BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ikutilah Jejak Pegadaian

Ikutilah Jejak Pegadaian

Written By gusdurian on Kamis, 16 Desember 2010 | 11.42

Edy Sasmito, ALUMNUS FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA,
YOGYAKARTA


Semoga turn around Pegadaian ini diikuti oleh BUMN-BUMN lain,
khususnya yang masih berjalan biasa-biasa saja. Kalau laba BUMN
semakin besar, perekonomian nasional akan lebih baik, rakyat lebih
sejahtera.
ada 2007 omzet Perum PegaP daian hanya sebesar Rp 22 tri liun. Pada
2010 ini, sampai periode September omzet Pe gadaian telah menjadi Rp
51 triliun dan sampai akhir tahun diperkirakan sebesar Rp 66,9
triliun. Jadi, dalam kurun waktu tiga tahun, omzetnya sudah meningkat
tiga kali lipat.

Laba Pegadaian juga terus membuncit. Pada 2008 Pegadaian mencatatkan
laba Rp 981 miliar, pada 2009 sebesar Rp 1,2 triliun, dan pada 2010
ini diperkirakan menjadi Rp 1,7 triliun. Artinya, dalam periode dua
tahun Pegadaian mencatatkan pertumbuhan laba 73 persen.

Dari sisi jumlah gerai, sejak 1997 Pegadaian telah menambah kantor
unit rata-rata di atas 1.000 kantor setiap tahun. Sampai akhir 2010
Pegadaian akan memiliki gerai lebih dari 5.000 unit. Gerai-gerai
tersebut bermunculan seperti jamur di musim hujan, misalnya di pasar-
pasar dan di permukiman padat penduduk. Dengan demikian, dalam tiga
tahun terakhir setiap hari Pegadaian membuka tiga gerai atau kantor
layanan yang baru.

Dari fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa Pegadaian sedang
menjalani proses turn around. Titik balik dari yang tadinya berkinerja
biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Dari pertumbuhan omzet dan laba
yang moderat menjadi berlipat ganda.

Proses turn around Pegadaian diyakini akan terus berjalan, terlebih
perusahaan tersebut sedang dalam proses berganti baju menjadi
perseroan terbatas (PT). Setelah itu, untuk terus melakukan
pertumbuhan, Pegadaian ke depan akan melantai di bursa untuk
mendapatkan modal murah guna diputar sebagai modal kerja. Maklum,
selama ini Pegadaian lebih mengandalkan pinjaman dari perbankan dan
penerbitan obligasi untuk menggenjot penyaluran kredit.

Bisnis model Pegadaian yang sudah berjalan lebih dari seratus tahun
terbukti sangat aman dengan non-performing loan (NPL) yang nyaris nol
persen. Padahal beban bunga kepada nasabah cukup tinggi, yaitu 1,3
persen per 15 hari dengan tempo pengembalian selama empat bulan. Aman,
karena apabila terjadi gagal tebus, barang yang dijaminkan nasabah
akan dilelang, yang nilainya akan mampu menutup tunggakan pinjaman
nasabah. Kelebihan lain Pegadaian adalah prosedur pengajuan pinjaman
yang sederhana, yaitu proses pencairan pinjaman hanya butuh waktu
sekitar 15 menit.

Produk baru Pegadaian adalah Krista dan Kreasi, dengan bunga yang jauh
lebih murah, yaitu 0,9 persen dengan sistem yang lebih mirip kredit
mikro bank, dan ternyata NPL-nya lebih tinggi. Jadi, produk andalan
Pegadaian tetap jasa gadai Kredit Cepat Aman (KCA), yang kini memberi
kontribusi di atas 90 persen.
Monopoli Di industri jasa gadai, Pegadaian kini bukan lagi pemain
tunggal karena pemerintah sudah membuka sektor tersebut untuk pemain-
pemain lain. Ba nyak bank yang telah masuk ke jasa gadai karena
melihat potensi pasarnya yang sangat besar.

Menghadapi situasi tersebut, strategi Pegadaian adalah menambah jumlah
gerai unit pelayanan agar dapat langsung melayani nasabah di lokasi-
lokasi yang mudah dijangkau. Gerai-gerai Pegadaian tersebut juga
sederhana, yaitu hanya di kios-kios kecil dengan biaya cukup murah.

Sebagai gambaran, jumlah karyawan di gerai itu hanya dua sampai tiga
orang. Satu orang untuk petugas penaksir dan seorang lagi untuk kasir.
Kalau outlet-nya berlokasi di pasar atau mal yang keamanannya sudah
terjamin, outlet tersebut tidak perlu memiliki tenaga keamanan
sendiri, melainkan cukup menumpang pada tenaga keamanan pasar atau mal
setempat. Sedangkan untuk sewa lokasi kios dipatok hanya sebesar Rp 15
juta setahun, bukan menyewa ruko dua atau tiga lantai yang biayanya
mahal. Bandingkan dengan jumlah karyawan di satu Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) atau kantor unit bank di lokasi yang sama, yang pasti
jumlah anggota staf karyawannya lebih banyak.

Manajemen gerai-gerai itu langsung di bawah tanggung jawab kepala
cabang di daerah setempat. Sebagai contoh, Kepala Cabang Kota
Tangerang, selain mengepalai operasionalisasi cabang, dia mengelola
gerai-gerai yang ada di wilayah Kota Tangerang. Hal sama juga
dilakukan oleh para kepala cabang Pegadaian lain di seluruh Indonesia.
Dengan sistem tersebut, biaya pen dirian dan operasional sejumlah
outlet tersebut menjadi sangat efisien.

Penambahan gerai tersebut akan terus berlangsung pada 2013, yang
diharapkan dapat menjangkau nasabah sampai di daerah-daerah pelosok di
Tanah Air. Dengan jumlah tersebut, Pegadaian akan menjadi lembaga
keuangan mikro (LKM) dengan jumlah outlet terbesar, mengimbangi Bank
BRI yang saat ini sudah memiliki jaringan layanan 4.500 unit.

Target nasabah Pegadaian adalah usaha mikro, seperti para pedagang di
pasar-pasar dan mal, industri kecil, petani, serta keluarga di
permukiman, termasuk pegawai negeri/TNI-Polri serta pegawai swasta.
Pegadaian melayani pinjaman dari jumlah yang sangat kecil, yaitu
minimal Rp 20 ribu, sampai ratusan juta rupiah. Bahkan untuk di cabang
tertentu, Pegadaian sudah melayani jasa gadai efek, yaitu para
investor saham di Bursa Efek Indonesia yang ingin menggadaikan
sahamnya. Hanya, jenis saham yang dapat digadaikan terbatas untuk
saham yang masuk dalam LQ-45.

Semoga turn around Pegadaian ini diikuti oleh BUMN-BUMN lain,
khususnya yang masih berjalan biasa-biasa saja. Kalau laba BUMN
semakin besar, perekonomian nasional akan lebih baik, rakyat lebih
sejahtera. Sebagai catatan, total laba seluruh BUMN di Indonesia tahun
2010 ini ditargetkan Rp 92,7 triliun. Jumlah tersebut masih kalah
dibanding laba satu BUMN di Malaysia, yaitu Petronas, yang sudah
mencapai Rp 100 triliun.

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/12/16/ArticleHtmls/16_12_2010_012_003.shtml?Mode=1
Share this article :

0 komentar: