BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pakar Harvard Apresiasi RI

Pakar Harvard Apresiasi RI

Written By gusdurian on Rabu, 30 September 2009 | 12.13

Pakar Harvard Apresiasi RI

BOSTON (SI) – Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini lebih baik
dibandingkan banyak negara lain. Pengalaman menangani krisis Asia pada
1997–1998 menjadikan Indonesia lebih kuat menghadapi gejolak
perekonomian global.


Pakar strategi manajemen dari Harvard Business School Michael E Porter
mengapresiasi perkembangan ekonomi Indonesia itu.Dia optimistis ke depan
Indonesia akan terus membuat kemajuan. “Di tengah berbagai tantangan dan
hambatan, Indonesia pada umumnya tengah mengalami pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik,” ujar Porter menjawab pertanyaan wartawan di Hotel Four
Seasons, Boston, AS, Senin (28/9) waktu setempat, seusai menjadi
pembicara diskusi dua jam yang dihadiri Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY).

Diskusi tertutup membahas upaya meningkatkan daya saing Indonesia itu
diikuti berbagai kalangan, yaitu Pemerintah Indonesia, sektor swasta,dan
akademisi dari Universitas Harvard. Porter dalam diskusi tersebut
memaparkan prioritas yang perlu diusung oleh Pemerintah Indonesia.
Prioritas dimaksud antara lain peningkatan efektivitas pemerintahan
provinsi, sarana komunikasi, kekuatan energi, serta meneruskan perang
melawan korupsi. Jika tidak ditata dengan baik, menurut Porter,
aspek-aspek tersebut dapat menghambat pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional Indonesia.

Aspek-aspek tersebut, menurut Porter, sudah sesuai dengan
rencana-rencana yang telah dibuat Presiden SBY untuk meningkatkan daya
saing dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Untuk menjalankan proses
tersebut,diperlukan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta,”kata
Porter. Ketika ditanya tentang tantangan yang dihadapi pemerintah
tingkat provinsi dalam proses meningkatkan pertumbuhan ekonomi,Michael
Porter menyebut kesenjangan kesejahteraan sebagai tantangan utama.“Masih
banyak provinsi yang miskin dan rata-rata pendapatannya sangat rendah,”
ujarnya.

Pemerintahan di tingkat provinsi masih banyak yang belum memiliki
kematangan dalam menjalankan program pembangunan secara efektif ataupun
dalam membuat perencanaan pembangunan ekonomi di wilayah masing-masing.
Mereka sangat memerlukan bantuan memperbaiki kelemahan mereka di
berbagai bidang, antara lain infrastruktur, transportasi, dan tenaga
listrik. “Mungkin salah satu hal mendasar yang menjadi agenda Indonesia
adalah justru soal apa yang bisa dilakukan oleh negara, pemerintah
pusat,dan sektor swasta untuk membantu provinsi-provinsi menjalankan
pembangunan,”kata Porter.

Sebelum berdiskusi dengan Porter,Presiden SBY pada hari ketiga
kunjungannya di Boston, AS, menghadiri forum tukar pikiran dengan para
pakar dari Universitas Harvard, Boston, mengenai upaya meningkatkan
kualitas bangsa. Pada acara yang berlangsung di Hotel Four Seasons,
Boston, Presiden didampingi antara lain oleh Menteri Perdagangan Mari
Elka Pangestu, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Dubes RI untuk AS
Sudjadnan Parnohadiningrat, Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal
dan Andi Mallarangeng, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia MS Hidayat, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M
Lutfi, serta Komisaris PT Pertamina Gita Wirjawan.

Pakar dari Universitas Harvard yang hadir adalah Dekan John F Kennedy
(JFK) School of Government Prof David Ellwood dan akademisi lainnya,
yaitu Prof Joseph Nye,Prof Graham Wilson, Prof John Thomas, dan Prof
Dani Rodrik. Sebelum memulai diskusi yang berlangsung dalam acara santap
siang terbatas itu,Dekan JFK School of Government Prof David Ellwood
menyampaikan kekaguman atas keberhasilan Indonesia melakukan perubahan-
perubahan ke arah yang lebih baik seperti dalam kebijakan ekonomi maupun
aspek-aspek lain.

“Kami sangat berharap dapat belajar dari keberhasilan luar biasa yang
dicapai Indonesia dalam berbagai aspek. Bagaimana Anda mencapai semua
itu,” kata Ellwood kepada SBY. Menanggapi pujian itu, Presiden SBY
mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia saat ini masih menjalani proses
perubahan dan reformasi di berbagai bidang setelah mengalami
keterpurukan di bidang ekonomi, politik, dan lainnya pada 1998.

“Kami telah mencapai banyak kemajuan, tapi masih banyak juga tantangan
yang kami hadapi, antara lain bagaimana menangani masalah
kemiskinan,pengangguran,serta bagaimana menjaga dan memperkuat
demokrasi,” kata Presiden. (ant)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/273074/38/
Share this article :

0 komentar: