BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Jangan Pernah Lelah Berantas Korupsi

Jangan Pernah Lelah Berantas Korupsi

Written By gusdurian on Sabtu, 27 November 2010 | 09.54

SANGATwajar dan logis kalau rakyat gemas,geram,dan mungkin saja
mendekati putus asa, mengapa korupsi di negeri ini masih saja
fenomenal?


Tiada hari tanpa berita korupsi, tapi penyelesaiannya mengecewakan.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan lembaga penegak
hukum sangat rendah.Ini bisa kita dengarkan dalam obrolan harian di
mana-mana, termasuk di warung kopi atau di warung tegal (warteg). Saya
sebagai rektor, setiap menerima pesan singkat lewat handphonetentang
pengaduan mahasiswa atau karyawan yang merasa dirugikan dan dizalimi
haknya, langsung dada merasa sesak. Di lembaga dan komunitas mana pun
penyimpangan dan korupsi selalu terjadi dengan volume dan daya
rusaknya yang bervariasi.Ada yang besar, sedang, dan kecil.

Tapi penyimpangan dan korupsi tetap sebuah kejahatan yang
membahayakan. Ibarat setitik api, kalau tidak dicegah,dapat
menghanguskan seluruh hutan.Korupsi pun demikian. Jika dibiarkan akan
melumpuhkan sebuah birokrasi, baik dalam skala kecil-lokal maupun
nasional. Saya ingat pendapat seorang ahli sosiologi korupsi. Ibarat
sebuah tubuh,virus korupsi kalau tidak dibasmi tuntas akan
menggerogoti sendi-sendi tubuh sehingga akhirnya lemas, lunglai, hidup
tidak produktif, tapi selalu memerlukan obat yang mahal.Atau ibarat
ulat yang hinggap di pohon apel, kalau yang dimakan sekadar buah atau
daunnya, korbannya mudah dipotong, diamputasi.

Namun bagaimana jadinya kalau yang dimakan itu batang tubuh dan
akarakarnya? Maka pohon itu akan ambruk, mati.Begitulah halnya kalau
virus korupsi sudah masuk ke tubuh birokrasi penegak hukum, tubuh
pemerintahan sebuah negara akan keropos,tidak mampu bekerja dengan
baik,bahkan lama-lama bangkrut dan dunia akan memberi label sebagai
negara yang gagal (failed state). Maka sungguh tepat janji Pak SBY
ketika kampanye calon presiden, salah satu program utamanya adalah
memberantas korupsi. Catatan hitam yang melekat pada sejarah Orde Lama
dan Orde Baru adalah penyakit korupsi, baik korupsi uang maupun
kekuasaan.

Keduanya mesti turun dan diturunkan di tengah jalan.Rakyat selalu jadi
korban.Sampai hari ini rakyat tak pernah lupa janji Presiden SBY dan
media massa pun selalu mendukung upaya pemberantasan korupsi. Meski
melelahkan hati, berbagai skandal korupsi selalu diberitakan media
massa untuk memperingatkan dan mendukung janji Pak SBY serta mendorong
rakyat agar jangan lelah memberantas korupsi. Negara dan bangsa mana
pun pernah mengalami suatu masa dan situasi di mana korupsi sedemikian
akut menyerang dan melilit sebuah pemerintahan dan kehidupan sosial
yang ujung-ujungnya negara itu kacau, rakyat mengamuk.

Pelajaran dari sejarah itu begitu jelas. Bahkan pemerintahan China
yang tidak beragama dan tidak memiliki Pancasila saja sangat serius
memberantas korupsi sampaisampai memberlakukan hukuman mati. Lalu,
bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan secara moral, agama, dan
politik kalau bangsa yang mengaku religius, Pancasilais, dan
demokratis ini membiarkan korupsi tetap menggurita? Dalam konteks
kehidupan berkeluarga, sentuhan moral secara lemah lembut cukup
efektif untuk mengikis korupsi.Nasihat-nasihat orang tua cukup
berwibawa bagi anggota keluarganya agar menjalani hidup dengan
baik.Tapi sentuhan agama dan moral bagi perilaku korupsi dalam konteks
bernegara tidaklah manjur.

Kurang apa lagi ceramah-ceramah agama lewat mimbar televisi, radio,
dan mimbar keagamaan lain? Jadi, aparat dan lembaga penegak hukum
mesti tegas, adil, dan tuntas agar bangsa ini selamat dan bermartabat.
Mari kita dukung, jangan pernah lelah dan mundur untuk memberantas
korupsi. Bagi para pejabat tinggi negara dan pengusaha yang setia
membayar pajak, pasti mereka akan sakit hati melihat uang pajak
dikorup.Kalau saja penegak hukum itu pembayar pajak cukup besar dan
setia––semoga saja begitu––, mereka tak akan segan-segan menjatuhkan
sanksi yang berat bagi pelaku-pelaku mafia perpajakan dan para
koruptor.

Sungguh malu, apa yang akan kita banggakan kepada diri sendiri,
keluarga,dan masyarakat kalau kita hidup mewah, tapi ternyata dari
hasil buruan harta haram dan dengan menyengsarakan orang lain? Seorang
pemimpin dan penguasa akan dihormati rakyat bukan karena jabatan dan
kekayaannya, melainkan peninggalannya dalam memajukan negeri dan gigih
membela kebenaran demi melindungi kepentingan orang banyak.(*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/366483/
Share this article :

0 komentar: