keluarganya masih menetap di Desa Lancat, Kecamatan Batang Angkola,
Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
UNTUK sampai ke desa itu kita harus menempuh jarak 25 km dari Kota
Padangsidimpuan. Ada dua alternatif untuk masuk ke desa itu. Pertama
masuk dari Pulau Bauk, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara,Kota
Padangsidimpuan. Alternatif keduanya dari Desa Tolang, Kecamatan
Batang Angola, Tapanuli Selatan. Jalan menuju desa itu juga masih
dikategorikan memprihatinkan.
Tidak mengherankan ketika SINDO bertanya kepada warga sekitar di mana
tempat tinggal keluarga besar Gayus, masyarakat langsung menunjukkan
sebuah rumah tua yang sudah puluhan tahun tidak dihuni lagi oleh
mereka. Anehnya, saat masyarakat mendengar nama Gayus,pemikiran para
warga tertuju kepada “pelaku korupsi penggelapan pajak” yang sering
mereka saksikan di televisi. Mereka pun kemudian menyebut Gayus
sebagai anak Tapsel yang tidak pernah pulang kampung.
Sesaat setelah itu SINDO langsung bertemu salah seorang adik sepupu
Gayus,yang diketahui bernama Saud Tambunan. Laki-Laki yang mengaku
sudah punya anak tersebut bercerita banyak tentang Gayus,bahwa sejak
dilahirkan Gayus tidak pernah pulang kampung. Padahal, menurut laki-
laki yang saat diwawancarai mengenakan baju warna biru itu Tapsel
merupakan tanah leluhur yang mestinya tidak boleh dilupakan.“Dari masa
kecil hingga sekarang, saya hanya sekali pernah jumpa,”ungkapnya.
Saat itu orang tuanya pernah mengajak Gayus untuk mengunjungi
keluarganya di Tapsel,namun Gayus tidak mau. Gayus Halomoan Pertahanan
Tambunan sudah menikah,namun pesta pernikahannya tidak dihadiri kedua
orang tuanya.Ketika Gayus menikah itu orang tua perempuannya sudah
meninggal.Tinggal orang tua laki-lakinya saja. “Saya tidak tahu alasan
bapaknya tidak mau datang untuk menghadiri pesta pernikahan itu.
Kemungkinan besar karena si Gayus tidak memberi tahu atau ada hal
lain,”ujarnya.
Ikatan kekeluargaan Gayus dan orang tuanya sangat jauh.Meski orang
tuanya masih hidup,Gayus tidak pernah menjumpai mereka. Sejak menikah,
Gayus tidak pernah memedulikan orang tuanya lagi hingga kini.“Setiap
bapaknya pulang kampung, Nanguda (panggilan Bapak Gayus dalam
keluarga) selalu mengeluhkannya.“Walau Gayus menjauhinya, ketika tahu
bahwa Gayus ditangkap,bapaknya langsung mencari Gayus selama tiga
hari,termasuk mendatangi Mabes Polri,agar bisa bertemu.Itu pun
ternyata tidak bisa,”ujarnya.
Perasaan kecewa juga diungkapkan Tiodor Tambunan, 90, ibu sepupu
Gayus. Menurutnya, selama hidup hingga berumur puluhan tahun,dia tidak
pernah jumpa dengan Gayus, anak kandung adiknya itu. “Padahal,
bapaknya itu adik kandung saya,” tuturnya sambil meneteskan air mata.
Dia mengatakan, orang tua Gayus merupakan anak paling kecil dari enam
bersaudara.
Orang tua Gayus sudah pergi merantau sejak umur 20 tahun. Orang tua
Gayus menikah dengan status kawin sipil.Meskipun Gayus tidak pernah
menginjakkan kaki ke Tapsel,Tiodor selalu menangis ketika melihat
Gayus di televisi maupun di koran.“Bagaimanapun kelakuan si Gayus, dia
tetap anak saya,”ujarnya.Dia juga mengakui, ketika Gayus nikah dia
tidak mendapatkan undangan dari Gayus.
Padahal, berdasarkan adat Batak, harusnya Gayus menjemputnya ke Tapsel
karena dia ibu sepupunya. Tiodor meminta penegak hukum memberikan
hukuman setimpal kepada Gayus. Dia yakin Gayus tidak akan berani
sendiri jika tidak ada orang besar di belakangnya. “Keinginan saya
dapat bertemu Gayus. Meski dia sudah berbuat salah, dia tetaplah
keluarga saya yang berasal dari Tapsel.” (zia ul haq nasution–
bersambung)
http://www.seputar-indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar