Editor : Heru Margianto
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Anas Urbaningrum.
TERKAIT:
* VIDEO: Proyeksi Politik 2011 Partai Demokrat
Oleh SUHARTONO
Pengantar
Suhu politik tahun 2011 dipastikan meningkat. Sebab, selain banyak
masalah yang belum tuntas, sehingga menimbulkan kegaduhan-kegaduhan
dan mengganggu efektivitas pemerintahan, berlangsung juga persiapan
Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2014. Waktunya tidak lama lagi
sehingga dipastikan partai politik akan menyusun strategi, membangun
kinerja, dan menyiapkan langkah untuk pertarungan pada 2014.
Siapkah parpol menghadapinya dan bagaimana menyiapkan kepemimpinan
nasional pasca-Susilo Bambang Yudhoyono yang tak mungkin mencalonkan
lagi karena telah memimpin selama dua periode. Siapa saja tokoh atau
mungkin ketua parpol yang memiliki kans? Mulai hari ini akan
diturunkan pandangan sembilan ketua parpol yang meraih suara di
parlemen mengenai proyeksi politik.
______________________________
***
Peta politik tahun 2014 masih misteri, mengingat semuanya bergantung
pada dinamika dan selera politik rakyat. Jika rakyat menghendaki, bisa
saja terjadi fluktuasi politik atau turun-naiknya keberadaan partai-
partai di politik.
Oleh karena itu, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum tidak
berani memprediksi konstruksi peta politik 2014. Padahal, Pemilu 2014
sangat penting, mengingat Susilo Bambang Yudhoyono tidak bisa lagi
mencalonkan diri.
Bagaimana proyeksi politik dan strategi yang akan diterapkan Partai
Demokrat (PD) menjelang tahun 2014? Mampukah Demokrat bertahan sebagai
partai nomor satu? Siapakah calon yang akan diusung Demokrat pasca-
SBY? Untuk mengetahui itu, ikutilah wawancara dengan Anas di rumahnya,
di pojok kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (9/1/2011).
PD memandang proyeksi politik 2011 seperti apa?
Kalau perspektif partai kami, proyeksi politik 2011 ini masih relatif
dekat dengan peristiwa politik 2009, yaitu tahun pemilu. Tahun 2010,
di tingkat lokal, juga menjadi tahun politik karena banyak sekali
pemilu kepala daerah (pilkada). Oleh sebab itu, PD tidak hanya
berharap, tetapi juga ingin tetap berusaha agar tahun 2011 benar-benar
menjadi tahun kerja.
Kalau 2011 sudah terlalu dalam berpikir persiapan teknis dan
operasional politik menuju 2014, kami, kok, merasa sisi etis dari
politik, seperti akuntabilitas terhadap mandat politik rakyat, agak
terabaikan. Tanpa kami agendakan khusus pun, hal itu tentu berjalan
otomatis dan alamiah. Kami pasti mempersiapkan diri menuju 2014.
Kalau disebut tahun kerja parpol, lalu apa yang dipersiapkan PD menuju
2014?
Secara internal, kami memiliki tugas yang sangat berat. PD itu partai
baru sehingga tantangan utamanya adalah pelembagaan. PD, kalau ingin
menjadi partai yang modern dan kuat serta punya akar politik yang
tajam ke grassroots, tidak boleh menjadi partai figur, tetapi partai
yang terinstitusionalisasi.
Bagaimana kelembagaan PD, padahal sosok SBY akan hilang sejalan dengan
berakhirnya pemerintahannya?
Cara berpikir kami tidak dikotomis antara ikon politik, figur besar,
dan pelembagaan. Ikon politik dan figur besar itu justru bagian dari
kapitalisasi politik untuk dilembagakan. Pak SBY tidak hanya dipahami
sebagai sosok besar yang menjadi spirit bagi pertumbuhan partai,
tetapi juga dipahami sebagai jalan pikiran dan paradigma berpikir dan
pendirian berpolitik dan karakter politik.
Kami yakin, meskipun Pak SBY sudah berhenti (2014), warna SBY masih
akan terasa dan akan terlembaga di PD. Jadi, berakhirnya masa
kepresidenan itu bukan berakhirnya nilai rasa politik SBY di PD.
Cara berpikir kami di partai yang modern, di satu sisi harus
melembagakan institusinya, tetapi di sisi lain harus kerja keras
memproduksi tokoh-tokoh baru. Jika berjalan, itu bagian penting juga
dari institusionalisasi.
PDI Perjuangan, misalnya, trademark-nya masih BK (Bung Karno). Pasca-
Bu Mega barangkali juga masih menjadi bagian dari trademark politik
PDI-P. Pak Amien Rais, yang Ketua MPP PAN, adalah juga bagian dari
napas politik PAN. Almarhum Gus Dur masih menjadi bagian dari napas
politik PKB. Partai Golkar juga masih melakukan kapitalisasi politik
terhadap figur Pak Harto. Itu hal yang normal.
PD punya strategi koalisi dan konfederasi seperti sekarang ini terkait
dengan munculnya keberadaan partai-partai kecil?
Konsentrasi kami adalah bagaimana partai-partai koalisi yang kami
bangun komitmennya tahun 2009 bisa selesai baik tahun 2014. Kami
berharap koalisi itu bisa dilanjutkan dengan format yang makin baik,
apakah termasuk pengurangan peserta atau penambahan peserta atau
penggantian pemain, tetapi koalisi itu dibutuhkan.
Keberadaan partai-partai kecil, bagaimana? Pada pemilu lalu, kan,
diakomodasi SBY?
Kami terbuka jika ada partai sahabat yang bersama-sama kemarin pada
pilpres 2009 berjuang untuk pasangan SBY-Boediono untuk sama-sama
dengan PD. Namun, konsep kami asimiliasi. Kami ingin jika ingin
gabung, ya, menyatu betulan ke dalam tubuh PD. Jadi, bukan
konfederasi. Namun, kalau ingin bergabung di partai-partai sahabat
lainnya untuk mendirikan konfederasi atau fusi, itu juga pilihan yang
bagus.
Ambang batas di atas 2,5 persen itu harga mati bagi PD sehingga tidak
akan memberi ruang lagi bagi partai kecil untuk hidup?
Kami menawarkan jalan moderat. Kami usulkan kenaikan ambang batas 2,5
persen menjadi 4 persen, tidak 5 persen. Kalau 5 persen, naiknya dua
kali lipat. Kalau semua partai siap 5 persen, kami juga tidak
keberatan.
Namun, volatilitas suara itu bisa turun naik. Apakah PD bisa bertahan
lebih dari dua musim pemilu?
Pola kita belum ketemu. Golkar bertahan lama pada Orba, tetapi itu
bukan peristiwa demokrasi sehingga tidak bisa ditapaktilasi secara
politik dalam konteks demokrasi.
PDI Perjuangan berhasil 1999, tetapi 2004 ketika di dalam pemerintahan
justru turun cukup drastis. Namun, saat jadi oposisi, ternyata juga
turun. Logika politiknya, ketika peranan oposisi dimainkan dengan
baik, kan, seharusnya dapat insentif politik dari rakyat, tetapi
ternyata turun juga.
Golkar tahun 2004 menjadi nomor satu. Tahun 2009, juga turun ketika
ketua umumnya jadi wapres dan (wapresnya) dianggap wapres yang
berhasil. Jadi, polanya belum ketemu. Buat kami, yang penting bekerja
baik saja dulu.
Awal tahun ini bermunculan wacana capres. PD sudah berancang-ancang
juga?
Bohong, kalau partai tidak berpikir tentang pencalonan presiden.
Namun, bagi PD itu ada musimnya. Bahasa di kampung saya, jangan salah
mongso, jangan salah musim. Musim kerja, ya, kerja. Musim politik,
pemilu, ya, musim politik dan pemilu. PD pasti akan mempersiapkan
diri.
Spekulasi yang disampaikan Ruhut Sitompul tentang Ibu Ani Yudhoyono?
Ibu Ani itu tokoh yang sangat dihormati di PD. Beliau pernah jadi
Wakil Ketua Umum PD dan ikut dalam proses pertumbuhan awal PD dan
sekarang tetap memberikan perhatian walaupun beliau bukan pengurus
lagi. Akan tetapi, tetap memberi perhatian terhadap perkembangan
partai.
Beliau juga ibu negara yang berhasil, beliau tokoh yang dikenal,
tetapi kami belum pernah bahas itu di PD. Pada waktunya, Majelis
Tinggi PD akan melakukan pembahasan siapa yang akan menjadi calon.
Kami juga belum tahu apakah Ny Ani Yudhoyono berkenan dan Pak SBY
setuju ataukah kader-kader semua sejalan dengan pikiran itu. Kami
tidak akan kesulitan untuk mencari figur capres yang tepat.
Kemungkinan mengubah UUD 1945 agar ada jalan bagi SBY lagi?
Itu bukan jalan pikiran PD, itu bukan jalan pikiran Pak SBY. Kami
ingin melembagakan demokrasi kita yang makin baik, termasuk
periodisasi jabatan presiden. Jabatan dua periode itu pilihan terbaik.
SBY punya pendirian politik yang jelas dan tegas. Berkali-kali
Presiden menyatakan cukup dua kali.
Anda sendiri bagaimana?
Mandat saya di Kongres PD lalu adalah untuk memajukan partai dan untuk
berhasil memimpin partai dalam pemilihan legislatif dan pemilihan
presiden. Sekali lagi, soal calon presiden, sekarang aba-abanya belum
itu.
Jangan-jangan Anda dan PD menunggu aba-aba SBY?
SBY itu tokoh yang sangat rasional, demokratis, dan baik. Kalkulasi
politiknya rapi, matang, dan bervisi ke depan. Itu yang saya kenal
dari SBY sejak saya menjadi aktivis. Karena itu, jalan politik seperti
ini akan berlaku seperti di PD. Karena yang dipikirkan PD terkait 2014
bukan hanya untuk PD dan bukan hanya 2014, melainkan untuk Indonesia
tahun-tahun yang akan depan.
Kalau melihat survei-survei, nama Anda, kok, tidak masuk dalam posisi
yang besar, ya, dalam bursa capres?
Survei capres itu bagus jika dilakukan dari awal, tetapi acap kali itu
belum tentu menggambarkan capres tahun 2014. Jadi, sekali lagi, rumus
capres adalah dikenal, disukai, dipercaya, dan dipilih.
Perjalanan Karier Anas Urbaningrum
Tempat Tanggal Lahir:
Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969
Jabatan:
Ketua Umum Partai Demokrat 2010-2015
Anggota DPR periode 2009-2014
Pendidikan:
* Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga (1992)
* Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia (2000)
Perjalanan Karier:
* Ketua Umum PBHMI (1997-1999)
* Anggota Tim Revisi UU Politik (Tim 7) (1998)
* Anggota Panitia Persiapan Pembentukan Komisi Pemilihan Umum (P3KPU)
atau Tim Verifikasi Partai Peserta Pemilu 1999 (Tim 11) (1999)
* Direktur Komunitas untuk Transformasi Sosial (Katalis) (2000)
* Anggota Tim Revisi UU Politik (2000)
* Anggota Komisi Pemilihan Umum (2001-2005)
* Anggota DPR dari Partai Demokrat (2009-2014)
* Ketua Umum Partai Demokrat (2010-2015)
http://nasional.kompas.com/
0 komentar:
Posting Komentar