BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Transparansi Perbankan Mikro, Pelajaran dari Malaysia

Transparansi Perbankan Mikro, Pelajaran dari Malaysia

Written By gusdurian on Rabu, 02 Maret 2011 | 13.13

PAUL SUTARYONO :



Transparansi Perbankan Mikro, Pelajaran dari Malaysia PDF Print
Tuesday, 01 March 2011
Tempo dulu,bank nasional papan atas enggan menggarap perbankan mikro (micro banking) alias kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun setelah bank ”wong ndeso”atau BRI mampu menunjukkan kinerjanya yang kinclong dengan rajin menekuni UMKM, bank nasional lainnya mulai membelakkan mata bisnis mereka.

Bagaimana prospek UMKM? Perlukah kita belajar perbankan mikro dari Malaysia? Ya! Kini makin banyak bank nasional sebagai pemain baru dalam UMKM sehingga segmen ini makin bergairah ke depan. Bank Indonesia (BI) tidak menutup mata untuk membuka kesempatan yang lebih leluasa bagi bank nasional untuk menikmati gurihnya madu UMKM. Oleh karena itu, BI telah menerbitkan satu dari 23 kebijakan pada 29 Desember 2010 yakni mengenai bobot risiko Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk UMKM.Peraturan ini akan berlaku efektif pada Januari 2012.

Bobot risiko ATMR untuk tagihan kepada usaha mikro,usaha kecil, dan portofolio retail yang memenuhi persyaratan diturunkan dari semula 85% menjadi 75%.Sedangkan untuk kredit beragun rumah tinggal dengan kriteria tertentu, bobot risiko diturunkan dari 40% menjadi 35%.Apa manfaatnya bagi bank nasional? Makin rendah ATMR akan makin rendah pula cadangan yang wajib dianggarkan. Tegasnya, bank nasional makin leluasa untuk meniti segmen ini.

Menurut BI, otoritas pengawas di banyak negara telah menerapkan manajemen risiko dan perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) untuk risiko kredit,risiko pasar,dan risiko operasional dengan tujuan agar bank memiliki tingkat permodalan yang sejalan dengan tingkat risiko yang dihadapi bank. Perhitungan ATMR berdasarkan Basel I dirasakan kurang akurat karena tidak membedakan tingkat risiko dari debitur dalam kategori yang serupa.

Untuk itu, BI akan menerbitkan surat edaran yang memberikan pedoman dan acuan bagi perbankan dalam menghitung ATMR untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Dengan ketentuan ini diharapkan perbankan Indonesia mampu bertahan (resilient) dalam kondisi krisis dan mampu bersaing dalam industri keuangan global. Secara umum,penetapan bobot risiko dalam perhitungan ATMR risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar akan didasarkan pada hasil peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat sebagai indikator risiko kredit.

BI menetapkan lembaga pemeringkat dan peringkat yang dapat diakui dalam perhitungan ATMR risiko kredit. Dengan demikian,perhitungan kecukupan permodalan bank akan lebih akurat dan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi bank dari eksposur yang dimiliki. Bagaimana kinerja kredit UMKM? Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Desember 2010 yang terbit pada 14 Februari 2011 menunjukkan bahwa secara total kredit UMKM tumbuh sangat subur 25,68% dari Rp737,39 triliun per Desember 2009 menjadi Rp926,78 triliun per Desember 2010.

Kinerja kredit itu disumbang kelompok bank persero yang tumbuh 20,64% dari Rp285,13 triliun menjadi Rp343,99 triliun, kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) 17,53% dari Rp107,68 triliun menjadi Rp126,56 triliun, kelompok bank umum swasta nasional (BUSN) 28,42% dari Rp315,37 triliun menjadi Rp404,99 triliun dan kelompok bank asing dan campuran 75,45% dari Rp29,21 triliun menjadi Rp51,25 triliun pada periode yang sama. Perhatikan, ternyata justru kelompok bank asing dan campuran mampu menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM tertinggi secara kualitatif.

Sebaliknya, pertumbuhan secara kuantitatif dipegang kelompok BUSN.Menurut BI,60–70% UMKM belum memiliki akses terhadap perbankan nasional. Padahal, hampir 53 juta masyarakat miskin bekerja di sektor UMKM. Dengan ungkapan lebih lugas, peluang bisnis UMKM masih terbuka lebar dan persaingan pun makin sengit ke depan. Lirik saja bagaimana sepak terjang bank nasional dalam menyambut perkembangan perbankan mikro.

BRI akan merekrut 2.000 pegawai untuk memenuhi kebutuhan unit Teras, Bank Danamon 10.000 pegawai untuk Danamon Simpan Pinjam, Bank Mandiri dan Bank CIMB Niaga masing-masing akan membuka 400 unit dan 100 unit mikro (harian Kontan, 11/1/11). Rekrutmen ribuan tenaga kerja itu bertujuan untuk mampu makin menebalkan pangsa pasar sekaligus menembus pasar baru terutama di luar Jawa.

Pelajaran Berharga

Bagaimana bank Malaysia memasarkan pembiayaan mikro? Malaysia menawarkan fitur perbankan mikro dengan transparan melalui tabel komparatif antara satu bank dengan bank lainnya.Tabel ini memuat alamat dan nomor telepon, nama produk, ukuran kredit, tujuan, sektor ekonomi, jenis nasabah, tenor, komitmen waktu persetujuan, komitmen waktu pembayaran, kriteria nasabah, dokumen yang diperlukan, dan kantor cabang mana yang melayani.

Sungguh tabel yang begitu gampang diakses sehingga mempercepat calon nasabah untuk mengambil putusan ke bank mana aplikasi pembiayaan mikro akan diajukan. Hal yang paling menawan,tabel itu menjanjikan waktu persetujuan kredit (1–6 hari kerja) dan waktu pembayaran (1–4 hari kerja).Hanya seminggu! Wow! Bagaimana perbankan mikro nasional? Ini tantangan yang sejati! Itulah pelajaran berharga bagi bank nasional dalam memasarkan perbankan mikro.

Jangan sungkan untuk meniru yang elok-elok dari Negeri Jiran.Tabel yang demikian informatif, lengkap dan mudah diakses itu dipercaya mampu mendorong perkembangan kredit UMKM.Ingat,UMKM merupakan salah satu pilar penting dalam membangun perekonomian nasional yang perkasa.UMKM itu tahan banting! ●

PAUL SUTARYONO
Pengamat Perbankan

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/384692/
Share this article :

0 komentar: