BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ke Mana Arah Perkembangan Eropa?

Ke Mana Arah Perkembangan Eropa?

Written By gusdurian on Senin, 11 April 2011 | 15.02

Ketika pesawat Garuda yang saya tumpangi mendekati Bandara Schiphol, Belanda, suatu pertanyaan besar membayang di kepala: bagaimanakah perkembangan Eropa saat ini yang tampak secara langsung di lapangan? Berbagai media memberikan gambaran suram sehingga apa yang saya bayangkan tentulah sesuatu yang muram, yang akan saya hadapi dalam beberapa hari ini.

Namun, saya menemukan Belanda yang berbeda dengan gambaran tersebut.Kegiatan di Bandara Schiphol tetaplah seperti yang terjadi pada waktuwaktu sebelumnya.Bahkan saya melihat bandara yang semakin luas dibandingkan beberapa tahun lalu. Demikian juga dalam perjalanan kereta api ke Breda di sebelah selatan negara tersebut, saya melihat banyaknya craneyang menandakan sedang terjadinya pembangunan. Stasiun kereta api Rotterdam Central juga tampak sedang berbenah diri untuk menyesuaikan stasiun tersebut dengan daerah sekelilingnya yang sudah berkembang modern.

Saya tidak menemukan tanda-tanda kemuraman sebagaimana yang saya bayangkan sebelumnya. Kita mengetahui bahwa Pemerintah Portugal pekan lalu melempar handuk dan menyerahkan diri untuk meminta bantuan Uni Eropa maupun Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menolong perekonomian negara tersebut. Langkah ini mengikuti dua pemerintahan sebelumnya, yaitu Yunani dan Irlandia, yang juga meminta bantuan kedua institusi tersebut.Portugal,sebagaimana Yunani, melakukan hal itu untuk mengatasi keuangan pemerintah mereka yang kedodoran.

Defisit APBN sangat tinggi, sedangkan utang pemerintahnya sudah melambung cukup tinggi pula.Itulah sebabnya Portugal yang menghadapi jatuh tempo utang pemerintah sebesar 10 miliar euro pada Juni nanti khawatir jika tidak ada sumber dana baru yang bisa digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo tersebut. Dalam keadaan pasar yang masih bersahabat, PemerintahPortugalakandenganmudah memperoleh utang dengan menjual obligasi mereka.

Namun dalam keadaan pasar yang tidak lagi bersahabat dengan mereka, bukan tidak mungkin padasaatutangjatuhtempo,mereka akan mengalami default. Itulah sebabnya, meskipun keadaan politik dalam negeri sangat tidak menentu,langkah tersebut terpaksa mereka lakukan. Dengan gambaran tersebut, apakah seluruh Eropa menjadi dalam keadaan krisis? Ternyata tidak.Sebagaimana yang saya gambarkan di awal artikel ini,perekonomian Belanda ternyata dinamis.

Demikian pula Jerman yang menjadi inti dari Uni Eropa tetap mampu tumbuh secara sehat. Itulah sebabnya mereka mencoba untuk ”memisahkan” diri dengan menyebut negara yang mengalami krisis tersebut sebagai negara pinggiran (periphery). Bahkan kita mengetahui bahwa pekan lalu bank sentral kawasan tersebut, yaitu European Central Bank atau ECB, justru menaikkan suku bunga intinya dari 1% menjadi 1,25%. Langkah tersebut memanglah dimaksudkan untuk menangani inflasi yang merambat naik dan dewasa ini berada pada level sekitar 2,8%, melampaui batas atas target, 2%.

Namun, langkah tersebut juga menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu concern dengan gambaran krisis yang menghinggapi Eropa karena yang mereka lihat kawasan tersebut tidaklah mengarah ke deflasi yang harus ditolong dengan kebijakan ekspansif. Melihat perkembangan tersebut, kita dapat menyimpulkan, kawasan Eropa berada pada posisi yang lebih kuat dibandingkan negara maju lainnya.

Amerika Serikat nyaris mengalami penghentian kegiatan pemerintahannya (shut down) akibat boikot dari Kongres yang ingin melihat langkah yang lebih drastis dari pemerintahanPresidenObamauntuk menanganidefisitdantingginya utang pemerintah. Hanya dengan tercapainya kompromi pada menit-menit terakhir,kegiatan Pemerintah Amerika Serikat dapat kembali berjalan.

Adapun perekonomian Jepang yang juga menghadapi beban utang pemerintah yang sangat besar mengalami musibah sangat mengenaskan. Gempa diikuti tsunami akhirnya menyebabkan timbulnya krisis nuklir.Entah berapa lama lagi dibutuhkan bagi terjadinya kebangkitan di negara tersebut. Kendati demikian keadaan ini memberikan gambaran mengapa euro akhirnya kembali menguat dan bahkan mungkin akan menguat melampaui level yang tercapai sebelum terjadinya krisis global pada 2008.

Dengan melihat gambaran tersebut, kita seakan menyimpulkan Uni Eropa berjalan mulus-mulus saja.Tampaknya keadaan tidaklah sedemikian mulus. Semakin banyak yang mempertanyakan keadaan di kawasan tersebut apakah Uni Eropa akhirnya mampu mengatasi problem yang terjadi di kawasan pinggirannya dan tetap utuh melanjutkan perkembangan yang terjadi selama ini?

Uni Eropa yang antara lain lahir dari mimpi Perdana Menteri Inggris Winston Churchill yang merasa lelah melihat peperangan yang terus terjadi di Eropa,sehingga membayangkan lahirnya United States of Europe, mengikuti USA, ternyata mengalami perkembangan tidak mudah. Bahkan suatu ironi justru terjadi. Pada saat terjadi pertemuan puncak di Lisabon,ibu kota Portugal,pada tahun 2000, muncul tekad waktu itu bahwa Uni Eropa akan menjadi kawasan yang sangat dinamis pada 2010.

Ternyata kenyataan berkata lain. Ironisnya, hal itu justru terjadi di Portugal. Perkembangan yang terjadi di Uni Eropa tersebut memberikan pelajaran yang sangat pentingbagi ASEAN.Indonesia,yangdewasa inimenjadiKetua ASEAN,perlu mempelajari pengalaman dari Uni Eropa untuk dapat memberikan kontribusi seimbang bagaimanakah ASEAN hendak dibawa?

Kita ketahui bahwa ASEAN akan menjadi satu pasar dalam apa yang disebut ASEAN Economic Community pada 2015. Ini seakan mirip dengan single market di Eropa yang terjadi pada 1992.Namun, untuk melangkah lebih jauh menjadikan ASEAN sebagai kesatuan moneter yang mungkin menjadi mimpi banyak pihak, kita perlu melakukan penelitian mendalam, apakah hal itu memang yang menjadi arah ASEAN? Kita sungguh berharap, apa yang akan lahir dari ASEAN pada akhirnya memang mampu memberikan kesejahteraan bagi kita semua.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/392258/
Share this article :

0 komentar: