BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Toeti Adhitama: Figur dan Platformo

Toeti Adhitama: Figur dan Platformo

Written By gusdurian on Senin, 29 Juni 2009 | 12.28

H IRUK pikuk capres mencari pasang H an telah selesai, berujung pada
ritual H demokrasi dengan pendaftaran tiga H pasangan di KPU. Kita
mendapat H surprise. Kita boleh lega karena ketiganya kirakira berbobot
sama, masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya. Hanya
konstituenkonstituen yang memiliki keterkaitan emosi atau kepentingan
pribadi yang akan gampang membuat pilihan. Yang lain-lain pada umumnya
akan sulit membuat keputusan. Yang menarik, tiga pasangan itu memberikan
variasi sesuai dengan kebutuhan batin para konstituen. Ada aspirasi
menjangkau jauh ke depan, ada keinginan maju dengan menyadari
unsur-unsur primordial, dan ada gairah besar menghapus kemiskinan dari
bumi NKRI. Seandainya tiga pasangan itu bersatu dalam tim dan memerintah
bersama, alangkah hebatnya. Semua keinginan konstituen akan terpenuhi.
Tetapi ini tentu hanya anganangan dan omongan kosong. Secara
konstitusional, kita hanya bisa memilih satu presiden dan satu wakil
presiden.

Figur dan landasan platform Pada tahap ini, kita mungkin tengah terpana
oleh figur-fi gur yang menawarkan diri atau ditawarkan untuk jabatan
RI-1 dan RI-2. Seperti kata Wiranto, yang maju adalah putra-putra
terbaik bangsa. Misalnya, kita tentu bangga memiliki dua doktor untuk
calon RI-1 dan RI-2.

Mereka memiliki pengalaman istana cukup lama-lebih dari sepuluh
tahun--baik sebagai anggota kabinet maupun presiden. Mereka populer di
kalangan masyarakat politik/ekonomi dunia dan tegar menghadapi mereka
dalam forum-forum internasional. Karena ditempa pengalaman, mereka
memiliki wawasan internasional yang luas dan mantap. Mereka berdiri di
antara pemimpinpemimpin dunia yang siap menyambut datangnya zaman baru
bagi peradaban manusia dengan berbagai tugas besar yang dibebankan.
Kedua sosok itu penting untuk menyongsong masa depan Indonesia. Sebab,
seperti kata Mikhail Gorbachev dalam pertemuan dengan anggotaanggota
Parlemen Prancis Oktober 1985, tugas kita adalah membuat ekonomi lebih
efisien dan dinamis, membuat kehidupan manusia lebih kaya, lebih penuh,
dan lebih berarti secara kultural.

Tidak sulit untuk mengerti bahwa bukan hanya perdamaian yang stabil,
melainkan juga situasi internasional yang tenang dan normal menjadi
persyaratan penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. “Kita juga
harus melihat realitas lain --realitas bahwa interkoneksi dan
interdependensi antarnegara dan antarbenua semakin dekat. Ini kondisi
yang tidak terelakkan untuk membangun kemajuan perekonomian, ilmu dan
teknologi dunia, peningkatan pertukaran informasi dan gerakan manusia
dan ba rang di bumi bahkan di angkasa luar angkasa.

Singkatnya, demi seluruh pengembangan peradaban manusia.” Gorbachev,
Pemimpin Uni Soviet 1985-1991 yang memelopori perestroika (rekonstruksi)
dan glasnost (keterbukaan). Ia mendapat Hadiah Nobel untuk Perdamaian
pada 1990.

JK-Win tidak kalah hebat. Pasangan yang menjawab kebutuhan untuk
membuktikan pluralisme kesukuan itu telah banyak makan asam garam dalam
mengabdikan diri kepada negara lewat tugas-tugas pemerintahan maupun
pribadi. JK seorang politikus, birokrat, dan saudagar besar.

Wiranto, mantan jenderal berbintang empat, semasa puncak kariernya
pernah menduduki jabatan panglima angkatan bersenjata. Dengan jabatannya
itu, berarti ia pernah menjadi atasan dua capres lainnya yang mantan
jenderal, SBY dan Prabowo. JK mengatakan tentang bakal wakilnya itu
bahwa Wiranto dapat diandalkan untuk kekuatan manajemen pemerintahan
mereka. Berkenaan dengan peran JK sebagai politikus dan pengusaha, yang
sering menjadi sorotan, ia pernah menyinggung tentang pentingnya peran
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 1911. Organisasi ekonomi
berdasarkan agama Islam dan perekonomian rakyat itu dalam perjalanannya
berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) dan berkembang menjadi
organisasi dengan perhatian besar terhadap masalah-masalah
sosial-politik yang menentang ketidakadilan dan penindasan oleh
pemerintah kolonial.

Pasar menyambut gembira munculnya pasangan JK-Win. Di satu pihak
Boediono jago makroekonomi.

Di lain pihak, JK diharapkan akan fokus kepada sektor riil dengan
memperhatikan usaha-usaha kecil dan menengah demi terbukanya lapangan
kerja yang lebih luas yang pada gilirannya akan menanggulangi rakyat
miskin yang jumlahnya puluhan juta. Merujuk pada perkembangan ekonomi
China yang maju pesat, dua dasawarsa lalu China pun memulainya dari
pengembangan sektor riil. Dalam dialognya dengan Kadin pada Senin lalu,
JK juga mengatakan pasar tradisional merupakan urat nadi perekonomian
Indonesia.

Koalisi yang terbentuk pada saat-saat terakhir sebelum masa pendaftaran
ditutup KPU adalah koalisi dua tokoh yang berikrar sebagai pejuang gigih
kepentingan wong cilik, yakni pasangan Mega-Pro (rakyat). Tayangan
televisi tentang pendaftaran mereka di KPU menggugah sense of history.
Dalam rombongan mereka antara lain tampak putra-putri founding father
Soekarno yakni Sukmawati dan Guruh, serta putri founding fatherMohammad
Hatta, Halida Hatta (Gerindra), dan putra bungsu begawan ekonomi Prof Dr
Soemitro Djojohadikusumo, Hasyim Djojohadikusumo (Gerindra). Bila
menilik asal-usul mereka, masuk akal bila pasangan Mega-Pro berjanji
mengutamakan kebijakan-kebijakan ekonomi kerakyatan, menghapus pinjaman
luar negeri, dan memprioritaskan agar sumber-sumber alam dikuasai
orang-orang dalam negeri.

Dalam proses mendaftarkan diri di KPU, Megawati secara bergurau
menyatakan pasangan merekalah yang tercantik. Pasangan itu memang
satu-satunya yang mengusung perempuan untuk capres. Sikap santainya itu
beda sekali dengan sikapnya dalam Pemilu 1999 ketika pencalonannya
banyak disatroni. Antara lain, masalah pendidikannya dikotak-katik,
begitu juga masalah gender. Agama, kata mereka, tidak membolehkan
perempuan memimpin di depan.

Figur dan Platform
Oleh Toeti Adhitama Anggota Dewan Redaksi Media Group


Tetapi takdir membawa Megawati ke kursi RI-1.

Untuk persaingan kali ini, Mega menggandeng tokoh termuda--di bawah 60
tahun--dalam kelompok capres-cawapres.

Di mana pun, rakyat menolak kemiskinan Dengan bahasa berbeda-beda,
ketiga pasangan pada dasarnya bertujuan sama. Mereka ingin membuat
bangsa dan negara sejahtera. Cara mencapainya yang mungkin beda. Pada
akhirnya nanti tim sukses masing-masing akan menjabarkan platform
mereka. Kegesitan dan kecanggihan tim akan menentukan apakah tema
kampanye mampu memikat hati rakyat dan membuat rakyat percaya. Platform
yang rinci dan tuntas akan menjadi bahan kampanye yang mendidik bagi
masyarakat. Tanpa sosialisasi platform yang memadai, konstituen harus be
kerja keras mencari dan menggali sendiri keterangan-keterangan yang
mereka perlukan.

Pekerjaan rumah yang tidak ringan yang harus mereka jalankan karena
pesta ritual demokrasi bukan hanya pestanya para capres dan cawapres.

Malahan rakyat yang terutama berkepentingan.

Hasil pilihan mereka akan menentukan masa depan apakah mayoritas rakyat
menjadi sejahtera atau sebaliknya tetap miskin atau bahkan menjadi lebih
miskin.

Sampai 1960-an, pemandangan di semua negara berkembang hampir serupa.
Kemiskinan merajalela, pertumbuhan ekonomi rendah, infrastruktur sangat
tidak memadai, jumlah penduduk naik pesat, pendidikan kurang, dan
kesehatan rakyat tidak terawat. Tetapi sejarah membuktikan, apabila
suatu negara sudah siap mengadakan perubahan, kemajuan bisa melesat di
luar dugaan. Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di Bangladesh, telah
membuktikannya.

Dalam usahanya menghapuskan kemiskinan, pemenang Nobel Perdamaian itu
tidak menyerukan dihapusnya sistem kapitalis, tetapi menyerukan agar
dilakukan pencerahan terhadapnya.

Dengan kata lain, idenya adalah memanfaatkan kekuatan pasar bebas untuk
mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan, dan ketimpangan. Ia memelopori
ide bisnis sosial. Yang dia maksudkan, seperti lazimnya dalam ajaran
kapitalisme, bisnis dijalankan untuk mencari keuntungan.

Tetapi dalam konsep bisnis sosial, keuntungan yang diterima bukan
disalurkan kembali kepada para pemodal, tetapi dialirkan untuk
tujuan-tujuan sosial.

Dalam pidato penerimaan Hadiah Nobel di Oslo, Norwegia, 10 Desember
2006, Muhammad Yunus mengatakan, “....94% pendapatan dunia dinikmati 40%
penduduk dunia, sedangkan 60%nya hidup dari 6% pendapatan dunia. Separuh
penduduk dunia hidup dengan $2 sehari. Lebih dari 1 miliar hidup dengan
kurang dari $1 sehari.

Ini bukan formula untuk perdamaian.” Selanjutnya, dia katakan bahwa
kemiskinan adalah penolakan terhadap HAM. Perdamaian harus dimengerti
dengan cara kemanusiaan, dengan makna sosial, politik, dan ekonomi yang
luas.

Perdamaian terancam bila tidak ada keadilan dalam ekonomi, politik, dan
sosial, bila tidak ada demokrasi, bila mutu lingkungan mengalami
degradasi dan HAM tidak dihormati.

“....Kemiskinan terjadi karena tidak ada hak asasi manusia. Frustrasi,
sikap memusuhi, dan kemarahan yang timbul akibat kemelaratan yang keji
tidak akan mampu mempertahankan perdamaian dalam masyarakat. Untuk
menciptakan perdamaian yang kekal, kita harus mencari cara menciptakan
kesempatan agar manusia bisa hidup layak.” Selama tiga dasawarsa,
Muhammad Yunus telah mengabdikan usahanya untuk menciptakan kesempatan
bagi mayoritas rakyat yakni kaum yang miskin. Semoga gagasan-gagasannya
memberikan inspirasi kepada para pemimpin Indonesia.

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/05/22/ArticleHtmls/22_05_2009_005_002.shtml?Mode=0
Share this article :

0 komentar: