BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Mbah Surip; Kreatif atau Hoki

Mbah Surip; Kreatif atau Hoki

Written By gusdurian on Minggu, 26 Juli 2009 | 11.08

Mbah Surip; Kreatif atau Hoki
Oleh: Ali Murtadlo*

Apa yang menarik dari Mbah Surip? Tertawanya? Liriknya yang hanya
dibolak-balik? Klipnya yang seperti Casper, setan lucu dan superusil?

Mungkin semuanya, mungkin tidak semuanya. Tapi, yang jelas /ring back
tone /(RBT)-nya sudah tembus Rp 5 miliar. Anak-anak kecil hafal lagunya.
Maia Estianti juga tergila-gila. Benar-benar fenomenal.

Mbah Surip (maaf ya), wajahnya tidak layak jual, suaranya pas-pasan,
liriknya minta ampun sederhana banget. Mau tahu lagu kedua yang akan
digenjot di TV? /Bangun Tidur, Tidur Lagi, Bangun Lagi, Tidur Lagi,
Kalau Lupa Bangun, Tidur Lagi./ He he he, lucu memang. Apalagi, kalau
membayangkan wajah penyanyi yang sudah berumur 60 tahun itu.

Lalu, mengapa berhasil? /He is lucky/. / Absolutely No/. Kita yang biasa
bekerja berkeringat tidak senang mendengar kata-kata /lucky/, mujur, dan
nasib baik. Memang ada faktor keberuntungan pada setiap keberhasilan,
tapi tentu tidak ada sukses yang tidak direncanakan. Tidak ada
kemenangan tanpa strategi, kata /Sun Tzu/. Kerja keras, pantang
menyerah, /persistent/ (teguh), dan strategi mengeksekusi pada momen
yang tepat menjadi kunci sukses keberhasilan ini.

***

Perjuangan gigih itu pernah dilakukan Mbah Surip. Lagu /Tak Gendong/
tersebut sebetulnya sudah dibuat pada 1983 atau 26 tahun lalu, saat dia
bekerja di pengeboran minyak di Amerika. Begitu pulang, dia
menawarkannya ke industri musik. Mbah Surip, konon, telah mengirimnya ke
Sony BMG, Musika, dan Nagaswara. Ketiganya menolak.

Dan, kalau faktor/ luck/, inilah keberuntungan Mbah Surip. Dia bertemu
Falcon Music. Dia datang ke Jalan Duren 3, Jakarta, markas Falcon
Enterprise, naik motor tua yang dimodifikasi. ''Saya punya lagu bagus,''
kata Mbah Surip. Lalu, lagu itu dipertontonkan kepada Naven, bos Falcon.
Reaksinya? ''Boleh juga. Saya mau,'' katanya. Mbah Surip kaget. Kontrak
pun diteken.

Setelah ditunggu-tunggu, lagu itu ternyata tak kunjung muncul di TV.
Bahkan, klip video pun belum dibikin. ''Saya sengaja tahan,'' kata
Naven. ''Sebab, setahun lalu, lagu-lagu yang hit selalu bertema cinta
dan /mellow/,'' ujarnya. Lalu, datanglah grup band Kuburan yang juga
fenomenal dengan lagu andalannya, /A Minor D Minor, /yang semua pemain
memupuri wajahnya serbaputih itu.

''Ini waktunya,'' kata Naven. Pria 38 tahun keturunan India tersebut
segera mengaransemen /Tak Gendong ke Mana-Mana/ ke /beat/ anak muda
dengan klip yang asyik. Promo klip pun dipasang di mana-mana.

Keunikan dan kebaruan yang diperkenalkan kepada penggemar musik pada
saat pasar menantikan jenis kreativitas itulah yang juga berkontribusi
pada kesuksesan. Langkah Naven untuk menunggu pada saat pasar
benar-benar menantikan tentu bukan tanpa perhitungan. Penerimaan produk
yang inovatif bisa kurang bagus pada saat konsumen tidak benar-benar
membutuhkan.

Kini lagu Mbah Surip meledak, laris, populer, dan menjadi /word of
mouth/. Hampir semua TV yang punya acara /live music pop/ mengundangnya.
Dia disuruh menyanyi, disuruh bercerita. Tapi, Mbah Surip tetap Mbah
Surip, lebih banyak diamnya. Atau, kalau sudah muncul /mood/-nya,
ceritanya ke mana-mana.

Itulah bisnis. /When the moment comes, exploit it/. Maka, /Bangun Tidur,
Tidur Lagi /pun sudah beredar di radio-radio. Mengapa klip dan VCD-nya
belum muncul? Inilah strategi major label. Menjajal pasar lewat radio
hingga/ public aware/. Terlalu buru-buru mengeluarkan VCD hanya akan
membuat para pembajak berpesta dan menyebabkan umur pasar berlangsung
pendek.

Naven tak hanya menangkap momen dengan lagu keduanya. Dia kini sudah
siap-siap memfilmkannya. ''Saya sendiri yang membuat,'' katanya.
Genrenya? ''Komedi seperti Mr Bean,'' kata pemegang /right/ RBT ribuan
lagu raja dangdut Rhoma dan anaknya, Ridho, itu. Judul filmnya, kata
Naven, /Bangun Tidur/.

Jadi, siapa yang hebat? Mbah Surip? Atau, Naven? Dua-duanya. Mbah Surip
memenuhi syarat sebagai orang sukses. Yakni, gigih, pantang menyerah,
dan berani beda. Ditolak berkali-kali tidak membuatnya menyerah. Dia
tetap menjual ke mana-mana dan akhirnya sukses. Kita kerap melihat
seseorang pada hasil akhirnya, bukan jalan berlikunya.

Kita senang Mbah Surip bisa sukses. Sebab, dia mewakili banyak sekali
orang yang mempunyai wajah di bawah standar tapi bisa sukses di
belantika industri musik yang selalu diasosiasikan dengan penampilan
serbacantik, ganteng, dan seksi. Dia mewakili jutaan orang yang suaranya
pas-pasan. Dia juga mewakili jutaan orang yang sudah senior dan dia
mewakili /grass root/.

Pasti Anda mempunyai wajah, suara, dan umur yang lebih unggul daripada
Mbah Surip. Kalau Mbah Surip saja bisa, pasti yang lain juga bisa. Mbah
Surip memberikan pesan kepada kita bahwa untuk sukses tidak harus
secantik Luna Maya dan Manohara. Juga, tidak harus seganteng Ariel
Peterpan atau Pasha Ungu. Cukup seperti Mbah Surip yang berambut gimbal,
bergaya reggae, dan bisa tertawa ha... ha... ha... ha... Itulah /brand/
Mbah Surip. Nyanyi itu jenaka, nyanyi itu menghibur.

Mbah Surip menginspirasi kita untuk terus berusaha, pantang menyerah,
dan teguh. Bisakah kita seperti dia? *(*)*

/*) Ali Murtadlo, mantan wartawan Jawa Pos, bekerja di JTV/

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=81959
Share this article :

0 komentar: