhasil menurunkan Presiden Soekarno (almarhum) dari kursi pemerintahan.

Tindakan yang cepat dari Jenderal Soeharto pada waktu itu dalam upaya menguasai keadaan hanya menimbulkan ketidakpuasan dan gejolak melalui peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) pada 1974, tujuh tahun setelah pemerintahan Orde Baru memegang kendali-kekuasaan. Namun, gejolak politik tersebut segera dapat diredam. Keandalan mantan Panglima Komando Strategis (Pangkostrad) TNI AD itu memang patut mendapat acungan jempol dari semua kalangan.

Era Reformasi ternyata tidak sepenuhnya mampu memenuhi keinginan masyarakat, terutama kehendak generasi muda.Banyak kalangan tersentak ketika survei Indo Barometer mengungkapkan masih banyak responden yang merindukan kepemimpinan Presiden Soeharto.Presiden yang selalu tersenyum ramah dengan wajah cerah, tetapi mampu mengeluarkan perintah untuk “menggilas” siapa saja yang berlawanan dengan kebijakan yang diambil.

Pribadi yang tenang, menyimpan sejuta rahasia, yang tidak mudah mengumbar bicara, tetapi sekali memberi perintah harus segera dilaksanakan.Seorang pemimpin yang bersedia menerima masukan dan siap mendengarkan alasan dari para pembantunya, para menteri yang bergelar S-3 dan bahkan guru besar, tetapi sigap mengambil keputusan dan memilih alternatif yang diajukan berlandaskan kajian akademis tersebut.

Seorang head-hunter yang pandai memilih dan menempatkan pejabat tanpa perlu mendengarkan banyak pendapat pihak lain yang sarat dengan kepentingan dan diragukan pertemanannya. Apalagi bertanya kepada mitra koalisi. Karena koalisi memang tidak diperlukan bagi seorang pemimpin nasional yang dipilih mutlak.
Berbagai keahlian dan kebijakan yang dimiliki dan diterapkan telah mampu mempertahankan sosok seorang Pak Harto sehingga bertahan lebih dari tiga dasawarsa mengemudikan kapal raksasa yang bernama Indonesia. Setiap manusia tentu tidak luput dari kekurangan dan ketidaksempurnaan.

Sebagai pemimpin, Soeharto merasa dirinya sebagai “pohon beringin”, lambang dari organisasi sosial- politik yang menjadi tulang punggung kekuasaan Pak Harto. Memang pohon beringin merupakan tempat berlindung melepaskan lelah yang nyaman. Tapi beringin juga tidak memungkinkan pohon-pohon kecil tumbuh di sekelilingnya karena daunnya yang rimbun menghalangi sinar kehidupan yang dipancarkan matahari.

Apabila roboh, pohon beringin juga akan banyak menimbulkan kerusakan. Sejarah telah mencatatnya setelah kurun waktu 13 tahun berlalu. Ibarat bom waktu yang menunggu saat meledak. Sebagai individu,Pak Harto juga sering menganggap dirinya sebagai perwujudan dari tokoh Semar dalam cerita pewayangan.

Seorang dewa yang sengaja turun ke dunia dalam bentuk yang tidak gagah dan bertugas mengasuh para kesatria, para Pandawa, turunan keluarga besar Bharata.Tokoh Semar yang bijaksana, tetapi memiliki kesaktian melebihi para dewa biasa. Bijak, tetapi bisa juga membinasakan lewat senjata “kentutnya”.

Pak Harto mungkin memang memiliki wibawa yang seharusnya dipunyai setiap kepala negara pimpinan nasional nakhoda kapal raksasa. Seperti halnya karisma yang juga dimiliki pendahulunya, Presiden Soekarno.  PRIJONO TJIPTOHERIJANTO

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/402262/
Share this article :

0 komentar: