BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Gila Hormat

Gila Hormat

Written By gusdurian on Rabu, 24 Juni 2009 | 14.57

Gila Hormat


Beberapa waktu yang lalu, sopir saya yang sudah selama 10 tahun
mengantar saya ke sana ke mari meminta untuk dibuatkan seragam safari
biru. Saya terkejut dan bertanya-tanya mengapa ia mendadak minta
dibuatkan seragam?

Ia lalu menjelaskan kepada saya; seorang rekannya bercerita, bahwa
dengan mengenakan seragam, dijamin di mana-mana kita akan lebih
dihormati dan, yang lebih penting lagi, dia akan lebih mudah mendapatkan
tempat parkir. Intinya, kalau dia berseragam, para petugas parkir di
gedung-gedung dan di mal-mal akan mengira saya orang penting sehingga
akan lebih dihormati dan dia pun akan diberikan tempat parkir yang istimewa.

Teman saya, seorang aktor, juga pernah memamerkan mobil BMW-nya.
Padahal, saya tahu betul sebenarnya agak berat untuknya membeli mobil
semewah itu. Dia menjelaskan bahwa, walaupun berat, mobil itu adalah
modal utama bagi dia untuk bisa mendapatkan honor tinggi dari produser film.

Saya agak bingung awalnya, apa hubungan BMW-nya dengan honornya di seni
peran? Lalu dia mengatakan, kalau dia datang dengan mobil mewah,
produser akan segan menawarkan honor yang rendah, wong mobilnya saja
sudah BMW!

Kedua kejadian di atas mengingatkan saya pada sebuah film China yang
berjudul The Uniform. Film yang sangat menarik dari sutradara Diao
Yi’nan, yang melalui film pertamanya ini berhasil meraih penghargaan
Dragons and Tigers Awards di Vancouver International Film Festival di
Kanada tahun 2003.

Film ini mengisahkan seorang pemuda pecundang bernama Wang Xiaojian yang
bekerja di toko jahit dan setrika pakaian milik keluarganya. Suatu hari
ia menemukan seragam polisi yang telantar dan tak kunjung diambil
pemiliknya.

Ketika akan mengantar seragam itu ke pemiliknya, ia mengetahui bahwa
sang polisi pemilik seragam tersebut ternyata tengah cedera dan tidak
bisa bertugas untuk beberapa minggu. Ia pun membatalkan niatnya untuk
mengembalikan seragam itu.

Dalam perjalanan pulang, Xiaojian memutuskan untuk mencoba seragam
polisi itu. Yang terjadi kemudian sangat mengejutkan. Tiba tiba
orang-orang yang ia temui di jalan menjadi hormat dan segan kepadanya.
Orang mengira ia polisi betulan.

Di hari hari berikutnya, ia tidak pernah lagi melepaskan seragam itu.
Lebih jauh lagi, ia mulai menyetop motor dan bus di jalan, seolah
melakukan razia dan memalak uang suap dari pengemudinya. Xiaojian juga
berhasil memikat gadis cantik idamannya dengan seragam polisinya itu.
Hidupnya berubah total. Akan tetapi, berapa lama ia bisa berpura-pura?

Saya jadi menyadari, beginilah nasib negara berkembang, di mana jurang
pemisah antara yang miskin dan yang kaya begitu lebar, dengan kelas
menengahnya yang gamang. Kekayaan dan kekuasaan menjadi cita cita utama
karena tergila-gila untuk dihormati dan disegani banyak orang.

Masih jauhkan perjalanan kita untuk menjadi bangsa yang berpendidikan
dan berbudaya, di mana kehormatan bisa diberikan dan didapat bukan dari
sekadar penampilan, tetapi dari sikap, kerja, dan karya yang baik?

Kembali ke sopir setia saya, walaupun saya menolak membuatkan seragam
safari biru idamannya itu, ia akhirnya bersikeras membuat seragam itu
dari koceknya sendiri. Ia hanya bertahan satu bulan dengan seragam itu
karena, katanya, gerah dan tidak nyaman.

Sementara teman aktor saya akhirnya menjual BMW kebanggaannya karena ada
kebutuhan dana yang mendesak.

Hormat yang didambakan harus terputus di tengah jalan. Alias, reality
bites! Kenyataan memang kadang pahit, kawan?

Mira Lesmana, /Sineas

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/23/0346033/gila.hormat
Share this article :

0 komentar: