BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Memahami Pernyataan Presiden SBY

Memahami Pernyataan Presiden SBY

Written By gusdurian on Minggu, 26 Juli 2009 | 09.39

Memahami Pernyataan Presiden SBY

Bom di Mega Kuningan,yang menghantam Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton
pekan lalu, membuat bangsa ini menangis. Setelah empat tahun di bawah
pemerintahan SBY stabilitas keamanan berada pada kondisi yang baik, kini
serangan teroris merusak segalanya.

Enam jam setelah ledakan,Presiden SBY menyampaikan pidato di taman depan
Istana Negara. Sebuah konferensi pers yang tidak seperti biasa. Sangat
emosional, tajam, dan lugas.Beberapa jam setelah momen tersebut,elite
politik seolah berlomba memberikan komentar. Sebagian besar mengecam
penyataan Presiden, karena dianggap berlebihan dan terlalu spekulatif.

Menariknya, masyarakat seolah tidak terpengaruh oleh manuver sejumlah
elite ini.Tak ada gerakan berlebihan di grassroots, yang mengindikasikan
dukungan mereka terhadap pemerintah dan aparat untuk mengatasi dampak
pasca-peledakan bom. Namun, statement Presiden ternyata justru menjadi
konsumsi politik, bukan lagi ditempatkan sebagai respons cepat
pemerintah terhadap teror.

Berhari-hari media menyiarkan pro-kontra terhadap pidato Presiden dari
berbagai sudut pandang.Elite politik seperti menari di atas pernyataan
Presiden. Presiden sendiri menyatakan ketidakpuasannya atas reaksi yang
berlebihan dari para elite. Dia merasa pidatonya pada Black Friday
tersebut telah dipelintir ke kiri dan kanan, sehingga substansinya
justru hilang.

*** Apa sebenarnya yang dikatakan SBY? Benarkah ada pernyataan yang
kontroversial terkait pilpres? Apakah SBY perlu meminta maaf kepada
elite politik dan rakyat? Tulisan ini akan mencoba mengupasnya.
Berdasarkan transkrip resmi press statementtersebut, pada awal
pernyataan SBY mengatakan, “Diperkirakan dilakukan oleh kelompok teroris
(meskipun belum tentu jaringan teroris yang kita ketahui selama ini) di
bumi Indonesia yang menimbulkan derita dan kesulitan….”

Pernyataan ini sebenarnya tidak perlu banyak diperdebatkan, karena
Presiden tidak pernah menuduh pihak mana pun.Yang dikatakan SBY adalah
agar aparat keamanan membuka semua kemungkinan pelaku, termasuk bila itu
dilakukan oleh kelompok teroris baru, di luar Jemaah Islamiyah (JI),
yang selama ini dikejar-kejar aparat.Kalaupun JI yang akhirnya diketahui
berada di balik teror Mega Kuningan,maka pernyataan di atas tetap
memiliki relevansi.

Hingga kini pihak kepolisian masih mengusut dalang di balik teror. Itu
artinya pernyataan Presiden dapat dijadikan sebagai ruang untuk
memeriksa semua pihak—tidak hanya JI, tetapi juga pihak manapun,
termasuk yang selama ini tak pernah kita pikirkan. Statement tersebut
kemudian dilanjutkan pada bagian tengah konferensi pers, pada saat SBY
berkata,

“Pagi ini saya mendapatkan banyak pertanyaan dan yang mengingatkan bahwa
aksi pengeboman ini pasti ada kaitannya dengan hasil pemilihan presiden
ini.” Lalu SBY menambahkan, “Terhadap dugaan dan keyakinan seperti
itu,tetaplah harus dibuktikan secara hukum.” Jika kita menyaksikan
perdebatan di media hari-hari terakhir ini,bagian ini termasuk yang
paling banyak dipermasalahkan.

Ada kesan Presiden berspekulasi bahwa bom Kuningan ada kaitannya dengan
pilpres. Padahal faktanya tidaklah demikian.Tak perlu menjadi seorang
pakar komunikasi untuk memahami pernyataan ini.Rakyat awam pun dapat
dengan mudah mencernanya. SBY menjelaskan kepada rakyat bahwa sejumlah
masukan datang ke Presiden, yang menyatakan bahwa mungkin saja bom
tersebut terkait pilpres.

Sebagai pemimpin, SBY harus membuka diri terhadap semua masukan, karena
semakin banyak masukan, akan lebih baik dalam pengambilan keputusan yang
objektif.Menyikapi masukan yang coba mengaitkan dengan pilpres, SBY
menggariskan bahwa semua harus diinvestigasi dan dibuktikan. Dalam
demokrasi, koridor hukum menjadi parameter paling ideal untuk menguji
sejumlah spekulasi tersebut.

Dengan demikian, secara tidak langsung SBY menutup pintu terhadap
kemungkinan mengaitkan langsung bom dengan pilpres.Semua harus melalui
pembuktian di pengadilan,tak ada jalur lain. Sampai di sini SBY
memaparkan mengenai bom Kuningan dan sejumlah kemungkinan yang
melatarbelakanginya.

Selanjutnya— pada konferensi pers yang cukup panjang tersebut—SBY
menjelaskan sejumlah “teror” maupun potensi ancaman lain yang terjadi
sebelumnya dan tidak pernah dibuka ke publik.Tujuan Presiden
menyampaikan kasus-kasus teror lain ini adalah agar publik mengetahui
bahwa aparat keamanan dan intelijen terus bekerja, baik saat ada ancaman
maupun sepi ancaman.

“Dalam rangkaian Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2009 ini, memang
ada sejumlah intelijen yang dapat dikumpulkan (memang selama ini tidak
kita buka kepada umum)….” Setelah pernyataan ini SBY menguraikan enam
jenis ancaman yang menimpanya maupun yang direncanakan untuk mengacaukan
pilpres.Antara lain latihan menembak oleh teroris yang menjadikan foto
SBY sebagai target.

Lalu rencana melakukan kekerasan menolak hasil pemilu, pendudukan paksa
KPU, revolusi jika SBY menang, menjadikan Indonesia seperti Iran dan
menggagalkan pelantikan SBY menjadi presiden kembali. Pernyataan ini
harus dilihat sebagai early warning kepada kepolisian, bahwa pilpres
yang telah berjalan lancar tidak boleh diganggu oleh aksi-aksi sepihak
yang merugikan masyarakat.

Tingginya tingkat partisipasi rakyat dalam pilpres menunjukkan bahwa
masyarakat memandang pilpres sebagai momentum strategis dalam
pembangunan bangsa ke depan. Isu kriminalisasi yang sempat diembuskan
sejumlah elite terkait pernyataan SBY ini juga tak memiliki dasar.

Di mana pernyataan SBY yang bernada “mengancam” kelompok lain ataupun
pihak-pihak yang selama ini mempermasalahkan proses pilpres? SBY hanya
mengatakan bahwa semuanya harus dilakukan melalui koridor hukum.
Cara-cara selain itu, seperti kekerasan dan pemaksaan kehendak harus
dicegah dan tak boleh ada kompromi.Ini agar demokrasi yang kita bangun
terkonsolidasi secara baik dan menuju pada kemajuan, dalam arti
penghargaan terhadap suara rakyat.

*** Mengenai pernyataan di akhir konferensi pers, yaitu “Di waktu yang
lalu, para pelaku dan otak kejahatan ini telah membunuh banyak korban,
dan para pelaku itu barangkali masih lolos dari jeratan hukum. Kali ini
jangan biarkan mereka menjadi drakula dan penebar maut di negeri kita.”

Pernyataan ini terkait dengan pernyataan sebelumnya, bahwa aparat
keamanan dan pejabat pusat maupun daerah harus meningkatkan kewaspadaan
dan mencegah setiap kemungkinan aksi teror yang akan muncul. Itu berarti
bahwa Presiden menyadari bahwa di tengah sejumlah keberhasilan polisi
mengungkap dan menangkap para teroris di berbagai daerah,masih ada
kekurangan sehingga para teroris masih dapat lolos menjalankan aksinya.

Untuk selanjutnya Presiden menginstruksikan agar aparat bekerja lebih
keras agar tak ada celah yang dapat ditembus teroris. Keprihatinan SBY
tersebut wajar,mengingat dalam empat setengah tahun pemerintahannya,
stabilitas politik dan keamanan berjalan relatif baik. Meledaknya JW
Marriott dan Ritz Carlton seolah menjadi petir yang menyambar SBY,
sehingga dia terlihat sangat kecewa dan prihatin.

Masih dalam pernyataan di siang bolong tersebut, SBY memaparkan dampak
bom yang akan memukul ekonomi kita di tengah catatan positif yang terus
meningkat selama ini. Merujuk pernyataan SBY, ekonomi Indonesia,
termasuk dunia usaha, pariwisata, swasembada pangan,investasi dan
perdagangan, serta sektor riil lainnya telah semakin tumbuh dengan
baik,meskipun dunia tengah diterpa krisis global.

Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang tetap mampu
mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah situasi yang demikian
sulit. Selain itu, SBY menjelaskan bahwa dalam seminggu sebelum
pengeboman,nilai saham dan kurs rupiah terus menguat tajam. Sampai
akhirnya bom merusak semua track record positif di atas.

Sebagai warga negara, sebaiknya kita jangan terjebak oleh perdebatan
para elite politik terkait pernyataan Presiden tersebut. Lebih penting
dari semua itu, rakyat harus memberikan dukungan kepada pihak keamanan
dengan meningkatkan kewaspadaan di lingkungan masing-masing.

Mudahnya teroris terus mengobarkan teror di negeri ini, selain karena
masih belum maksimalnya sistem cegah tangkal, juga akibat sikap kita
semua yang sudah mulai individualis, kurang peduli sesama dan lunturnya
semangat kegotongroyongan. Semoga peristiwa pilu ini mampu mengubah
perilaku kita semua dalam hidup bermasyarakat.(*)

Zaenal A Budiyono
Analis Politik
di Kantor Staf Khusus Presiden
Bidang Komunikasi Sosial


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/257414/
Share this article :

0 komentar: