BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Kepemimpinan SBY dan Indonesia Lima Tahun Mendatang

Kepemimpinan SBY dan Indonesia Lima Tahun Mendatang

Written By gusdurian on Senin, 29 Juni 2009 | 12.00

Kepemimpinan SBY dan Indonesia Lima Tahun Mendatang
Oleh Jusuf Wanandi Wakil Ketua Dewan Penyantun Yayasan CSIS


H ASIL Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden 2009 akan
menentukan kepemimpinan nasional untuk kurun waktu lima tahun mendatang,
sedangkan krisis nasional yang melanda Indonesia pada 1997-1998 masih
berlanjut dampaknya di beberapa bidang
Apakah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan menang dan memegang
pemerintahan lagi hingga 2014 padahal rekam jejaknya selama ini
menunjukkan berbagai kekurangan dan kesalahan. Kalaupun ada yang baik,
kebanyakan berasal dari inisiatif kalangan masyarakat sendiri
Masalah pokok kita adalah di bidang ekonomi, terutama masalah kemiskinan
dan lapangan kerja. Dalam hal ini SBY tidak berhasil. Dia menunjukkan
angka menurunnya kemiskinan, tetapi dengan pertumbuhan ekonomi yang
tidak tinggi (rata-rata sekitar 5%) tidak mungkin kemiskinan turun
secara berarti. Sebaliknya, patut diduga justru bertambah karena terkait
dengan berkurangnya lapangan kerja menilik jumlah pengangguran yang
mencapai 10 juta dan 30 juta lainnya merupakan pengangguran terselubung
Alasan utama ketidakberhasilan SBY ialah sifatnya yang peragu, tidak
tegas, dan tidak berani. Dikesankan pula dia tidak terus terang dengan
janji-janji yang tidak pernah dipenuhi, misalnya: - Pada Infrastructure
Summit awal 2005 SBY menjanjikan perubahan 14 peraturan dan UU untuk
melancarkan investasi dalam bidang infrastruktur, tetapi hanya dua yang
diselesaikannya, yaitu UU Penanaman Modal (2007) dan UU Perpajakan
(2008). Yang lain terbengkelai, terutama yang menyangkut masalah
kompensasi buruh yang berlebihan yang menghambat masuknya investasi
baru. Usaha JK untuk berunding dengan organisasi buruh dicegahnya
- Usul-usul untuk perbaikan birokrasi diabaikan SBY padahal ini
merupakan hal yang sangat penting karena banyak kendala berasal dari
birokrasi yang buruk kinerjanya. Reformasi birokrasi yang berhasil di
Departemen Keuangan lebih karena ketegasan dan tekad Menteri Keuangan
sendiri
- Ketika pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi BBM pada Mei
2008, pengumuman tentang penaikan harga BBM terus ditunda tunda,
sementara kabinet terus mengadakan wacana untuk dapat mengelakkannya.
Akhirnya JK yang mengumumkannya tiga minggu kemudian pada 26 Mei 2008
- Ketika Indonesia perlu mengimpor beras pada akhir 2007 untuk menambah
stok, JK jugalah yang mengumumkannya atas desakan para menteri terkait
karena SBY enggan mengumumkannya sendiri
- Tim SBY menyatakan di media massa bahwa jumlah penanaman modal asing
berjumlah US$131 miliar selama lima tahun ini. Perlu dipertanyakan
apakah angka tersebut riil untuk Indonesia atau angka negara lain? -
Uang yang digunakan untuk BLT harus dipahami sebagai uang rakyat dan
bukan uang SBY atau Partai Demokrat seperti yang dikesankan
Demikian juga di bidang politik tampak tidak adanya ketegasan SBY untuk
masalah yang fundamental. Misalnya, ketika lebih dari 50 kabupaten
memberlakukan perda syariah yang bertentangan dengan konstitusi, SBY
tidak melakukan tindakan apa pun. Demikian juga ketika jemaah Ahmadiyah
dianiaya dan rumah dan/atau masjidnya dibakar, SBY tidak segera
menindaknya demi hukum dan ketertiban umum
Koalisi SBY dengan partai-partai Islam dikesankan menonjolnya pengaruh
PKS yang menimbulkan kekhawatiran sejauh mana ia berkompromi dalam
masalah-masalah pendidikan dan keagamaan sekarang dan di masa depan
SBY mencanangkan gera kan antikorupsi, tetapi tidak pernah menuntaskan
masalah Lapindo, bahkan mengambil alih tanggung jawab dari Aburizal
Bakrie. Dia pulalah yang mau mempertahankan perusahaan batu bara Grup
Bakrie di BEI
SBY juga tidak tegas dalam menyikapi berbagai masalah pelanggaran HAM
dan membiarkannya tidak tuntas secara hukum seperti kasus pembunuhan
Munir, penculikan para aktivis, peristiwa Semanggi I dan II, huru-hara
13-15 Mei 1998 di Jakarta, dan pembu nuhan serta perusakan di Timor
Timur pada 1999
Reformasi TNI tidak mendapatkan perhatiannya yang serius, mungkin karena
dirasakan TNI tidak dekat dengan dirinya dan menganggap SBY sebagai
pemimpin yang ragu-ragu
Di bidang kebijakan luar negeri, pertama, ia tidak menonjol sebagai
pemimpin ASEAN seperti yang diharapkan. Kedua, ia tidak pernah
memikirkan secara serius berbagai konfl ik di Asia Tenggara seperti
Myanmar, Filipina, dan Thailand Selatan. Sebaliknya ia malah ingin
mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian seperti yang diusulkan seorang
anggota Kongres AS. SBY belum melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa
negara Eropa yang penting, tetapi justru berminat untuk ikut
menyelesaikan konflik internasional yang pelik seperti Palestina, Iran,
dan Korea Utara padahal Indonesia tidak mempunyai referensi atau
kemampuan untuk melakukannya
SBY berkesempatan untuk melakukan perombakan kabinet pada pertengahan
masa pemerintahannya, tetapi tidak dilakukannya karena takut pada reaksi
parpol anggota koalisinya. Akibatnya, kinerja bidang yang sangat penting
bagi kemaslahatan rakyat seperti pendidikan dan kesehatan tidak optimal
Karena alasan-alasan di atas, SBY seyogianya tidak dipilih kembali.
Dengan rekam jejak sedemikian patut diragukan bahwa SBY bisa diharapkan
untuk dapat mempersiapkan generasi muda yang akan mengambil alih
kepemimpinan nasional pada 2014.

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/06/22/ArticleHtmls/22_06_2009_012_002.shtml?Mode=0
Share this article :

0 komentar: