BURSA calon Kapolri kembali santer dibicarakan mendekati masa pensiun Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) pada Oktober 2010. Kapolri BHD sudah mengatakan telah menyodorkan dua nama calon kapolri untuk dipilih presiden (Jawa Pos, 4 September 2010). Tanpa menyebut nama, Kapolri hanya mengungkapkan dan memberikan sinyal bahwa calon Kapolri berasal dari jenderal bintang tiga (komjen: komisaris jenderal).
Mereka yang saat ini berpangkat komjen adalah Wakapolri Yusuf Manggabarani (Akpol 75), Kabareskrim Ito Sumardi (Akpol 77), Kababinkam Iman Harjatna (Akpol 75), Irwasum Nanan Soekarna (Akpol 78), Kepala BNN Gorries Mere (Akpol 77), dan mantan Kabareskrim Susno Duadji (Akpol 77). Dari keenam nama itu, nama Nanan disebut-sebut sebagai salah satu calon yang diusulkan Kapolri kepada presiden.
Satu nama lain yang diusulkan kepada presiden, kabarnya, adalah Kalemdiklat Polri Irjen Pol Imam Soedjarwo. Memang, Imam saat ini masih jenderal bintang dua. Tapi, jika mengacu kepada keppres baru, bintang di pundak Imam sebentar lagi bertambah satu.
Sesuai dengan UU, Kompolnas juga berhak memberikan pertimbangan kepada presiden terkait dengan calon Kapolri. Kompolnas sudah menyerahkan empat nama calon Kapolri kepada presiden. Mereka adalah Komjen Pol Nanan Soekarna (NRP 55070582), Irjen Pol Imam Soedjarwo (NRP 55110429), Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Timur Pradopo (NRP 56010380), dan Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno (NRP 56020240).
Lima Kriteria
Tugas Kapolri baru amat sangat berat. Yakni, dia harus membangun kembali kepercayaan masyarakat (trust building). Terbongkarnya skandal rekening gendut para petinggi kepolisian semakin membuat citra Korps Bhayangkara jatuh pada titik nol. Sebelumnya, publik dikejutkan dengan pengakuan blak-blakan mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji tentang adanya praktik mafia kasus di Markas Besar Polri.
Potret buram kepolisian juga bisa dilihat dari banyaknya keluhan masyarakat atas perilaku dan mental aparat penegak hukum berseragam cokelat itu. Saat menjadi pembicara seminar yang diselenggarakan Jawa Pos Institute of Pro-Otonomy (JPIP) baru-baru ini, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum yang juga Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Denny Indrayana mencatat institusi kepolisian paling banyak diadukan: 417 (kepolisian), 386 (pengadilan), dan 238 (kejaksaan). Jumlah pengaduan terhadap kepolisian meningkat dan menggusur posisi pengaduan terkait pengadilan yang menjadi juara pada triwulan sebelumnya.
Ukuran sukses seorang Kapolri bukan hanya berhasil menangkap gembong teroris, bandit narkoba, serta penjahat dan koruptor kakap. Tapi, seorang Kapolri juga harus berani menegakkan hukum bagi orang lain dan institusinya sendiri.
Sedikitnya ada lima kriteria yang harus dipenuhi calon Kapolri agar bisa merebut lagi hati publik. Pertama, memiliki track record tidak tercela. Kedua, tidak tersangkut kasus-kasus yang menjadi perhatian publik. Ketiga, tidak pernah terlibat kasus pelanggaran berat HAM. Keempat, lolos pemeriksaan pajak dan harta kekayaan. Yang terpenting, kelima, sosok Kapolri ke depan harus tegas dan berani melakukan ''bersih-bersih'' di institusinya.
Kekurangan dan Kelebihan
Tidak gampang mencari Kapolri yang memiliki lima syarat itu. Calon Kapolri yang ada saat ini bukan terbaik di antara yang terbaik. Mereka sama-sama memiliki rapor merah selama berkarir di kepolisian. Komjen Nanan, misalnya, pernah dicopot dari jabatan Kapolda Sumut ketika terjadi demonstrasi yang menewaskan ketua DPRD Sumut. Dia kemudian ditarik ke Mabes Polri menjadi Kadivhumas.
Irjen Oegroseno juga pernah di-Mabes-Polri-kan ketika menjabat Kapolda Sulteng. Oegroseno dinilai tidak segera melaksanakan perintah untuk mengeksekusi mati Tibo. Sedangkan Irjen Timur Pradopo pernah dicopot dari kursi Kapolrestro Jakarta Barat pascatragedi kejahatan atas kemanusiaan Peristiwa Trisakti. Karena itu, lantas muncul calon alternartif Imam Soedjarwo. Mantan Kapolda Babel dan komandan Brimob ini dinilai relatif bersih karena lebih sering mengurus pasukan selama karirnya di kepolisian. Selain memiliki kekurangan, tiga dari empat kandidat yang sama-sama angkatan 1978 itu juga memiliki kelebihan masing-masing. Komjen Nanan, misalnya. Dia penerima penghargaan adi makayasa sebagai lulusan terbaik Akpol angkatan 78. Sebagai ketua alumnus FBI wilayah Asia Tenggara, dia juga mempunyai jaringan dan relasi internasional yang sangat kuat. Selain itu, namanya pernah harum karena program smiling police (polisi tersenyum) ketika menjadi Kapolda di Kalimantan. Saat itu dia mewajibkan seluruh anak buahnya mengenakan pin bergambar polisi tersenyum.
Irjen Pol Timur Pradopo juga bukan polisi biasa. Namanya masuk bursa calon Kapolri karena karirnya yang melesat belakangan ini. Belum lama menjadi Kapolda Jabar tiba-tiba dia dipromosikan menjadi Kapolda Metro Jaya. Inilah yang kemudian ditangkap sebagai sinyal bahwa Kapolri BHD sedang menyiapkan Timur Pradopo menjadi orang nomor satu di tubuh kepolisian. Irjen Pol Oegroseno juga pantas memimpin Polri. Jenderal bintang dua polisi ini dikenal tegas dan berani. Saat menjadi Kapolresta Surabaya Timur, Oegroseno pernah menjebloskan ke dalam tahanan tersangka yang mempunyai hubungan dekat dengan Kapolda Jatim.
Kini, semuanya berpulang ke presiden, siapa calon Kapolri yang akan dipilihnya. Presiden bisa mengirim lebih dari satu nama untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) kepada DPR. Tapi, seperti sebelumnya dan seperti saat mengajukan calon gubernur BI, presiden hanya mengajukan satu nama kepada DPR. Semoga presiden tidak salah memilih. Calon Kapolri harus benar-benar mempunyai komitmen kuat untuk menegakkan hukum yang sedang mabuk sempoyongan di negeri ini.(*)
*). Imam Syafii, pemimpin Redaksi JTV, mantan wartawan kriminal Jawa Pos
http://jawapos.co.id/halaman/
0 komentar:
Posting Komentar