BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » TAJUK, Jangan Terjebak pada Perdebatan

TAJUK, Jangan Terjebak pada Perdebatan

Written By gusdurian on Jumat, 29 Januari 2010 | 10.45

TAJUK, Jangan Terjebak pada Perdebatan

KLAIM pemerintah terhadap pencapaian program kerja 100 hari Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) jilid II mendekati target 100% sah-sah saja.

Dan, tanggapan para pelaku dunia usaha yang mengaku tidak mendapatkan
manfaat atas program kerja tersebut juga tak bisa disalahkan.Tantangan
sekarang adalah program apa yang lebih konkret dari pemerintah setelah
pencapaian program kerja 100 hari yang diwarnai aksi demonstrasi itu.
Sebab, kalau langkah awal sudah tidak memberikan manfaat bagi
pengusaha berarti ada yang salah dan harus dikoreksi.

Menanggapi ketidakpuasan sejumlah kalangan masyarakat atas pencapaian
program kerja 100 hari tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) mencoba untuk rileks dengan menegaskan bahwa program kerja itu
hanya langkah kecil sebagai bagian dari langkah besar yang akan
pemerintah laksanakan dalam lima tahun ke depan. Program kerja 100
hari itu terdiri dari 15 prioritas,45 program kerja,dan 129 langkah
aksi sebagai langkah awal kerja pemerintah. Karena itu, presiden
meragukan pihak yang melancarkan protes paham betul maksud dan tujuan
program kerja tersebut.

Sebaiknya kita tidak perlu terjebak pada persoalan siapa yang salah
dan siapa yang benar dalam menyikapi program kerja 100 hari yang sudah
lewat tersebut.Yang terpenting sekarang bagaimana pemerintah
melahirkan program aksi menjawab berbagai tantangan yang menghadang
saat ini. Persoalan serius yang kini di depan mata adalah bagaimana
menghadapi dampak dari pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Area
(ACFTA).

Pemerintah harus segera duduk bersama dengan pelaku dunia usaha,
merumuskan strategi yang harus ditempuh untuk berdagang dengan China.
Suara protes yang dilancarkan sejumlah pelaku dunia usaha yang merasa
terancam keberadaannya akibat perdagangan bebas yang disahkan sejak
awal tahun itu memang patut mendapatkan perhatian serius. Mengapa
protes itu justru bermunculan setelah kesepakatan berdagang ASEAN-
China ditandatangani.

Tentu ini mengundang tanda tanya besar apakah selama ini sosialisasi
dari pemerintah yang minim,atau itu alasan berkelik pelaku usaha yang
tak mampu bersaing di tingkat regional. Menyelesaikan pekerjaan rumah
ini (mengatasi dampak ACFTA) jauh lebih penting ketimbang
memperdebatkan program kerja 100 hari yang sudah berlalu.Kita jangan
menghabiskan energi hanya untuk berdebat yang tidak membawa manfaat.

Sekarang mari kita menyatukan visi menghadapi tantangan 2010 terutama
di bidang ekonomi, di mana pemerintah menargetkan akan mampu
mendongkrak pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%,menyusul mulai pulihnya
perekonomian global. Harap dicatat,perhatian sejumlah lembaga
pemeringkat internasional menunjukkan penilaian positif terhadap
perkembangan Indonesia belakangan ini.Tengok saja lembaga pemeringkat
internasional Fitch Ratings yang telah menaikkan peringkat Indonesia
dari BB ke BB+.

Artinya, Indonesia kini tinggal selangkah lagi masuk kategori
investment grade.Kenaikan peringkat tersebut didasarkan atas
keberhasilan Indonesia melewati krisis dengan baik. Indikatornya,
momentum pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dan keuangan yang relatif
terjaga.Selain itu,Fitch Ratings juga mencatat rasio utang publik yang
terus turun,tercatat hanya sekitar 30% dari produk domestik bruto
(PDB). Sebelumnya, Standard & Poor’s (S&P) juga sudah menaikkan
outlook Indonesia dari stabil ke positif .

Lembaga pemeringkat internasional itu memperbaiki outlook Indonesia
karena manajemen fiskal dan utang yang dilakukan secara hati-
hati.Namun demikian, S&P mengingatkan bahwa tren positif tersebut
tetap harus diwaspadai sebab bisa saja tergelincir oleh efek dari
gejolak pasar finansial yang kini dalam proses pemulihan.S&P juga
mempertahankan semua peringkat surat utang senior yang tidak dijamin
serta penilaian transfer dan convertibility di BB+.

Dan,perkembangan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) lewat World
Economic Outlook(WEO) Updatetelah merevisi positif pertumbuhan produk
domestik bruto (PDB) Indonesia menjadi 5,5% dari prediksi semula
sekitar 4,8% tahun ini.Dengan bertolak dari tiga penilaian positif
tersebut, terlalu sayang kalau kita masih terlibat pada perdebatan
yang seharusnya tak perlu.Mari kita menetap masa depan yang lebih baik.
(*)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/301030/
Share this article :

0 komentar: