TAJUK, Pasar Tradisional Jadi Primadona
“MENDADAK Peduli”, ini sebuah judul yang bagus seandainya ada produser
film berhasrat mengangkat cerita tentang pasar tradisional ke layar lebar.
Pasar tradisional dengan segala pesona dan kekumuhannya mendadak ramai
dikunjungi para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden
(cawapres) sebagai pendekatan kepada para pedagang agar kelak memilihnya
dalam pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Kunjungan para capres dan cawapres ke pasar tradisional juga harus
dibaca sebagai upaya mereka untuk menunjukkan kepedulian terhadap
ekonomi rakyat,bahwa ketiga pasangan capres mengusung label ekonomi yang
prorakyat.
Calon petinggi negeri ini turun ke pasar tak ada masalah, bahkan langkah
itu sangat positif. Cawapres yang diusung Partai Demokrat dengan koalisi
sejumlah partai politik Boediono dengan tegas berjanji siap menggerakkan
pasar tradisional bila menang dalam pilpres nanti.
Saat berdialog dengan para pedagang pasar Inpres Jelambar,Grogol,
Boediono berjanji akan memprioritaskan pembenahan pasar tradisional
sebagai sarana sumber penghidupan rakyat melalui peningkatan standar
kualitas lingkungan pasar.
Pasar Tanah Abang telah menjadi saksi sejati kepedulian para capres
belakangan ini terhadap pasar tradisional.Pasar grosir yang tercatat
sebagai salah satu pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara itu
bolak-balik didatangi para capres.
Bahkan salah satu stasiun televisi nasional mendapat penghargaan khusus
dari Museum Rekor Indonesia karena berhasil menyajikan acara talk show
di pasar secara live yang ditonton ribuan pedagang dan pengunjung pasar
itu. Di mata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla,Pasar Tanah Abang lebih
penting dibandingkan dengan pasar modal:
“Kalau pasar modal tempat mencari uang,maka Pasar Tanah Abang tempat
mencari kehidupan.Kalau Pasar Tanah Abang hancur, hancurlah seluruh
perekonomian.” Sebagai capres untuk periode 2009–2014, Jusuf Kalla
termasuk pionir dalam menyambangi pasar tradisional dalam masa kampanye
ini yang kemudian diikuti capres lain.
Pasar tradisional di mata para politikus memang tidak boleh sekadar
dilirik, sebab di sana terhampar pemilik suara yang siap mengantarkan
para capres meraih impiannya. Masalahnya, apakah potensi suara itu
tergarap maksimal atau tidak?
Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan, setidaknya terdapat 13.450
pasar tradisional di seluruh Indonesia yang menghidupi tak kurang dari
12,6 juta pedagang. Bisa dibayangkan bila setiap pedagang menanggung
tiga orang, maka sekitar 50,4 juta jiwa bergantung pada pasar tradisional.
Sayangnya pasar tradisional selama ini sepertinya terabaikan. Buktinya
mereka dibiarkan berjuang sendiri melawan pasar modern yang cenderung
memarginalkan pasar tradisional dengan tidak menaati aturan zona lokasi
yang sangat bagus seperti tertuang dalam aturan. Fakta menunjukkan
sepanjang 2002 hingga 2008,pangsa pasar tradisional telah merosot 11,7%.
Di sisi lain pangsa pasar modern terus meroket dengan pertumbuhan
sekitar 31,4%. Apakah kita rela membiarkan pasar tradisional tergilas
arus pasar modern hanya karena mereka cuma peduli sekali dalam lima
tahun? Tentu, kita berharap kepedulian itu jangan sampai berhenti
sebatas pilpres.
Kepedulian tersebut harus dijadikan momentum membangun pasar tradisional
sebagai sumber penghidupan rakyat banyak.Misalnya,di Jakarta terdapat
151 pasar yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya dengan
aset tak kurang dari Rp3 triliun.Pasar yang memiliki sekitar 98.507 kios
itu mencatat nilai perdagangan sebesar Rp150 triliun per tahun dan
setiap hari diperkirakan terdapat lebih dari 2 juta pengunjung.
Sebagai konsekuensi persaingan bisnis, pasar tradisional tak perlu
tergusur dari pasar modern seandainya aturan diterapkan dengan tegas.
Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) No 53 Tahun 2008, sudah terang benderang
mengatur segalanya,hanya belum diterapkan dengan baik.Capres turun ke
pasar apakah ini sebuah pertanda nasib baik bakal berpihak pada pasar
tradisional? Hanya capres yang bisa membuktikannya saat mereka terpilih.(*)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/247409/
Pasar Tradisional Jadi Primadona
Written By gusdurian on Selasa, 16 Juni 2009 | 12.37
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar