Boediono
*Wicaksono*
Seorang /blogger/ baru telah lahir. Kenalkan, namanya Boediono. Ya,
Boediono yang calon wakil presiden itu. Dia sekarang memiliki blog
berjudul Boediono Mendengar (/http://boedionomendengar.com/). Di ruang
sosial daring inilah mantan gubernur Bank Indonesia itu akan
berinteraksi dengan khalayak, baik yang mendukung maupun menentangnya.
"Ah, yang /bener/, Mas? Memangnya siapa yang mengajari Pak Boed membuat
blog?" tanya Mat Bloger.
"Saya /nggak/ tahu, Mat. Dan /nggak/ penting juga mengetahui siapa yang
memberi dia inspirasi dan pelajaran mengenai blog."
"Halah, /kemlinthi/. Sampean pasti kura-kura dalam perahu. Ya kan, Mas?"
"Eh, kok /nggak/ percaya sih? Ya sudah, terserah sampean."
"Oke, Mas. Lantas, menurut sampean, untuk apa Pak Boed membuat blog?
Apakah dia juga akan merawat blognya seperti halnya sampean?"
"Begini, Mat," saya memulai diskusi dengan Mat Bloger. "Para pemasar dan
para juru poles citra (d/h petugas humas) di luar sana sudah lama
memakai blog sebagai senjata pelengkap menjual dagangan. Di ranah
politik, para politikus juga mulai memanfaatkan blog sebagai alat
pemasaran. Yang dipasarkan tentu saja diri mereka sendiri. Pemicunya
adalah kesuksesan Barack Obama meraih kursi kepresidenan satu di Amerika
Serikat, antara lain berkat keberhasilannya memanfaatkan blog dan media
sosial daring (/online/).
Para politikus Tanah Air pun ternyata hendak mengikuti jejak Obama.
Mereka menganggap Internet dan ekosistemnya, antara lain blog,
/microblogging/, dan Facebook, merupakan tiket mencapai kesuksesan. Para
calon presiden dan wakil presiden merasa perlu berbicara dan harus
tampil sebanyak mungkin di media-media sosial daring--seperti yang
dilakukan Obama.
Upaya ini tentu sah-sah saja. Bahkan, menurut saya, langkah itu sudah
tepat. Blog memang bisa menolong seorang kandidat calon memperkenalkan
diri, berkampanye, dan membentuk /brand image/. Konstituen bisa menengok
profil, rekam jejak, juga gagasan yang ditawarkan seorang calon
legislator di blog. Dari bloglah publik mengenal profil sang calon
sehingga bisa memutuskan akan memilih atau tidak.
Hanya, diperlukan ketekunan dan keseriusan para politikus mengelola
media sosial seperti blog. Membangun blog adalah langkah pertama.
Langkah berikutnya ada merawatnya. Caranya? Pertama, berlakulah seperti
layaknya penerbit koran. Buatlah tulisan dan terbitkan secara rutin
sehingga pengunjung selalu mendapatkan hal baru. Isi blog yang selalu
basi tak membuat orang tertarik datang lagi.
Berikutnya, kenali khalayak dan ciptakan komunitas. Cari tahu bagaimana
profil, preferensi, tabiat mereka. Penuhi apa yang mereka suka dan
tidak. /Blogger/ yang mengabaikan pembacanya pasti dianggap ogah akrab
dan bakal dijauhi. /Blogger/ yang loyal akan membentuk komunitas dengan
sendirinya. Komunitas adalah basis pendukung yang setidaknya akan
meningkatkan statistik blog.
Selain itu, buatlah agar blog menjadi media interaktif. Sebab, pada
dasarnya blog adalah ruang dialog, tempat pemiliknya mendengar dan
berbicara. Tapi jangan sampai mengontrol respons khalayak. Mereka pasti
tak suka. Lebih baik lakukan pendekatan persuasif."
"Apakah kiat-kiat itu pasti akan berhasil memikat khalayak, Mas?"
"Saya /nggak/ tahu, Mat. Khalayak memiliki kearifan sendiri. Tapi saya
rasa dengan cara-cara sederhana seperti itu, setidaknya seorang
/blogger/ telah menunjukkan niat baik. Apakah hasilnya akan diterima
publik atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting bagi seorang
/blogger/, siapa pun dia, adalah membuktikan bahwa blognya memang
dibangun atas dasar hasrat berbagi dan bukan semata-mata menjual kecap."
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/06/13/iTempo/krn.20090613.167969.id.html
Boediono
Written By gusdurian on Sabtu, 13 Juni 2009 | 12.55
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar