BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Saatnya Konser Musik Berpisah dengan Iklan Rokok

Saatnya Konser Musik Berpisah dengan Iklan Rokok

Written By gusdurian on Rabu, 02 Maret 2011 | 13.36

PADA 2000, grup musik papan atas Indonesia Slank mendeklarasikan diri bersih dari narkotika dan obat-obatan terlarang.
Ratusan penggemarnya yang sebagian besar anak muda itu pun terinspirasi langkah sang idola. Mereka kemudian secara berangsur meneguhkan niat bertobat keluar dari jerat dunia madat.

`'Slank itu luar biasa, sebagai grup musik bisa mengajak fans-nya keluar dari jerat narkoba. Kenapa contoh ini tak diterapkan untuk membebaskan anak muda dari bahaya rokok pada berbagai konser musik,'' ujar Direktur Tobacco Control Support Center Alex Papilaya membuka percakapan dengan pers di Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Jakarta, kemarin.

Keluhan itu terucap dari Alex karena tren musisi musisi internasional yang menolak tidak mau disponsori perusahaan rokok saat menggelar konser tidak terjadi di Indonesia.

Iklan rokok begitu menjamur ketika konser musik di penjuru Tanah Air dihelat. Imbasnya, harapan penyadaran bahaya rokok pada anak muda pun makin terkikis.

Begitulah yang terjadi barubaru ini. Band asal `Negeri Paman Sam' yang memiliki ribuan penggemar di Tanah Air, Maroon 5, malah diduga kuat dieksploitasi salah satu merek rokok pada konser mereka 27 April mendatang.

Dengan kata lain, promosipromosi tiket konser grup musik asal Amerika Serikat itu digunakan sponsor untuk melekatkan citra band yang digawangi vokalis Adam Levine itu dengan merek rokok tersebut. `'Seolah-olah jargonnya Maroon 5 mendukung merek rokok tersebut. Rokok didomplengkan pada Maroon 5, padahal Maroon 5 sudah berkomitmen tidak lagi bersentuhan dengan rokok dalam promosi mereka,'' ujar Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait.

Lebih lucunya lagi, dalam keterangan promotor konser (Java Musikindo), ada penyesalan atas ‘publikasi negatif’ yang menggunakan Maroon 5 itu. Arist menilai penyesalan itu hanya strategi baru industri rokok

untuk menyiasati kekritisan masyarakat.

`'Menyesal kok setelah tiket habis Desember lalu. Ini kan cuma strategi marketing baru atau taktik promosi industri rokok untuk mengasosiasikan produknya kepada idola,'' bebernya.

Tidak cuma di situ.
Gencarnya iklan rokok di setiap konser musik dikhawatirkan dapat meningkatkan jumlah perokok remaja. Riset terakhir menyebutkan ada 81% remaja pernah ikut acara yang disponsori perusahaan rokok.

Artinya, terbukti iklan rokok merangsang aspek kognitif remaja untuk jadi perokok atau berganti merek rokok. `'Jadi tolong bagi para promotor, agar tidak memakai rokok sebagai sponsor, demi menyelamatkan generasi muda kita,'' tutup Arist.
(*/H-2)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/03/02/ArticleHtmls/02_03_2011_014_003.shtml?Mode=0
Share this article :

0 komentar: