BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Menagih Program Konkret Capres-Cawapres

Menagih Program Konkret Capres-Cawapres

Written By gusdurian on Senin, 15 Juni 2009 | 14.31

Menagih Program Konkret Capres-Cawapres

Pada Rabu malam kemarin, 10 Juni 2009, KPU menggelar deklarasi kampanye
damai tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden
(cawapres) di Menara Bidakara, Jalan Gatot Subroto,Jakarta.

Deklarasi kampanye damai ini sekaligus menandai dimulainya musim
kampanye terbuka (rapat umum) pemilihan presiden dan wakil presiden
(pilpres) yang dimulai 11 Juni 2009. Masa kampanye pilpres nonrapat umum
sebenarnya sudah dimulai tanggal 2 Juni 2009. Kampanye pilpres ini nanti
akan berakhir 4 Juli 2009,tiga hari sebelum pelaksanaan Pilpres 8 Juli
2009.

Kampanye merupakan salah satu peristiwa penting dalam pelaksanaan
pemilu, termasuk di dalamnya pilpres. Sebagai bagian dari tahapan
pilpres, kampanye merupakan ajang penting bagi pasangan capres dan
cawapres untuk menawarkan program-programnya kepada masyarakat pemilih
(konstituen). Melalui kampanye, rakyat dapat mengetahui tentang program
yang diusung tiap kandidat.

Melalui kampanye, pemilih akan melihat diferensiasi program dari tiap
kompetitor untuk menarik simpati dan dukungan pemilih. Dengan kampanye,
rakyat ingin mengetahui bagaimana mengatasi persoalan bangsa dan negara
ini yang tetap masih terpuruk dan tertinggal dari bangsa-bangsa lain.

Kampanye juga merupakan wahana bagi pendidikan politik bagi rakyat.
Kampanye merupakan proses transformasi tentang nilainilai politik yang
ditawarkan kepada masyarakat.Dengan kampanye, rakyat dapat belajar
bagaimana berpolitik secara santun,bermoral, dan beretika.

Melalui kampanye, rakyat mendapat pembelajaran tentang menghormati
aturan main yang telah ditentukan. Pendek kata,kampanye merupakan proses
pembelajaran untuk pendewasaan dalam berpolitik. Namun, persoalannya,
sudahkah dalam kampanye pilpres yang telah berjalan ini kita memperoleh
gambaran jelas tentang programprogram yang ditawarkan? Sudahkah kita
mendapat pendidikan politik dari berjalannya kampanye selama ini?
Jawabannya singkat: belum!

Perang Jargon dan Wacana

Bila kita mencermati kampanye yang berjalan selama ini, program-program
yang disodorkan oleh tiap pasangan capres dan cawapres belum
konkret,masih bersifat general. Belum ada terobosan secara detail dari
tiap pasangan capres dan cawapres untuk mengatasi persoalan bangsa dan
negara.

Mereka cenderung masih terjebak dalam jargon dan slogan. Celakanya,
jargon dan slogan itu lalu yang ditonjolkan dan diulang-ulang. Rakyat
tiap hari bahkan tiap jam melalui iklan dijejali jargon-jargon dan
slogan-slogan dari tiap pasangan capres dan cawapres. Akhirnya kita
menyaksikan perang jargon dan slogan, bukan perang program dari tiap
pasangan capres.

Tiap pasangan capres dan cawapres juga cenderung masih terjebak dalam
perang wacana. Barubaru ini misalnya kita disuguhi sajian tentang kasus
Prita Mulyasari dan Siti Hajar.Tiap kandidat berebut bicara tentang
kedua kasus tersebut, mereka tampak mencoba mencari akar persoalan.

Seharusnya yang dibicarakan adalah persoalan substansi mengapa kasus itu
terjadi dan bagaimana mengatasi persoalan itu agar nanti tidak terulang
kembali. Dengan demikian, yang muncul dalam kampanye adalah perang
wacana, bukan substansi.

Seremonial dan Simbolik

Kampanye yang dilakukan selama ini juga cenderung terjebak pada sifat
seremonial dan simbolik. Pasangan capres dan cawapres berlomba-lomba
datang ke pasarpasar tradisional untuk menunjukkan bahwa mereka peduli
kepada rakyat kebanyakan.

Mereka juga datang ke tempat-tempat kumuh untuk menunjukkan bahwa mereka
peduli dan prihatin atas kondisi yang ada.Namun sayangnya,mereka datang
dan mengunjungi tempat-tempat tersebut bukan untuk mengkaji tentang
faktorfaktor mengapa pasar tradisional semakin terpuruk dan menelisik
mengapa sebagian besar rakyat kita masih terpinggirkan,nasibnya tidak
kunjung berubah meski zaman sudah berubah.

Lalu bagaimana untuk mengatasi persoalan tersebut dan apa solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi persoalan itu? Bila kita amati, tampaknya
kehadiran mereka ke tempat-tempat tersebut sekadar “upacara”
keprihatinan dan kepedulian, sekadar untuk menunjukkan bahwa mereka
prihatin dan peduli.

Mereka menunjukkan kepada khalayak ramai tentang sikap peduli dan
keprihatinan tersebut melalui layar televisi atau berita di koran-koran
Bila kampanye pilpres cenderung terjebak dalam jargon, slogan, sekadar
wacana, atau seremonial dan simbolik,kampanye menjadi tidak memiliki
makna apa-apa yang terdistorsi dan mencederai hakikat kampanye.

Akhirnya kampanye tidak memberikan pendidikan politik, tidak memberikan
pembelajaran dan kecerdasan bagi rakyat.Alih-alih memberikan pendidikan
politik, yang terjadi malah sebaliknya,bisa jadi berupa pembodohan
politik. Dengan demikian sungguh memprihatinkan: fungsi kampanye menjadi
muspra, kehilangan makna substantifnya.

Debat Capres

Kita masih dapat berharap dalam waktu sisa kampanye ini yang sebagian
diisi dengan debat capres dan cawapres.Ada lima tema yang diajukan KPU
dalam debat capres dan cawapres nanti.Kelima hal itu adalah “Mewujudkan
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih”,“ Menegakkan Supremasi
Hukum”, “Mengentaskan Masyarakat dari Kemiskinan dan Pengangguran”,“
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, dan Otonomi
Daerah”,“Pembangunan Jati Diri Bangsa”, dan “Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia”.

Dari lima tema itu, tiga untuk debat antarcapres dan dua untuk debat
antarcawapres. Kelima tema debat capres dan cawapres itu memang terlalu
luas dan masih bersifat umum. Meski yang ditawarkan merupakan persoalan
penting yang dihadapi bangsa,tema-tema itu seperti tema dalam seminar
atau diskusi.Tampaknya KPU juga terkena penyakit yang sama dengan
kampanye pasangan capres dan cawapres.

Untuk itu kita berharap pada debat capres dan cawapres nanti, tiap
pasangan tidak terjebak dalam jargon,slogan,dan wacana lagi. Dari tiap
tema,mereka mengambil skala prioritas terkait dengan masalah-masalah
mendesak yang tengah dihadapi bangsa ini.

Kita juga berharap para moderator debat bisa mengarahkannya ke halhal
yang detail dan konkret tentang sikap dan kebijakan tiap kandidat. Debat
capres dan cawapres jangan sampai bersifat formalitas dan seremonial.
Semoga!(*)

Lili Romli
Pengamat Politik
Pusat Penelitian
Politik LIPI


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/247062/
Share this article :

0 komentar: