*Dibesarkan dengan cerita rakyat, dongeng, mitos, cerita hantu, dan
takhayul, Erick Setiawan kini menjadi pendongeng kelas internasional.
Sem Purba*
N menulis da OVEL Of Bees and Mist menjadikan Erick Setiawan sebagai
orang Indonesia pertama yang menulis dalam bahasa Inggris dan
diterbitkan penerbitan internasional.
Agustus 2009, buku dongeng untuk pembaca dewasa itu diterbitkan oleh
penerbitan Simon & Schuster di Amerika Serikat (AS). Penerbitan itu juga
menerbitkan karya-karya pengarang tenar, antara lain Mary Higgins Clark
dan Stephen King.
Novel Of Bees and Mist dijual ke seluruh dunia melalui internet dan
dapat ditemui di toko-toko buku utama di AS, Inggris, Spanyol, Yunani,
Belanda, China, dan Indonesia.
Sambutan positif atas novel itu datang dari pembaca, kritikus, dan
sesama penulis. Pada ajang Ubud Writer and Readers Festival 7-11 Oktober
2009, karya Erick banyak diperbincangkan meski fisiknya tidak hadir di Ubud.
"Sebelum Of Bees and Mist, saya telah menyelesaikan dua novel. Tapi
naskah-naskah itu ditolak berulang kali oleh agen selama
bertahun-tahun," cerita Erick melalui surat elektronik (e-mail).
Yang dimaksud agen oleh Erick adalah agen sastra atau literary agency.
Aturan permainan yang berlaku di pusat-pusat perbukuan dunia ialah
penerbitan besar hanya mau menerima naskah dari agen, bukan dari
pengarang langsung.
Berbekal naskah Of Bees and Mist, Erick mendapatkan agen dalam waktu
tiga minggu kemudian agen menjualnya dalam waktu satu bulan.
Dia merencanakan tindak lanjut Of Bees and Mist, namun enggan berbagi
cerita. "Masih rahasia antara saya dan imajinasi saya," kata Erick.
Tulisan Erick yang diterbitkan pertama adalah cerpen berjudul The
Mismanagement of Mr Ak-Sam pada 2007 di Kyoto Journal. Kemudian Of Bees
and Mist yang ditulisnya selama empat tahun rampung pada kuartal keempat
2007. Dia pun berbagi kiat untuk penulis Indonesia yang ingin mendobrak
pasar internasional.
"Mereka tidak harus menulis dalam bahasa asing. Bantuan penerjemah bagus
akan sangat membantu."
Akrab dengan mitos Erick yang kini tinggal di San Francisco, AS, itu
mengakui karier kepenulisannya dibumbui bacaanbacaan masa kecilnya. "Of
Bees and Mist kaya akan takhayul dan mitos, walau pada intinya, ini
adalah drama keluarga tentang hubungan yang tak harmonis antara orang
tua dan anak, suami dan istri, laki-laki dan perempuan."
Erick yang kini berusia 34 tahun bertumbuh dari anak kecil yang
didongengi cerita-cerita `dunia lain' oleh pengasuhnya. "Banyak cerita
tentang hantu dan makhluk halus yang mencelakai dan menghukum para
pembohong, pembunuh, dan tentu saja anak-anak yang tidak patuh," ujarnya.
Akibatnya, sebelum tidur Erick kecil sering membayangkan apakah ada
sesuatu menunggu di bawah tempat tidur atau dalam lemari.
"Celakanya lagi, keluarga saya percaya banyak takhayul, menambah banyak
setan dan hantu ke dalam benak saya," tambah Erick.
Erick kecil juga menunjukkan ketertarikan pada buku-buku. Ia menyukai
legenda dan cerita rakyat seperti Sangkuriang, Tangkuban Perahu, dan
Malin Kundang. Epik Mahabharata dan Bharatayuda pun dilahapnya di
samping terjemahan karyakarya Agatha Christie.
Di bangku sekolah dasar, ia mulai tertarik menulis. Seorang guru
mengetahui keinginannya untuk menjadi penulis. Bukannya mendorong minat,
sang guru malah menciutkannya. "Matematika dan IPAmu kan bagus. Buat apa
menulis?" ujar Erick mengulangi kata-kata gurunya.
"Saya pikir sikap ini masih berlaku di Indonesia. Seniman dan penulis
secara umum masih dianggap profesi sekunder di bawah pebisnis,
pengacara, dan bankir."
Setelah lulus SMP, Erick masuk SMA homogen. Semua temannya laki-laki.
"Para guru memiliki dominasi mutlak atas murid. Untuk membuat kami
belajar, mereka tidak segan memukul, menendang, dan menampar," kenangnya.
Baginya, sekolah tidak menjadi tempat bertumbuhnya imajinasi dan
pemikiran kreatif. "Sekolah menjadi tempat yang menakutkan. Bagi saya,
saat itu sekolah adalah versi mikro dari Indonesia," ujarnya.
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/10/29/ArticleHtmls/29_10_2009_021_004.shtml?Mode=0
0 komentar:
Posting Komentar