BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Menaklukkan Dunia Lewat Kreativitas

Menaklukkan Dunia Lewat Kreativitas

Written By gusdurian on Rabu, 24 Juni 2009 | 15.04

Menaklukkan Dunia Lewat Kreativitas


*Ridwan Kamil*

Di suatu pagi yang cerah di kota Damaskus, Suriah, ketika sedang
berjalan menuju Pasar Madhat Basha, penulis dikejutkan oleh papan
reklame raksasa yang mengiklankan Indomie. Ternyata rasa Indomie ini
berhasil memikat dan memenetrasi selera global. Sebuah fakta yang cukup
positif di tengah-tengah pencitraan tentang Indonesia yang umumnya negatif.

Berita-berita di luar negeri tentang Indonesia biasanya jika tidak
tentang runtutan musibah bencana alam pasti tentang ekstremisme Muslim,
kerusuhan sosial, tragedi TKW, atau jawara peringkat hal negatif,
seperti indeks korupsi atau kualitas hidup. Teori jurnalistik tentang
bad news is good news ini sungguh menghasilkan sebuah pencitraan
kolektif yang merisaukan.

Karena itu, hadirnya poster Indomie di kota-kota dunia, terutama di
Timur Tengah, tertulisnya menu ”Indonesian nasi goreng” di banyak
restoran hotel berbintang di mancanegara atau perbincangan tentang
surgawinya Pulau Bali cukup melegakan hati.

Banyak sekali sebenarnya hal baik atau prestasi-prestasi mendunia karya
anak bangsa yang membanggakan, seperti halnya keberhasilan juara-juara
olimpiade fisika atau penghargaan UNESCO untuk inovasi batik Fraktal
asal Bandung. Namun, entah mengapa gaungnya tidak banyak terekam dengan
optimal. Gaungnya belum mampu melawan balik pencitraan negatif yang
lebih sering muncul.

Permasalahan di atas persis seperti yang diteorikan tokoh marketing
dunia, Peter Drucker, bahwa dalam filosofi bisnis hanya terkandung dua
nilai utama: inovasi dan pemasaran. Kita kalah bersaing karena sering
kali produk kita kurang inovatif untuk kompetisi global atau kalaupun
produk-produknya inovatif, sering kali dikalahkan oleh kurang canggihnya
strategi pemasaran yang jitu dan tepat sasaran. Indonesia sering kali
kalah langkah dengan cara kreatif negara-negara tetangga kita Malaysia,
Thailand, ataupun Singapura dalam hal memasarkan citra positif negaranya
melalui iklan-iklan pariwisata yang hadir membombardir beragam media di
mancanegara.

*Kreativitas *

Kata kunci isu di atas adalah kreativitas. Kreativitas yang mampu
menghasilkan hal-hal baru yang didapat dari hasil berpikir di luar
kelaziman. Derajat tertinggi kreativitas adalah aspek inovatif karena
tidak semua output kreativitas selalu bersifat inovatif. Inovasi
mengedepankan orisinalitas yang tidak pernah ada sebelumnya. Kita tahu
faktor orisinalitaslah yang membuat produk kursi Accupunto karya Leo
Theosabarata ataupun Magno radio kayu karya Singgih Kartono mendapatkan
penghargaan kelas dunia. Di situs Google banyak sekali publikasi untuk
kedua karya anak bangsa ini.

Faktor kreativitas kelas dunia adalah resep utama yang membuat kekayaan
budaya dan alam kita bisa dikenal di mancanegara. Kreativitas dalam
mengemas pertunjukan teater I La Galigo, misalnya, ternyata bisa
menghadirkan legenda kitab Sureq Galigo ini secara mengagumkan di
seluruh dunia, termasuk di pentas Broadway, New York. Sentuhan
kreativitas kelas dunia karya sutradara Robert Wilson ini mampu menyihir
para penontonnya untuk larut terkesima dalam cerita epik suku Bugis abad
ke-14 ini. Mampukah kita mengemas puluhan legenda budaya kita untuk
dihadirkan ke pentas dunia sefenomenal sentuhan Wilson?

Kreativitas dalam mengemas dan memasarkan pulalah yang berhasil
mengangkat produk alam Indonesia, yaitu kopi Toraja, menjadi salah satu
kopi termahal oleh jaringan Starbucks. Edisi terbatas kopi-kopi termahal
ini diberi label Black Apron yang oleh Dub Hay, kurator utama Starbucks,
pilihan kopi Toraja ini diberi nama komersial ”Kopi Kampung”. Satu
kilonya bisa dijual sekitar Rp 500.000. Luar biasa. Mampukah kita
mengemas dan memasarkan puluhan, bahkan ratusan, kekayaan alam agraris
kita untuk menjadi produk unggulan berkelas dunia? Jawabannya harusnya bisa.

Salah satu produk kreatif yang paling fenomenal adalah industri clothing
berbasis gaya hidup anak muda yang dipelopori di Bandung. Penetrasi
pasar dengan konsep Distro (distribution outlet) independen ini sudah
mewa- bah ke seratusan lebih kota-kota lain di Indonesia. Jika tahun
1998 hanya kurang dari selusinan merek, sekarang melonjak melebihi 1.000
merek di seluruh Indonesia dengan omzet ratusan miliar per tahun. Kunci
keberhasilannya adalah kekuatan kreativitas desain yang selalu
membedakan karakter satu merek dengan merek lainnya dengan edisi
terbatas. Dengan dukungan kekuatan industri rumahan sebagai pilar
produksinya, beragam distro Bandung mulai dilirik untuk dijual di
kota-kota besar di Asia, seperti Singapura, Kuala Lumpur, Cebu, dan
Saigon. Berkat industri ini, di Bandung mudah sekali menemukan miliarder
dengan usia di bawah 30 tahun.

*Masa depan dunia*

Contoh-contoh di atas secara inspiratif bercerita bahwa sebenarnya kita
memiliki potensi sumber daya manusia, alam, dan budaya yang luar biasa
kaya. Kekayaan yang bisa menjadi produk berkelas dunia asal dua syarat
ala Peter Drucker, yaitu inovasi dan kreativitas pemasaran kelas dunia,
bisa kita hasilkan. Masa depan dunia akan dikuasai oleh talenta-talenta
berbasis kreativitas ini dan berada di pundak orang-orang kreatif yang
mampu menyulap pengetahuan dan kreativitas menjadi inovasi yang
melahirkan mesin ekonomi yang luar biasa seperti sempat diwacanakan oleh
ekonom John How- kins, The Creative Economy: How People Make Money from
Ideas (2001) dan Richard Florida, The Rise of Creative Class (2002).

Penulis pun makin percaya bahwa masa depan Indonesia akan banyak
diselamatkan oleh ekonomi yang memberikan nilai tambah paling besar,
yaitu ekonomi berbasis ide atau lazim disebut ekonomi kreatif tadi.
Menariknya, produk ekonomi gelombang ke-4 ini bisa berbentuk produk
kreatif seperti clothing distro ala Bandung atau radio kayu Magno yang
dijual sampai harga tiga jutaan di luar negeri, bisa juga berupa produk
nonkreatif seperti kopi Toraja, tetapi diberi sentuhan pengemasan dan
pemasaran yang kreatif sehingga bisa bernilai tambah puluhan kali lipat
dan menjadi salah satu yang termahal di dunia.

Daniel Pink dalam bukunya, A Whole New Mind: Why Right-brainers Will
Rule the Future, memprediksi masa depan dunia akan dikuasai oleh
manusia-manusia dengan kekuatan ide-ide kreatif dan inovatif yang
berbasis kekuatan otak kanan. Karena itu, menjadi tugas besar kita untuk
terus menghasilkan generasi baru yang kreatif, produk-produk inovatif,
dan prestasi-prestasi kelas dunia lainnya yang secara kolektif bisa
mengangkat pencitraan Indonesia sebagai negara yang kompetitif dan mampu
bersaing global.

Melihat produk-produk unggulan Indonesia di papan-papan reklame di
mancanegara ala reklame Indomie di Damaskus seharusnya bukan hanya impian.

Ridwan Kamil /Arsitek/Dosen ITB; Ketua Bandung Creative City Forum
/

/http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/23/03313861/menaklukkan.dunia.lewat..kreativitas
/
Share this article :

0 komentar: