BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sihir Media SBY, Mega, dan JK

Sihir Media SBY, Mega, dan JK

Written By gusdurian on Jumat, 10 Juli 2009 | 11.26

Sihir Media SBY, Mega, dan JK
Oleh Djoko Pitono

/If we understand the mechanism and motives of the group mind, it is now
possible to control and regiment the masses according to our will
without their knowing it./

Edward L. Bernays, dalam /Propaganda/

---

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan terkena serangan
sihir dan melawan itu dengan zikir. Begitu laporan-laporan berbagai
media menjelang pemilihan presiden Rabu lalu dan menimbulkan reaksi yang
beragam. Dalam hal ini, sihir yang dimaksud itu terkait hal-hal yang
berbau magisme.

Saya tidak tahu dan tidak tertarik membicarakan sihir tersebut. Tetapi,
saya tahu, baik kubu SBY-Boediono, Mega-Prabowo, maupun Jusuf
Kalla-Wiranto, memainkan ''ilmu sihir'' lainnya lagi. Yakni, sihir
/public relations/_ _/ /yang lebih menentukan dalam perolehan suara
rakyat dalam Pilpres 8 Juli 2009. Meskipun hasil resmi masih harus
menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasil hitung cepat yang
dilakukan beberapa lembaga survei menunjukkan pasangan SBY-Boediono
unggul telak atas dua pasangan yang lain.

Siapakah ''ahli sihir'' di belakang SBY-Boediono? Orang-orang menunjuk:
Fox Indonesia. Itulah konsultan media yang mendapatkan kepercayaan untuk
merancang strategi /public relations/ kubu tersebut. Kita bisa
menyaksikan kiprah Fox Indonesia dari berbagai iklan kampanye kubu
tersebut, baik di media elektronik, media cetak, maupun spanduk-spanduk
di seluruh Indonesia. Sebuah sumber menyebutkan, nilai kontrak dengan
Fox Indonesia adalah Rp 200 miliar rupiah!

Berapa dana yang dihabiskan kubu Mega-Prabowo dan JK-Wiranto untuk
bermain sihir /public relations/ dalam pilpres ini? Saya tidak tahu.
Tetapi, tampak jelas, ''permainan sihir'' kubu SBY-Boediono lebih unggul
dalam menarik perhatian masyarakat.

***

Apa yang dilakukan Fox Indonesia untuk kubu SBY-Boediono memang sesuatu
yang relatif baru di Indonesia. Tetapi, ilmunya sudah lama ada. Inilah
''ilmu sihir'' warisan Edward L. Bernays, ''/The Father of Public
Relations/''/./

Di luar dunia PR /(public relations)/, Bernays mungkin tidak dikenal.
Namun, sebenarnya dia adalah salah seorang tokoh yang sangat berpengaruh
pada abad ke-20. Itu antara lain dapat kita baca dalam buku karya Larry
Tie, /The Father of Spin: Edward L. Bernays & The Birth of Public
Relations./

Para pengamat PR sepakat bahwa tidak mungkin memahami secara mendasar
perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam 100 tahun
terakhir ini tanpa punya pemahaman sama sekali tentang Bernays dan
kiprah profesionalnya dalam industri tersebut. PR adalah fenomena abad
ke-20 dan Bernays -meninggal pada 1995- memainkan peran besar dalam
mendifinisikan filosofi dan metoda-metoda industri

Di tangan Bernays, iklan-iklan berbagai perusahaan di Amerika seolah
menjadi penyihir massa. Adalah Bernays, misalnya, yang telah membuat
perubahan sosial yang besar dalam industri rokok. Dengan teknik
pemintalan kata-kata dan gambar film tentang ratusan wanita yang sedang
merokok, penjualan rokok di Amerika melambung tinggi. Para wanita pun
seolah tersihir untuk merokok.

Ilmu Bernays dalam /public relations/ itu pula yang kemudian digunakan
berbagai konsultan top bidang media. Di Inggris ada Mark Penn, yang
pernah direkrut Presiden Bill Clinton dalam kampanye pemilihannya untuk
masa jabatan kedua pada awal 1995. Perekrutan itu melalui Dick Morris.
Masih ingat dia? Morris berhasil membuat Clinton terpilih kembali dalam
Pilpres 1996. Namun, dia akhirnya mundur karena ketahuan skandal seksnya
dengan seorang pelacur.

Tetapi, karir profesional Dick Morris tidak berhasil. Hingga kini, dia
masih bekerja sebagai ''ahli sihir'' bidang media, sering diminta untuk
membantu tokoh-tokoh politik di berbagai negara yang maju dalam
pemilihan umum. Entah untuk menjadi anggota parlemen, perdana menteri,
atau juga presiden. Para konsultan media yang membantu pencitraan Barack
Obama atau John McCain dalam kampanye pemilu presiden di Amerika Serikat
tahun lalu sudah pasti belajar teori-teori Bernays.

Peningkatan pesat Partai Nazi di Jerman dikabarkan juga menggunakan ilmu
Bernays. Ketika tokoh Nazi Joseph Goebbels meninggal, para aparat
menemukan buku /Propaganda/ karya Bernays di kamarnya. Bernays sendiri
kaya raya berkat temuannya itu dengan menjadi konsultan berbagai
perusahaan besar Amerika. Termasuk membantu United Fruit Company, yang
punya bisnis pisang di Guatemala pada 1953. Caranya, bekerja sama dengan
CIA menggulingkan Presiden Guatemala Jacobo Arbenz Guzman yang terpilih
secara demokratis. Bernays, antara lain, menyebarkan 300.000 brosur
lewat pos dengan menuduh Presiden Guzman adalah komunis. Ilmu sihir
media ini memang mudah digunakan untuk memanipulasi.

***

Bukan kebetulan Bernays mengembangkan ilmunya itu. Dia adalah keponakan
pemikir psikoanalisis keturunan Yahudi Sigmund Freud. Dalam
mempromosikan dirinya, Bernays memanfaatkan reputasi pamannya itu. Dia
menggunakan pandangan-pandangan pamannya untuk mendalami jiwa manusia
dan motivasinya guna mendesain upaya /public relations./

Secara khusus, Bernays terang-terangan berbicara tentang temuannya.
''Kalau kita mengerti mekanisme dan motif-motif pikiran kelompok
tertentu, kini mungkinlah untuk mengontrol dan mengarahkan massa menurut
keinginan kita tanpa mereka mengetahuinya,'' begitu tulis Bernays dalam
karya awalnya, /Propaganda./ Dalam sebuah buku lainnya, dia menggunakan
istilah /engineering of consent/ (rekayasa persetujuan) untuk melukiskan
tekniknya dalam mengontrol massa.

Bernays mengajarkan, manipulasi secara sadar dan cerdas dari
kebiasan-kebiasaan terorganisasi dan opini massa adalah elemen penting
dalam masyarakat demokratis. Dia pun menegaskan, mereka yang
memanipulasi mekanisme tak terlihat dari masyarakat ini sama dengan
suatu pemerintahan tak terlihat yang sebenarnya berkuasa di negeri kita.

Itulah, antara lain, ''ilmu sihir'' temuan Bernays yang digunakan para
konsultan media dan juga dimanfaatkan para pemimpin dunia. Termasuk oleh
SBY. *(*)*

/*). Djoko Pitono, jurnalis dan editor buku.

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=79497
Share this article :

0 komentar: