Prof Enri Damanhuri:
Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta - Hitam, bau dan kotor. Itulah gambaran sebagian sungai yang membelah Ibukota. Sampah rumah tangga dan pabrik hingga tinja sering kali ditemukan mengambang di permukaan sungai. Pencemaran yang parah membuat repot pembersihan sungai-sungai ini. Duh!
"Sungai di Jakarta merupakan tempat pembuangan akhir (TPA) terpanjang di dunia," kata ahli lingkungan dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Enri Damanhuri.
Berikut ini wawancara detikcom dengan peraih gelar master dan doktor dari Universitas Paris VII Denis Diderot, Perancis dalam bidang Kimia Pencemaran ini, Senin (28/2/2011):
Beberapa sungai di Jakarta semakin menghitam dan bau, apakah ini berarti sampah di sungai tidak tertangani dengan baik?
Beberapa waktu lalu saya ada presentasi di depan PU terkait sungai, terutama di Jakarta. Saya katakan waktu itu, sungai di Jakarta merupakan tempat pembuangan akhir (TPA) terpanjang di dunia.
Kalau kita hitung-hitung, setiap hari sampah yang masuk ke sungai di Jakarta itu cukup besar. Kalau dilihat dari sudut ini, masalah sampah di sungai tampaknya sulit ditangani meskipun banyak upaya yang telah dilakukan.
Imbauan kepada warga agar jangan membuang sampah di sungai dilakukan terus-terusan. Di beberapa tempat telah diberi pengeruk, tapi tetap saja sampah banyak sekali. Dan dulu soal ini ada lempar tanggung jawab dari dinas-dinas terkait.
Dari mana saja asal sampah di sungai Jakarta?
Sampah masuk karena sengaja dibuang masyarakat ke sungai, ada juga sampah dari TPS dan tempat lain yang masuk sungai, sampah yang lolos dari saringan segmen sebelumnya dan sampah yang mengendap di sungai.
Sedangkan sampah keluar dari sungai karena diangkat oleh pemulung, diangkat ke darat oleh petugas dan karena terdekomposisi.
Butuh waktu lama untuk membuat sungai benar-benar bersih dari sampah?
Repot, Mbak. Itu (aliran air) kan datang dari hulu. Kalau salahkan warga ya bagaimana. Sampah-sampah sudah diambili memakai perahu, ada pengerukan sungai juga. Warga juga diminta untuk tidak membuang sampah di sungai, tapi sampah di sungai masih banyak saja.
Umumnya lebih dari 50% sampah terdiri dari plastik, organik, kertas, tekstil. Sampah permukaan ini memiliki kepadatan lebih dari 0,2 ton/m3. Lalu sepanjang perjalanannya ke hilir, kepadatan meningkat karena mengalami dekomposisi dan kadar air. Ukuran sampah ini 1-25 cm. Biasanya yang berukuran besar masih terbungkus plastik.
Sedangkan sampah yang tenggelam atau berada di bawah permukaan, umumnya merupakan sampah organik yang jumlahnya lebih dari 50 persen, kertas dan tekstil. Kepadatan sampah ini lebih dari 0,5 ton/m3 dan pada lokasi dekat saringan biasanya agak mengecil. Umumnya sampah lama dengan ukuran 1-5 cm dan tidak dijumpai sampah yang masih terbungkus plastik.
Sulit bagi Jakarta untuk seperti Singapura yang sungainya menjadi cadangan air?
Masalahnya kompleks. PDAM mengambil airnya dari kali itu juga. Kali Malang itu kegunaannya, salah satunya, untuk menyediakan air bersih. Ada air dari Jatiluhur. Nah, masalahnya sungai di Jakarta ini tercemar oleh sampah domestik (rumah tangga), tinja, hingga sampah indsutri. Ini kasihan sekali PDAM-nya.
Karena itu, PDAM juga mengambil air dari Tangerang juga dan sebagian mengandalkan dari Pejompongan dan Kali Malang. PDAM tentu kesulitan mendapatkan sumber air karena kebanyakan sungai sudah tercemar logam berat, tinja dan sampah. Bahkan tinja berkontribusi besar di samping sampah dalam beban pencemarannya.
Berdasarkan studi penanggulangan sampah laut dan Teluk Jakarta pada 2006, panjang saluran di Jakarta paling tidak 250 km. Dari studi pada 2006, perkiraan sampah dari permukiman masuk ke sungai adalah 66 ton/hari. Sedangkan data timbulan sampah DKI Jakarta sekitar 24.000 m3/hari. Estimasi sementaranya, paling tidak sekitar 1% sampah harian yang dihasilkan dibuang ke sungai.
Sekitar 17,71% sampah di muara berada di bagian tengah aliran dan 82,9% berada di tepian. Sampah yang dialirkan di bagian tepi umumnya menjadi timbunan sampah di tepi muara dan dilanjutkan lagi ke arah hulu sungai ketika terjadi pasang naik. Bila sampah di tepian ini bisa ditanggulangi di daratan, maka estimasi sampah dari muara yang dihanyutkan ke laut adalah 17,71% x 161 ton/hari = 28 ton/hari.
Bagaimana kontribusi sampah pada Biochemical Oxygen Demand (BOD)?
Asumsi total sampah basah per harinya adalah 60 ton/hari, sedangkan total sampah kering per harinya adalah 30 ton/hari. Lalu asumsi kontribusi organik kering adalah 35%.
Lalu dilihat kontribusi organik (COD) yakni 0,35 x 30 ton/hari = 10,5 ton/hari. Bila BOD = 0,5 COD, maka diketahui BOD sama dengan 6 ton/hari.
Apa saja dampak dari tidak ditanganinya sampah di sungai?
Sungai itu bisa menjadi sumber air, nah kalau sungai tercemari sampah ya nanti kesulitan mencari sumber air bersih. Sebagian penduduk Jakarta yang mengandalkan sumber air dangkal juga airnya tercemari. Ini bukan hanya dari tinja tapi juga dari yang lain.
Selain itu, jelas sampah bisa menyumbat sehingga bisa mengakibatkan banjir. Sebaiknya memang berbagai instansi seperti Dinas Kebersihan dan Dinas PU dan lainnya. Tapi persoalannya, pencemaran datang terus. Pemerintah tidak bisa menghalangi warga yang membuang sampah atau septic tank yang lari ke sana (sungai), juga limbah industri. Kalau pakai teknologi tentunya bisa ditangani.
Jakarta dihantui krisis air bersih?
Semakin banyak yang tercemar tentu akan membuat krisis air bersih, betul itu. Kualitas air akan terganggu. Karena itu, DKI harus mencari sumber air agar bisa mendapatkan supply air yang bagus dan kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi.
(vit/fay)
http://us.detiknews.com/read/2011/02/28/165944/1581395/158/prof-enri-damanhuri-sungai-di-jakarta-tpa-terpanjang-di-dunia
Sungai di Jakarta, TPA Terpanjang di Dunia
Written By gusdurian on Rabu, 02 Maret 2011 | 13.42
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar