BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Beratnya (Dituduh) Membuat Senjata Nuklir

Beratnya (Dituduh) Membuat Senjata Nuklir

Written By gusdurian on Rabu, 30 September 2009 | 11.51

LAPORAN IPTEK
Beratnya (Dituduh) Membuat Senjata Nuklir


*NINOK LEKSONO*

Melihat pengalaman Iran sekarang ini, dalam kaitan dengan program
nuklirnya, orang bisa geleng-geleng kepala, sambil bergumam, ”Alangkah
repotnya punya program nuklir.” Menulis ”alangkah repotnya punya program
senjata nuklir” tentu lebih spesifik, tetapi Iran bisa membantahnya.
Selama ini Iran memang bersikukuh bahwa program nuklirnya adalah untuk
maksud damai—jadi untuk menghasilkan tenaga listrik. Namun, Barat,
khususnya AS, juga bersikukuh bahwa program tersebut ditujukan untuk
pembuatan senjata.

Secara fisik, program pengembangan senjata nuklir secara garis besar
bisa dipilah menjadi dua komponen besar. Yang pertama adalah untuk
menghasilkan bahan bom dan yang kedua adalah untuk menyiapkan wahana
pelontaran. Untuk yang terakhir ini Iran juga telah memperlihatkan
pencapaian.

Seperti kita baca beritanya, Minggu (27/9) malam dan Senin lalu, Iran
menguji rudal dengan jangkauan paling jauh yang dimilikinya. Rudal
Shahab-3 dan Sejil-2 seperti diklaim oleh pejabat Iran bisa menghantam
Israel, bagian-bagian Eropa, dan pangkalan-pangkalan AS di Teluk.

Menurut catatan, rudal Shahab-3 punya jangkauan 1.250-2.000 kilometer
(IHT, 29/9). Sementara bagian barat Iran berjarak sekitar 1.000
kilometer dari Tel Aviv.

Menurut Press TV, saluran TV Iran berbahasa Inggris, kedua rudal itu
dengan akurat mengenai sasaran yang ditetapkan. Berarti di bidang wahana
pelontaran, seandainya benar-benar ingin mengembangkan senjata jarak
jauh, Iran telah menguasai teknologinya.

Dewasa ini, wahana pelontaran merupakan komponen fundamental dalam
sistem persenjataan nuklir. Buat apa bisa membuat bom nuklir kalau tak
punya sarana pelontarnya? Memang ada alternatif untuk melontarkan
senjata nuklir ke sasaran, yaitu dengan menggunakan pesawat pengebom.
Namun, ini bagi Iran akan lebih sulit karena tak punya pengebom yang
berkemampuan khusus untuk mengangkut dan melontarkan bom nuklir,
sebagaimana pengebom B-1B atau B-2 di arsenal AS atau Tu-160 Blackjack
milik Rusia.

Rudal, meski juga rawan oleh serangan lawan, dianggap masih lebih aman.
Namun, pengembangannya juga amat sulit. Karena itu, para insinyur Iran
harus menguasai teknologi rudal balistik, yang antara lain meliputi
propulsi atau mesin roket dan sistem pengarah.

Kini negara yang ingin mengembangkan kemampuan peroketan yang
teknologinya bersifat ganda—bisa untuk sipil maupun militer—juga
terganjal oleh aturan pelarangan yang ditegakkan oleh negara-negara
Barat mulai tahun 1987, yang dikenal sebagai Rezim Pengawasan Teknologi
Rudal (Missile Technology Control Regime). Pengembangan teknologi
peroketan dibatasi untuk yang berjangkauan hampir 300 kilometer.

*Bom dan hulu ledak*

Komponen senjata nuklir yang tidak kalah krusial tentu saja adalah hulu
ledak atau bom nuklirnya sendiri.

Iran disebut telah membuat fasilitas pengayaan nuklir di Natanz. Seperti
diketahui, uranium yang ada di alam tidak dapat digunakan sebagai bahan
bakar bom karena tidak memiliki sifat radioaktif. Agar bisa sangat
radioaktif, ia harus ”direkayasa” dengan fasilitas dan mesin khusus
seperti sentrifuga.

Barat menuduh, aktivitas nuklir Iran untuk menghasilkan uranium ”murni”,
yang memadai untuk digunakan sebagai bahan bakar bom. Di sini,
persentase Uranium-235 yang radioaktif sudah 9 persen atau lebih. Dalam
jumlah tertentu, yang dalam ilmu fisika nuklir disebut sebagai ”massa
kritis”, pada bahan ini akan bisa berlangsung reaksi berantai nuklir.
Pada pembangkit listrik nuklir, reaksi berantai dikendalikan sehingga
panas yang diperoleh secukupnya saja untuk menghasilkan uap, yang
digunakan untuk menggerakkan turbin. Pada bom nuklir, reaksi berantai
dibiarkan berlangsung tanpa kendali, menghasilkan energi yang luar biasa
besar.

Mendesain bom yang bisa dipasang di pucuk rudal—yang sering disebut
sebagai hulu ledak—bukan persoalan mudah. Kini, perdebatan berlangsung
seru antara intelijen Amerika, Israel, dan Jerman menyangkut kemampuan
Iran merancang hulu ledak (”Nuclear Debate Brews: Is Iran Designing
Warheads”, NYT, 28/9).

Menurut AS, Iran sudah menghentikan perancangan hulu ledak tahun 2003
walaupun negara ini kemudian menginginkan bom nuklir. Sementara Israel,
dan lebih-lebih Jerman, menilai Iran terus bekerja untuk merancang hulu
ledak. AS mendasarkan temuan intelijen setelah menerobos jaringan
komputer Iran dan mendapat akses ke komunikasi internal pemerintah
negara itu.

Temuan intelijen berbeda-beda meski pada umumnya sarana yang dipakai
sama, yakni kombinasi citra satelit, mata-mata manusia, dan penyadapan
elektronik.

*Terus dikejar*

Setelah tidak menemukan bukti mengenai pengembangan senjata pemusnah
massal di Irak (yang dijadikan sebagai alasan untuk menyerbu negara ini
tahun 2003), AS kini sedang meningkatkan tekanan terhadap Iran dan juga
Korea Utara untuk menyudahi program nuklir keduanya.

Kini Korut telah membuktikan kepada dunia, ia bisa membuat bom nuklir
dan punya kemampuan di bidang pelontaran, seperti diperlihatkan oleh
rudal jarak jauh Taepodong-2. Iran kini juga sudah punya rudal Shahab-3,
tetapi belum bisa memperlihatkan kemampuan uji nuklir.

AS, yang penuh keyakinan bahwa Iran memang sedang mengembangkan senjata
nuklir, tampaknya akan menggunakan berbagai cara untuk menjepit negara
itu agar menghentikan program nuklirnya.

Iran sendiri, meski bersikukuh mengklaim programnya untuk tujuan damai,
sebenarnya punya alasan hakiki untuk mengembangkan senjata nuklir karena
kuasa utama di Timur Tengah yang potensial menjadi lawannya, yakni
Israel, diyakini punya 200 bom nuklir dan pelontarnya, yakni Jericho-2
(dan 3).

Israel yang mengembangkan senjata nuklir diam-diam tak pernah disebut
melanggar hukum internasional. Sementara Iran dan Korut yang bisa
dikatakan mengikuti jejak Israel harus berurusan dengan polisi dunia.
Itu sebabnya kita beri judul kolom ini ”Beratnya Membuat Senjata Nuklir”.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/30/03065091/beratnya.dituduh.membuat.senjata.nuklir
Share this article :

0 komentar: