Indonesia Bangkit Pascakrisis
Oleh *Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo*
Krisis global telah meluluhlantakkan perekonomian banyak negara. Resesi
berkecamuk di banyak negara maju yang akhirnya membawa dampak pada
ekspor dan kinerja perekonomian banyak negara.
Singapura, Thailand, dan Malaysia merupakan perekonomian yang penting di
kawasan Asia Tenggara yang terkena krisis global dengan penurunan PDB
(pertumbuhan negatif) secara signifikan pada kuartal I-2009. Karena itu,
dalam keadaan demikian, rasanya aneh untuk bercerita tentang kebangkitan
perekonomian Indonesia pascakrisis. Namun, itulah yang terjadi bulan
lalu di Bali, di mana Dr Gerard Lyons, Chief Economist Standard
Chartered Bank, London, berbicara di depan para tamunya di pantai Hotel
Conrad di Tanjung Benoa, sebagai bagian dari acara Pertemuan Tahunan ADB.
*Tahun 2050*
Gerard Lyons menyatakan, pemulihan perekonomian pascakrisis akan dimulai
di China, dilanjutkan Indonesia. Saat pernyataan itu dikonfirmasi oleh
seorang tamu, Lyons menjawab, prediksi mereka menunjukkan Indonesia akan
keluar sebagai negara kedua sesudah China yang akan mengalami pemulihan.
Pernyataan itu seakan terkonfirmasi dengan statistik pertumbuhan ekonomi
Indonesia kuartal I-2009 yang tetap menghasilkan pertumbuhan positif 4,4
persen. Namun, angka yang juga penting untuk diamati adalah pertumbuhan
PDB nominal yang mencapai 15,4 persen pada kuartal I itu. Angka
pertumbuhan ini menimbulkan gelombang optimisme di berbagai media asing
yang akhirnya ikut mendorong rally di pasar modal kita. Indeks harga
saham gabungan (IHSG) lalu meluncur bahkan menembus angka psikologis
2.000. Indeks itu terus bertahan dan melakukan konsolidasi di level itu
sebelum kemudian menguat kembali.
Mark Mobius, yang merupakan ”guru” para investor di negara berkembang
(dan pemilik Templeton Fund Management) tegas menyatakan dalam pertemuan
di Bali itu bahwa perkembangan yang terjadi di pasar modal umumnya
merefleksikan apa yang akan terjadi setahun dua tahun ke depan.
Ini berarti rally di pasar modal kita beberapa minggu belakangan ini
bukan tidak mungkin merefleksikan akan terjadinya ”boom” dalam setahun
dua tahun mendatang. Mark Mobius menyatakan, pasar modal di negara
berkembang akan mengalami break out dan akan mampu melampaui kinerja
sebelum krisis. Ini berarti prospek pasar modal kita dalam beberapa
waktu mendatang masih memberikan harapan besar bagi para investor.
Pendapat Gerard Lyons itu tampaknya memiliki kemiripan dengan persepsi
yang muncul di dunia bisnis Inggris terhadap Indonesia. Dalam kunjungan
dan rombongan eksekutif Indonesia ke PricewaterhouseCoopers di London,
akhir April lalu, nuansa optimisme itu cukup kentara. Kantor akuntan
terbesar di dunia itu, beberapa tahun lalu (Maret 2006), menerbitkan
suatu studi, The World in 2050, yang menempatkan Indonesia sebagai
kekuatan ekonomi nomor enam di dunia pada tahun 2050. Beberapa waktu
kemudian mereka menerbitkan studi berjudul Banking in 2050. Dalam studi
itu perbankan Indonesia diprediksi akan menyamai perbankan di Perancis
dan Italia.
Mereka juga menerbitkan studi khusus tentang prospek berinvestasi di
perbankan Indonesia. Anehnya, secara bersamaan, tiga bank besar Inggris
melakukan akuisisi di Indonesia. Standard Chartered Bank mengakuisisi
Bank Permata, Hongkong Bank (berpusat di Inggris) mengakuisisi Bank
Ekonomi, Barclays Bank mengakuisisi Bank Akita. Akuisisi Barclays Bank
ini menarik karena Bank Akita adalah bank amat kecil. Namun, Barclays
mengakuisisi untuk menjadikannya platform guna melakukan ekspansi besar
di Asia.
*Optimis*
Dalam kunjungan ke Indonesia belum lama ini, Paul Polman—CEO Unilever
Global yang baru—menyatakan optimismenya terhadap prospek perekonomian
Indonesia. Di tengah pertumbuhan penjualan yang lambat di Unilever
Global, Unilever Indonesia menghasilkan pertumbuhan penjualan 18,4
persen pada kuartal I-2009. Ini merupakan salah satu pertumbuhan
tertinggi dari Unilever di seluruh dunia. Pandangan itu juga terefleksi
dari berbagai gerakan investasi yang dilakukan sejumlah perusahaan
Inggris lain, termasuk di bidang pertambangan.
Belum lama ini terbetik kabar, salah satu perusahaan pertambangan
Inggris menemukan deposit batu bara terbesar di Kalimantan Timur.
Perusahaan itu juga mulai melirik bisnis coal bed methane yang memberi
prospek menjanjikan.
Dengan melihat berbagai perkembangan itu, kita bisa memperkirakan,
prospek perekonomian Indonesia pascakrisis global memberi harapan besar.
Akhir-akhir ini pandangan mata dunia banyak tertuju ke Indonesia. Semoga
optimisme itu memberi inspirasi bagi dunia usaha dan perbankan Indonesia
untuk lebih optimistis dalam melihat prospek perekonomian di Indonesia.
Dengan demikian, kebangkitan perekonomian Indonesia pascakrisis mampu
memberi kesejahteraan lebih besar kepada seluruh penduduk Indonesia.
*Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo* /Pemerhati Ekonomi
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/18/02494267/indonesia.bangkit.pascakrisis
Indonesia Bangkit Pascakrisis
Written By gusdurian on Jumat, 19 Juni 2009 | 12.42
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar