Perhelatan Asian Games di Guangzhou, China, sudah hampir berakhir.
Indonesia sudah pasti memenuhi target empat medali emas. Namun,
prediksi perolehan medali emas itu, kecuali bulu tangkis, hampir
semuanya meleset. Cabang olahraga yang diunggulkan meraih medali emas
adalah boling, wushu, voli pantai, bulu tangkis, angkat besi, karate,
dan dragon boat atau perahu naga (dayung).
Yang disebut terakhir bahkan sempat diragukan memperoleh medali emas
meskipun pada akhirnya tiga medali emas dipersembahkan oleh pedayung
perahu tradisional itu. Padahal, kalau melihat catatan prestasi,
justru dari cabang perahu naga inilah peluang paling besar.
Pada Asian Beach Games di Bali akhir 2008, perahu naga juga
mempersembahkan medali emas. Bahkan, menjelang pergelaran Asian Games,
tim perahu naga Indonesia meraih medali emas pada kejuaraan perahu
naga Korea Terbuka.
Yang agak mengherankan adalah pengiriman beberapa cabang olahraga,
seperti gulat, loncat indah, tinju, dan menembak. Selain tidak
menunjukkan prestasi, para atlet yang dikirim pun tidak punya semangat
bertanding yang cukup.
Beberapa pegulat langsung gugur di babak pertama alias hanya mendapat
satu kali kesempatan bertanding, dan itu juga tanpa memperoleh satu
pun angka. Padahal, mereka sudah berlatih ke Romania selama hampir
satu bulan. Akan tetapi, apa yang didapat dari Romania masih belum
kelihatan di lapangan. Tidak kurang dari pelatih harus berteriak dari
pinggir lapangan untuk meminta pegulatnya tampil menyerang demi
mendapatkan angka.
Harapan kembali meraih medali emas, dua hari menjelang akhir Asian
Games ini, semakin mengecil. Indonesia hanya mengikuti lima cabang,
yakni atletik, kayak/kano, loncat indah, karate, dan sepak takraw.
Dari kelima cabang itu, hanya karate dan kayak/kano yang berpeluang
meraih medali emas.
Di antara negara-negara ASEAN, perolehan medali emas Indonesia juga
kalah dibandingkan dengan Malaysia, apalagi Thailand. Oleh karena itu,
untuk menghadapi SEA Games 2011, Indonesia sudah harus mulai berhitung
cermat dari cabang apa saja akan mendulang medali emas.
Pada pergelaran SEA Games 1997 di Jakarta, Indonesia mendapat 197
medali emas, 102 perak, dan 114 perunggu. Dari 197 medali emas,
sebanyak 78 medali emas diraih dari cabang olahraga terukur seperti
atletik, renang, balap sepeda, dayung, angkat besi, panahan, dan
menembak. Dari tujuh cabang terukur tersebut, diperebutkan lebih dari
200 medali emas. Kita tidak bicara boling, olahraga terukur yang pasti
dikuasai hanya tiga negara: Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Berapa target medali dari tujuh cabang terukur ini—yang mencapai
hampir separuh total medali emas yang diperebutkan—akan menentukan
bisa tidaknya Indonesia menjadi juara umum pada SEA Games 2011.
Seperti diketahui, Thailand mempunyai peluang terbesar untuk mendulang
emas cukup banyak dari 200 lebih medali emas tersebut. Berada di
belakang kekuatan Thailand, Malaysia dan Vietnam dapat merebut medali
emas dari tujuh cabang yang memperebutkan lebih dari 200 medali emas
tersebut.
Jika Thailand dibiarkan merajalela merebut medali dari tujuh cabang
ini, keinginan Indonesia untuk menjadi juara umum agak berat.
Indonesia pasti akan berusaha mendulang medali emas dari banyak
permainan, seperti karate, judo, catur, dan beberapa cabang yang
Indonesia cukup dominan.
Namun, mengingat prestasi olahraga permainan Indonesia pun mulai
surut, rasanya agak sulit mencari cabang olahraga yang dapat
memberikan banyak medali emas. Dominasi Indonesia di pencak silat,
misalnya, dalam beberapa tahun terakhir ini sudah disaingi Vietnam dan
Malaysia.
Belum lagi cabang bulu tangkis, yang pada Asian Games ini tim putri
Indonesia harus menyerah dari tim Thailand, yang didominasi pemain
yunior. Artinya, jika tidak segera berbenah, tim bulu tangkis
Indonesia bisa-bisa sama sekali tidak mendapatkan medali emas dari
tujuh medali emas yang disiapkan di SEA Games.
Kemungkinan Indonesia meraih medali emas cabang bulu tangkis pada SEA
Games 2011 masih bergantung kepada Taufik Hidayat dan ganda putra
Markis Kido/Hendra Setiawan. Padahal, seperti pada Asian Games 2010
ini, Markis/Hendra kembali akan dihadapkan dengan ganda terkuat
Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, yang sampai sekarang menempati
peringkat pertama dunia.
Jika keinginan menjadi juara umum SEA Games 2011 merupakan tekad
bersama, tidak ada jalan lain kecuali seusai Asian Games ini seluruh
otoritas dan masyarakat olahraga harus bekerja keras. Tidak seperti
ketika menghadapi Asian Games, yang cara pengelolaan dan pelatihannya
masih amburadul.
Sekadar menyebut contoh, rencana pelatnas Februari 2010 molor hingga
Mei. Setiap cabang yang hendak beruji coba harus mengajukan proposal
sebelum mendapat izin dan uang dari Satuan Pelaksana Program Indonesia
Emas, yang bertugas mengelola pelatnas. Apa tidak sebaiknya setiap
cabang diberi semacam dana hibah agar dapat mengelola uang itu
seefektif mungkin bagi pembangunan prestasi. Tentu hal ini harus
dibarengi dengan pengawasan dan supervisi yang cukup ketat dari
Kemenpora dan KONI Pusat.
Kini saatnya bekerja dan berlatih untuk mendapatkan yang terbaik.
Jangan sampai kita dipermalukan di depan warga kita sendiri.
http://cetak.kompas.com/read/
0 komentar:
Posting Komentar